visitaaponce.com

Korban Tewas Banjir di Libia Bisa Mencapai 20 ribu Orang

Korban Tewas Banjir di Libia Bisa Mencapai 20 ribu Orang
Walikota Derna Abdulmenam al-Ghaithi memperkirakan jumlah kematian di kota itu bisa mencapai antara 18 ribu hingga 20 ribu.(AFP)

RIBUAN orang masih hilang saat tim penyelamat berjuang untuk mencapai Derna, Libia, kota yang paling parah dilanda banjir yang terjadi pada Minggu (10/9) oleh Badai Daniel. Juru bicara kementerian dalam negeri Letnan Tarek al-Kharraz mengatakan sejauh ini tercatat 3.840 kematian, termasuk 3.190 orang yang telah dikuburkan.

Di antara mereka terdapat sedikitnya 400 orang asing, kebanyakan dari Sudan dan Mesir. Sementara itu, Hichem Abu Chkiouat, Menteri Penerbangan Sipil di pemerintahan yang memerintah Libia timur, mengatakan lebih dari 5.300 orang tewas, dan mengatakan jumlah tersebut kemungkinan akan meningkat secara signifikan.

Walikota Derna Abdulmenam al-Ghaithi memperkirakan jumlah kematian di kota itu bisa mencapai antara 18 ribu hingga 20 ribu berdasarkan jumlah distrik yang hancur akibat banjir.

Baca juga: PBB Catat 30 Ribu Orang Mengungsi di Derna Libia

Warga Derna, Mahmud Abdulkarim, mengatakan di Tripoli bahwa dia kehilangan ibu dan saudara laki-lakinya. Itu setelah gagal mengungsi tepat waktu dari apartemen lantai pertama mereka menyusul runtuhnya bendungan.

Menurut Abdulkarim, ketika ibu dan saudara laki-lakinya akhirnya memutuskan untuk meninggalkan apartemen mereka, mereka tersapu air banjir begitu sampai di jalan untuk mengungsi.

Baca juga: Struktur Bendungan Buruk Sebabkan Ribuan Kematian di Libia

Mabrooka Elmesmary, seorang jurnalis yang berhasil meninggalkan Derna menggambarkan kota itu sebagai bencana dalam skala besar. “Tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada bensin. Kota ini rata dengan tanah," katanya.

Gedung apartemen dengan keluarga di dalamnya tersapu, katanya. “Ada gelombang pengungsian ketika orang-orang berusaha melarikan diri dari Derna namun banyak yang terjebak karena banyak jalan yang diblokir atau hilang,” kata Elmesmary.

Para pejabat menyebutkan jumlah orang hilang sebanyak 10 ribu orang. Badan bantuan PBB OCHA mengatakan jumlah korban setidaknya mencapai 5 ribu orang.

Pantai dipenuhi dengan pakaian, mainan, perabotan, sepatu, dan harta benda lainnya yang tersapu arus deras dari rumah-rumah.

Jalanan tertutup lumpur tebal dan dipenuhi pepohonan tumbang serta ratusan mobil rusak, banyak yang terbalik atau terjatuh ke atap. Satu mobil terjepit di balkon lantai dua sebuah bangunan yang hancur.

Kerusakan terlihat jelas dari titik-titik tinggi di atas Derna, di mana pusat kota yang padat penduduk, yang dibangun di sepanjang dasar sungai musiman, kini berupa tanah datar berbentuk bulan sabit dengan hamparan air berlumpur yang berkilauan di bawah sinar matahari.

Upaya penyelamatan

Tim penyelamat telah tiba dari Mesir, Tunisia, Uni Emirat Arab, Turki dan Qatar, kata Walikota Derna al-Ghaithi. "Kami sebenarnya membutuhkan tim yang khusus menangani pemulihan jenazah. Saya khawatir kota ini akan terjangkit epidemi karena banyaknya mayat yang tertimbun reruntuhan dan di dalam air.”

Charles Stratford dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Benghazi bahwa rumah sakit lapangan adalah bagian dari kontribusi Qatar terhadap upaya bantuan internasional yang tampaknya semakin meningkat ke Libia.

“Ini adalah salah satu dari tiga pesawat kargo militer Qatar yang diperkirakan tiba di Benghazi hari ini,” kata Stratford.

Bantuan tersebut juga mencakup peralatan medis, obat-obatan, makanan, hingga tenda. Semua bantuan di sini akan disalurkan ke Derna secepat mungkin.

Selain itu, Malik Traina dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Tripoli, banyak dukungan dari warga Libia sendiri dari seluruh negeri.

“Kami belum pernah melihat persatuan seperti ini selama bertahun-tahun di negara ini,” kata Traina.

Konvoi besar pemerintah dengan peralatan dari Libia barat telah tiba di timur, katanya. Konvoi relawan dengan bantuan juga menuju ke arah timur.

“Kami juga melihat sekarang para sukarelawan dan orang-orang memberikan apa pun yang mereka bisa seperti air, makanan, obat-obatan, pasokan apa pun yang mereka bisa.”

Operasi penyelamatan menjadi rumit karena perpecahan politik yang mendalam di negara berpenduduk tujuh juta orang yang tidak memiliki pemerintahan pusat yang kuat dan terus berperang sejak pemberontakan yang didukung NATO yang menggulingkan Muammar Gaddafi pada 2011.

Pemerintah Persatuan Nasional (GNU) yang diakui secara internasional berbasis di Tripoli, di barat, sementara pemerintahan paralel beroperasi di timur, termasuk Derna.

Kritik terhadap otoritas lokal di Libia timur, termasuk di Derna, muncul dengan beberapa pihak mengatakan bahwa penduduk setempat tidak diberitahu bahwa mereka harus mengungsi sebelum aliran air mengalir melalui kota tersebut.

Namun, al-Ghaithi bersikeras warga telah diberitahu sebelum terjadinya banjir. "Kami melakukan semua tindakan pencegahan dan memberi tahu penduduk di daerah sekitar bencana itu mungkin terjadi. Kami menciptakan ruang gawat darurat pasukan keamanan menjalankan tugasnya, ”katanya. (Aljazeera/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat