visitaaponce.com

Moskow dan Baku Diskusikan Masa Depan Misi Penjaga Perdamaian di Nagorno-Karabakh

Moskow dan Baku Diskusikan Masa Depan Misi Penjaga Perdamaian di Nagorno-Karabakh
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov(AFP/Ilya PITALEV / SPUTNIK)

KREMLIN mengatakan masa depan misi penjaga perdamaian Rusia di Nagorno-Karabakh akan ditentukan bersama Azerbaijan. Baku, pekan lalu, mengambil kendali wilayah tersebut dari separatis Armenia.

“Karena misi tersebut sekarang berada di wilayah Azerbaijan, hal ini akan menjadi bahan diskusi kami dengan pihak Azerbaijan,” kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov.

Rusia mengerahkan hampir 2 ribu pasukan ke wilayah pegunungan tersebut pada 2020 sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi antara Azerbaijan dan Armenia. Itu mengakhiri enam minggu pertempuran brutal untuk menguasai wilayah tersebut.

Baca juga: 23% Penduduk Nagorno-Karabakh Eksodus ke Armenia

Pernyataan Peskov muncul sehari setelah Moskow mengatakan warga Armenia yang melarikan diri setelah pasukan Azerbaijan merebut kembali kendali Nagorno-Karabakh tidak perlu takut.

“Sulit untuk mengatakan siapa yang harus disalahkan (atas eksodus), tidak ada alasan langsung atas tindakan tersebut. Masyarakat tetap menyatakan keinginannya untuk pergi mereka yang membuat keputusan seperti itu harus diberikan kondisi kehidupan yang normal,” kata Peskov.

Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan telah memperingatkan adanya pembersihan etnik di wilayah tersebut dan menyerukan masyarakat internasional untuk bertindak.

Baca juga: Ledakan Depo Bahan Bakar di Nagorno-Karabakh

Pashinyan mengkritik pasukan penjaga perdamaian Rusia karena gagal melakukan intervensi ketika Azerbaijan melancarkan serangan kilat untuk mendapatkan kembali kendali atas wilayah tersebut. Rusia membantah tuduhan tersebut.

Eksodus etnik Armenia dari daerah kantong tersebut menandai perubahan mendasar dalam kendali etnik atas tanah yang disengketakan tersebut. 

Badan pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan lebih dari 88 ribu orang telah menyeberang ke Armenia dari Nagorno-Karabakh dan jumlah totalnya bisa mencapai 120 ribu angka yang menyamai perkiraan seluruh populasi di wilayah yang memisahkan diri tersebut.

Perwakilan UNHCR di Armenia Kavita Belani mengatakan pada konferensi pers PBB melalui tautan video bahwa banyak orang yang lelah dan ketakutan berkumpul di pusat pendaftaran.

“Ini adalah situasi di mana mereka telah hidup di bawah blokade selama sembilan bulan. Dan ketika mereka datang, mereka penuh dengan kecemasan, ketakutan, ketakutan dan mereka menginginkan jawaban," jelasnya.

Pihaknya siap menampung hingga 120 ribu orang. 

"Sangat sulit untuk memprediksi berapa banyak yang akan datang pada saat ini,” tambahnya.

Angka perencanaan awal adalah antara 70-90 ribu pengungsi tetapi angka tersebut perlu diperbarui, tambahnya.

Hampir sepertiga pengungsi adalah anak-anak, kata pejabat PBB lainnya dalam pengarahan tersebut. 

“Kekhawatiran utama kami adalah banyak dari mereka yang terpisah dari keluarga mereka,” kata Direktur Regional UNICEF Regina De Dominicis.

Perwakilan Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional Hicham Diab mengatakan ada kebutuhan besar akan dukungan kesehatan mental bagi para pengungsi.

“Situasi ini sering kali melibatkan keluarga yang datang dengan anak-anak yang sangat lemah hingga mereka pingsan di pelukan orangtuanya,” katanya. (AFP/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat