visitaaponce.com

Tempat Aman Terakhir di Gaza pun Dihancurkan Israel

Tempat Aman Terakhir di Gaza pun Dihancurkan Israel
Warga Palestina berada di antara jenazah korban tewas akibat serangan udara Israel terhadap rumah sakit di Jalur Gaza.(AFP/Dawood NEMER)

BAGI puluhan ribu keluarga di Gaza, rumah sakit menjadi tempat perlindungan dari serangan Israel yang sepertinya tidak ada habisnya. Kemudian terjadi serangan pada Selasa (17/10) malam, di rumah sakit Ahli Arab di Gaza tengah, yang menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas itu, menewaskan sedikitnya 500 orang.

Kementerian tersebut, yang menyalahkan Israel atas serangan tersebut, mengatakan rumah sakit Ahli Arab tidak hanya melindungi ratusan orang yang sakit dan terluka. Warga Gaza lainnya juga terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mengungsi di sanakarena serangan Israel lainnya.

Tentara Israel berdalih serangan biadab itu mereka alamatkan kepada militan Jihad Islam Palestina. Negeri Zionis itu enggan mengakuinya dan menyalahkannya kepada kelompok tersebut sebagai pelaku serangan tersebut.

Baca juga: Uni Eropa Tegaskan Serangan terhadap Infrastruktur Sipil Melanggar Hukum Internasional

Penduduk Gaza, yang diperintahkan untuk mengungsi dari wilayah utara Palestina, memadati halaman dan koridor rumah sakit yang kewalahan di wilayah tersebut. Mereka meyakini rumah sakit tersebut adalah tempat yang aman dari pengeboman Israel.

Di rumah sakit Nasser, sebelum serangan Ahli Arab, para perempuan membuat roti dan menjemur pakaian di halaman fasilitas di distrik selatan Khan Yunis. Sementara ambulans membawa banyak korban dan para ahli bedah berusaha mati-matian menyelamatkan nyawa di dalam rumah sakit tersebut.

Amira, 44, dan anak-anaknya termasuk di antara ratusan orang yang mengambil alih halaman di fasilitas tersebut. 

Baca juga: Erdogan Ajak Hentikan Tindakan Brutal di Gaza

"Seluruh badan kami gatal. Sudah seminggu kami tidak bisa mandi,” katanya.

Dia menyiapkan sandwich untuk anak-anaknya dengan beberapa roti yang telah diberikan kepadanya. Para tunawisma dan pengungsi lain mencoba tidur di tengah deru serangan udara dan hawa dingin yang semakin meningkat.

Ibrahim Teyssir adalah satu dari ribuan orang yang mengungsi di sekitar rumah sakit Dar al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza dan jantung sistem medis bagi 2,4 juta penduduknya.

“Tidak ada yang mengasihani kami. Apa yang telah kita lakukan sehingga pantas menerima ini? Apa yang telah dilakukan anak-anak kita? Kebanyakan orang bukan bagian dari kelompok bersenjata mana pun," paparnya.

Rumah sakit menjadi pilihan terakhir warga Gaza untuk berlindung kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

"Kerumunan semakin parah. Lebih dari 30.000 orang berlindung di Rumah Sakit Shifa saja," kata badan PBB itu.

“Kami sangat prihatin dengan wabah penyakit akibat pengungsian massal serta buruknya air dan sanitasi di kalangan masyarakat yang sudah berada dalam situasi yang mengerikan,” lanjut WHO.

Rumah sakit ini menarik karena relatif terhindar dari serangan bom Israel yang melanda Gaza setiap hari sejak serangan Sabtu (7/10), yang menewaskan 1.400 orang di Israel selatan. Namun, WHO mengatakan 111 bangunan medis terkena dampaknya, 12 pekerja medis tewas dan 60 ambulans menjadi sasaran.

Sekitar 3.000 orang telah tewas dalam serangan Israel. Sekitar 1 juta orang dari Gaza utara telah pindah ke Khan Yunis dan distrik selatan lainnya untuk menghindari serangan darat Israel.

Sekitar 100 ribu orang tersisa di distrik utara sekitar Kota Gaza, yang menurut Israel, merupakan basis Hamas dan telah diperingatkan akan menjadi sasaran serangannya. Kondisi di wilayah kecil ini semakin memburuk setiap hari bagi 2,4 juta penduduknya.

UNICEF, badan urusan anak-anak PBB, mengatakan air dan bahan bakar diminta segera dikirim segera untuk menyelamatkan penduduk Gaza yang tersisa dari epidemi dan kematian.

Satu-satunya penyeberangan ke seluruh dunia di Rafah ditutup Israel. Mesir juga menolak membuka Rafah meskipun truk-truk yang memuat bantuan telah menunggu di perbatasan Mesir menuju Palestina.

Beberapa peluru telah jatuh di sisi Gaza, sementara Mesir, Israel, dan Amerika Serikat telah gagal menyepakati cara untuk membuka gerbang perbatasan agar bantuan masuk dan keluarnya sejumlah warga negara asing.

Israel juga telah memutus pasokan listrik dan air ke Gaza. Hal ini telah menambah perih blokade yang dilakukan Israel. Beberapa rumah sakit di Gaza mengatakan mereka akan kesulitan untuk tetap beroperasi dan jumlah korban jiwa terus bertambah setiap jamnya.

Ratusan anak-anak termasuk di antara korban tewas dan 10 ribu orang terluka, banyak di antara mereka yang dirawat di enam rumah sakit yang tersisa.

Kekurangan obat-obatan telah menambah krisis yang disebabkan oleh kurangnya air dan bahan bakar untuk menjaga operasional fasilitas kesehatan. (AFP/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat