visitaaponce.com

Cile Peringati 50 Tahun Peristiwa Kudeta Berdarah Pinochet

Cile Peringati 50 Tahun Peristiwa Kudeta Berdarah Pinochet
Tom Morello, gitaris Rage Against the Machine yang juga aktivis politik, hadir pada acara peringatan 50 tahun kudeta berdarah di Cile(Jose CAVIEDES / AFP)

Pada 11 September 1973, pasukan tentara yang dilengkapi puluhan tank menyerbu dan mengepung istana keprisidenan Cile. Kudeta berdarah yang dipimpin Jendral Augusto Pinochet itu berhasil menumbangkan Salvador Allende. Sang presiden dari sayap kiri itu sendiri akhirnya bunuh diri sebelum tentara menangkapnya.

Selama 17 tahun kemudian, Cile berada di bawah rezim Pinochet yang brutal. Lebih dari 3.200 orang terbunuh atau “hilang” dan puluhan ribu orang lainnya disiksa. Mereka yang merasakan kekejaman ini di antaranya adalah Michelle Bachelet, mantan presiden Cile yang juga berasal dari sayap kiri. Dia sendiri pernah disiksa, begitu pula ayahnya, seorang jenderal angkatan udara yang menentang kudeta.

Menurut presiden perempuan pertama di Cile yang pernah berkuasa pada 2006-2010 dan 2014-2018 itu, negaranya harus belajar dari kejadian masa lalu. Itu pula sebabnya ia ikut bergabung dengan yang lainnya untuk memeringati peristiwa kudeta yang terjadi setengah abad silam, di Santaigo, pada Senin (11/9).

Presiden sayap kiri Gabriel Boric yang berkuasa saat ini, memimpin peringatan itu istana La Moneda, untuk memperingati tanggal bersejarah tersebut. Dalam pidatonya ia menekankan perlunya mengutuk mereka yang melanggar hak asasi manusia. “Kudeta tidak dapat dipisahkan dari apa yang terjadi setelahnya,” katanya, mengacu pada 17 tahun kediktatoran Pinochet yang brutal dan kejam.

Presiden Meksiko, Kolombia, Bolivia, dan Uruguay turut menghadiri peringatan itu, begitu juga dengan aktivis yang juga gitaris Rage Against the Machine,Tom Morello, serta mantan presiden Uruguay, Jose Mujica. Namun, tidak ada seorang pun perwakilan politikus sayap kanan pada peringatan tersebut.

Acara itu antara lain diisi pembacaan puisi, pertunjukan musik, serta mengheningkan cipta selama satu menit untuk menandai momen ketika istana Pinochet mulai dibom. Saat malam tiba, ribuan orang tiba di stadion nasional Cile (yang pernah digunakan oleh rezim Pinochet sebagai pusat penyiksaan), untuk menyalakan lilin guna mengenang para korban.

Di tempat lain, pengunjuk rasa yang tidak menyukai peringatan itu menghalangi lalu lintas kendaraan di pinggiran kota. “Enam petugas polisi terluka dan sedikitnya 11 orang ditangkap,” kata para pejabat setempat.

Kudeta di Cile, di negara yang selama ini dipandang sebagai benteng demokrasi dan stabilitas di Amerika Latin, bergema di seluruh dunia, dan menegaskan campur tangan terselubung yang dilakukan Amerika Serikat kala itu.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan pemerintahan Presiden Joe Biden telah berusaha transparan mengenai peran AS dalam babak sejarah Cile dengan mendeklasifikasi dokumen-dokumen dari tahun 1973 seperti yang diminta oleh pemerintah Cile.

Jangan terulang

Rakyat Cile hingga kini masih terpecah antara mereka yang membela kudeta dan mereka yang menolaknya.  Sebagian merasa peringatan kudeta kali ini tidak relevan di tengah kesengsaraan ekonomi dan kekhawatiran akan meningkatnya kejahatan.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Cerc-Mori pada Mei lalu menemukan bahwa 36% masyarakat percaya Pinochet telah membebaskan Cile dari Marxisme, -- angka tertinggi yang diukur dalam 28 tahun jajak pendapat.

Pada Minggu malam, sekitar 6.000 perempuan berpakaian hitam mengadakan aksi damai di ibu kota dengan slogan: "Demokrasi tidak akan pernah lagi dibom," mengacu pada serangan udara tahun 1973.

Pinochet sendiri meninggal karena serangan jantung pada 10 Desember 2006 dalam usia 91 tahun, tanpa pernah sekalipun diadili atas segala kekejamannya.

Pada hari Minggu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kudeta tahun 1973 adalah kehancuran institusional yang memutus ikatan hidup berdampingan dan menandai kehidupan generasi-di Cile, namun juga menginspirasi banyak orang untuk memperjuangkan keadilan dan kebebasan.

“Demokrasi Cile yang kuat saat ini memberi kita harapan bahwa umat manusia, yang bersatu dalam keberagaman, dapat menyelesaikan tantangan global apa pun,” imbuhnya. (AFP/M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat