visitaaponce.com

Waspada Serangan ECOWAS, Niger Siaga Maksimum Militer

Waspada Serangan ECOWAS, Niger Siaga Maksimum Militer
Presiden Komisi ECOWAS Omar Alieu Touray.(Dok. Ecowas)

PENGUASA militer Niger mengerahkan angkatan bersenjata untuk bersiaga maksimal dalam menghadapi ancaman serangan pasukan Blok utama Afrika Barat, ECOWAS.

ECOWAS, telah mencoba bernegosiasi dengan para pemimpin kudeta pada 26 Juli lalu, tetapi mereka juga siap mengerahkan pasukan untuk memulihkan ketertiban konstitusional jika upaya diplomatik gagal disepakati.

Sebuah dokumen internal yang dikeluarkan oleh kepala pertahanannya dan dibagikan secara luas secara online pada Sabtu (26/8), mengatakan bahwa perintah untuk berada dalam kondisi kesiapan tertinggi, dan memungkinkan pasukan untuk merespons secara memadai jika terjadi serangan apa pun.

Baca juga: Uni Afrika Tangguhkan Keanggotaan Niger

"Ancaman agresi ke wilayah nasional semakin terasa," katanya.

ECOWAS meremehkan ancaman ini dan mengatakan bahwa mereka bertekad mundur untuk mengakomodasi upaya-upaya diplomatik.

"Untuk menghindari keraguan, izinkan saya menyatakan dengan tegas bahwa ECOWAS tidak menyatakan perang terhadap rakyat Niger, dan tidak ada rencana, seperti yang dikatakan, untuk menginvasi negara itu," kata Presiden Komisi ECOWAS Omar Alieu Touray kepada para wartawan.

Baca juga: Junta Niger Janjikan Masa Transisi Tiga Tahun

Keputusan blok tersebut pada awal Agustus untuk mengaktifkan apa yang disebut sebagai pasukan siaga untuk kemungkinan intervensi telah meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi yang dapat semakin mendestabilisasi wilayah Sahel yang dilanda pemberontakan.

Dukungan pada Militer

Sementara itu, ribuan orang berunjuk rasa di Ibu Kota Niamey untuk mendukung para pemimpin militer yang berada di balik kudeta bulan lalu.

"Ini diperkirakan akan menjadi unjuk rasa terbesar dalam sebulan terakhir. Penyelenggara mengatakan mereka mengharapkan satu juta orang hadir di sini," kata Ahmed Idris dari Al Jazeera, melaporkan dari stadion di Niamey.

"Mereka akan mendengarkan pidato dari militer dan para pemimpin kudeta,” sebutnya.

Stadion Seyni Kountche, yang terbesar di Niger dengan kapasitas 30.000 tempat duduk, terisi dua pertiganya dan suara vuvuzela terdengar hingga larut malam.

Bendera Niger, Aljazair, dan Rusia menghiasi tribun penonton, sementara para pemain akrobat yang dicat dengan warna kebanggaan Niger tampil di tengah lapangan.

"Kami memiliki hak untuk memilih mitra yang kami inginkan, Prancis harus menghormati pilihan ini," kata Ramatou Ibrahim Boubacar, seorang model yang mengenakan bendera Nigeria dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Selama 60 tahun, kami tidak pernah merdeka, hanya sejak hari kudeta," pungkasnya.

(Aljazeera/Z-9)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat