visitaaponce.com

ASEAN Perlu Strategi Sikapi Teknologi Kecerdasan Buatan

ASEAN Perlu Strategi Sikapi Teknologi Kecerdasan Buatan
Ilustrasi. Robot AI di International Telecommunication Union (ITU) AI for Good Global Summit di Jenewa, Swiss.(AFP/FABRICE COFFRINI)

EKONOM dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin Kalimantan Selatan Hidayatullah Muttaqin mengatakan negara ASEAN perlu menjalankan strategi guna menyikapi perkembangan teknologi kecerdasan buatan artificial intelligence (AI) yang dikhawatirkan berdampak menambah pengangguran di dunia.

"ASEAN menghadapi ancaman serupa, terlebih angka pengangguran terbuka untuk pemuda jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok umur di atasnya," kata Muttaqin seperti dilansir dari Antara.

Meskipun AI dapat menciptakan lapangan kerja baru, namun menurut Muttaqin, potensi merusak terhadap lapangan kerja yang sudah ada tidak dapat diabaikan. Muttaqin menuturkan sudah menjadi tabiat dalam bisnis dan mekanisme pasar, bahwa pelaku usaha akan memilih cara produksi yang lebih efisien dan lebih efektif. Terlebih, diungkapkan Muttaqin, penggunaan AI dan automasi dalam kegiatan produksi, perdagangan dan jasa. Apalagi pada saat teknologi ini sudah semakin murah nantinya maka proses adopsi dalam bisnis akan semakin masif.

Baca juga: YouTube Siapkan Teknologi AI untuk Rangkum Video Secara Otomatis

Muttaqin merujuk data ASEAN Statistical Year Book 2022 menunjukkan tingkat penganguran terbuka (TPT) umur 15 sampai 24 tahun pada kelompok pria di Indonesia tahun 2021 sebesar 21,0 persen adalah yang paling tinggi di ASEAN.

Sedangkan TPT untuk seluruh kelompok umur 6,5 persen. Negara lain dengan tingkat pengangguran mencapai dua digit untuk pria kelompok Gen Z tersebut adalah Philipina sebesar 14,5 persen, Brunei Darussalam (12,0 persen), dan Malaysia (11,8 persen).

Pada kelompok umur yang sama untuk wanita, TPT paling tinggi terjadinya di Brunei Darussalam mencapai 23,0 persen. Kemudian Philipina (17,7 persen), Indonesia (17,5 persen), Malaysia (10,4 persen) dan Singapura (10,0 persen).

"Fakta ini mengungkapkan, potensi ancaman bertambahnya pengangguran terhadap Gen Z karena AI benar adanya," ungkap ekonom jebolan Universitas Birmingham Inggris itu.

Untuk mengantisipasi potensi tersebut, kata Muttaqin, ada beberapa strategi yang perlu dilakukan negara-negara ASEAN.

Baca juga: Dishub DKI, Tambah Titik Pemasangan Teknologi AI Pengurai Kemacetan di Persimpangan

Pertama, cepat dan cermat mengkaji dampak potensi positif dan negatif AI terhadap lapangan kerja dan SDM. Kedua, pemerintah setiap negara perlu memiliki kemampuan melahirkan regulasi yang tepat dan cepat mengantisipasi lajunya perkembangan AI. Ketiga, pemerintah perlu mengendalikan laju adopsi AI pada industri, perdagangan dan jasa sambil, keempat, menyiapkan regulasi dan SDM. Kelima, bagaimanapun teknologi akan membuat lebih sedikit tenaga kerja
yang digunakan dalam satu unit kegiatan ekonomi, sehingga dalam posisi demikian langkah yang tepat memperbanyak unit kegiatannya.

"Dalam hal ini, kewirausahaan khususnya di kalangan anak muda perlu dibangun," tutur Muttaqin.

Kemudian usaha mikro didorong naik kelas menjadi usaha kecil dan usaha menengah.   Sedangkan usaha menengah naik ke level usaha besar. (Z-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat