visitaaponce.com

PBB Peringatkan Lebih Banyak lagi Warga Gaza yang akan Tewas

PBB Peringatkan Lebih Banyak lagi Warga Gaza yang akan Tewas
Jemaah muslim Yaman, beberapa memegang bendera Palestina, berkumpul untuk salat Jumat siang dalam solidaritas dengan warga Palestina.(AFP/Mohammed Huwais.)

PBB memperingatkan pada Jumat (27/10) bahwa lebih banyak orang lagi yang akan tewas di Jalur Gaza, Palestina, akibat kekurangan pasokan kebutuhan dasar setelah hampir tiga minggu pengeboman oleh Israel sebagai tanggapan terhadap serangan Hamas yang paling mematikan dalam sejarahnya.

Hal itu meningkatkan kekhawatiran atas kejahatan perang yang dilakukan ketika konflik mematikan Israel-Hamas memasuki hari ke-21. Tentara mengatakan pasukannya telah melakukan serangan darat singkat ke Gaza ketika mereka bersiap untuk serangan darat.

Kekhawatiran semakin meningkat mengenai dampak regional dari konflik tersebut. Soalnya, Amerika Serikat memperingatkan Iran agar tidak melakukan eskalasi dan menyerang fasilitas di Suriah yang dikatakan digunakan oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran dan kelompok lain.

Baca juga: Warga Palestina di Tepi Barat Berkumpul Mendukung Gaza

"Orang-orang di Gaza sedang sekarat. Mereka tidak hanya meninggal karena bom dan serangan, akan lebih banyak lagi yang akan meninggal akibat pengepungan tersebut," kata Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA).

Israel telah mengurangi pasokan makanan, air, dan listrik ke Gaza, terutama memblokir semua pengiriman bahan bakar dengan alasan akan dieksploitasi oleh Hamas untuk memproduksi senjata dan bahan peledak.

Baca juga: Tolak Biden, PBB Sebut Jumlah Korban Jiwa Gaza Kredibel

"Layanan dasar hancur, obat-obatan habis, makanan dan air habis, jalan-jalan di Gaza mulai dipenuhi limbah," kata Lazzarini. Sekitar 45% perumahan dilaporkan rusak atau hancur.

Kejahatan perang di kedua belah pihak 

Di Jenewa, kantor hak asasi manusia PBB meningkatkan kewaspadaan atas kejahatan perang. "Serangan keji yang dilakukan Hamas sama saja dengan perang kejahatan," tetapi juga menunjuk pada pengeboman Israel di Gaza.

"Tidak ada tempat yang aman di Gaza. Memaksa orang untuk mengungsi dalam keadaan seperti ini dan ketika berada dalam pengepungan total menimbulkan kekhawatiran serius atas pemindahan paksa yang merupakan kejahatan perang," katanya mengenai perintah Israel bagi warga Gaza utara untuk mengungsi ke selatan.

Bencana kemanusiaan sedang terjadi pada warga Gaza yang, "Dihukum secara kolektif," yang merupakan, "Kejahatan perang," katanya.

Bantuan tahap pertama yang sangat dibutuhkan diizinkan masuk pada akhir pekan, tetapi sejak itu hanya 74 truk yang menyeberang. Sebelum konflik, PBB mengatakan rata-rata 500 truk memasuki Gaza setiap hari.

"Beberapa truk ini tidak lebih dari remah-remah yang tidak akan membuat perbedaan," kata Lazzarini. Ia menegaskan bahwa Gaza membutuhkan, "Aliran bantuan yang berarti dan tidak terputus," dan, "Gencatan senjata kemanusiaan untuk memastikan bantuan ini menjangkau mereka yang membutuhkan."

Kata-katanya menggemakan seruan para pemimpin Uni Eropa pada Kamis untuk, "Akses dan bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan, cepat, aman, dan tanpa hambatan," kepada mereka yang membutuhkan melalui, "Koridor kemanusiaan dan jeda untuk kebutuhan kemanusiaan."

Antara pengeboman dan kekurangan bahan bakar, 12 dari 35 rumah sakit di Gaza terpaksa ditutup. UNRWA mengatakan mereka harus mengurangi operasinya secara signifikan. Badan tersebut juga mengatakan 57 stafnya telah tewas sejak perang dimulai.

Tidak pernah merasa begitu tidak berdaya

Saat puluhan ribu tentara Israel berkumpul di sepanjang perbatasan Gaza menjelang serangan darat yang diperkirakan akan dilakukan, tentara Israel mengatakan mereka telah melancarkan serangan darat singkat ke Gaza, yang kedua dalam beberapa hari.

"Kami melakukan operasi darat di Gaza tengah sebagai bagian dari persiapan perang yang akan datang," kata juru bicara militer Daniel Hagari kepada wartawan. Serangan pertama menargetkan Gaza utara.

Sayap bersenjata Hamas juga mengatakan pasukan Israel telah mencoba melancarkan operasi amfibi skala besar di pantai Rafah di Gaza selatan saat fajar. Namun hal itu digagalkan oleh pejuang mereka, dengan mengatakan bahwa tentara tersebut melarikan diri melalui laut, meninggalkan sejumlah besar senjata.

Tentara Israel mengonfirmasi operasi tersebut dengan mengatakan bahwa pasukannya telah menyerang infrastruktur militer Hamas dan satu kompleks yang digunakan militan Hamas. Tentara juga memperbarui jumlah sandera yang ditahan oleh Hamas menjadi 229 orang, banyak di antaranya memegang paspor asing, dan keluarga mereka sangat sedih atas nasib mereka.

"Saya belum pernah merasakan perasaan tidak berdaya seperti ini," kata Ella Ben Ami, 23, yang orangtuanya diculik. Dengan mimpi buruk yang berulang setiap malam, dia mengatakan dia merasa seperti orang mati.

"Hampir setiap keluarga telah kehilangan seseorang. Tak seorang pun dapat memahami bahwa ada begitu banyak orang yang tidak akan kita temui lagi," katanya kepada AFP ketika para terapis Israel mengatakan mereka kewalahan dengan banyaknya orang yang mengalami trauma akibat pertumpahan darah.

Ke mana pun kami pergi, kami akan mati

Pada siang hari, militan menembakkan roket ke arah Tel Aviv. Orang-orang terlihat berlarian mencari perlindungan sementara sirene meraung-raung, kata koresponden AFP. Satu bom terjebak di kota, melukai tiga orang, satu luka sedang dan dua luka ringan, kata petugas medis.

Meskipun Israel menyerukan agar warga sipil di Gaza utara pindah ke selatan demi keselamatan mereka, serangan terus melanda wilayah selatan. Banyak warga Gaza yang mengatakan mereka tidak punya tempat untuk berlindung.

"Ke mana pun kami pergi, kami akan mati," kata Rahma Saqallah yang meninggalkan rumahnya di Kota Gaza untuk pergi ke selatan bersama keluarganya. Namun ia memutuskan untuk kembali setelah serangan menewaskan suami dan tiga anaknya.

"Mereka menyuruh kami pergi ke selatan dan kemudian mereka membunuh kami (di sini)," katanya ketika meninggalkan kota Khan Yunis di selatan untuk pulang bersama satu-satunya anak yang tersisa.

Kekerasan juga meningkat tajam di Tepi Barat yang diduduki sejak serangan 7 Oktober, dengan lebih dari 100 warga Palestina tewas dan lebih dari 1.900 orang terluka. Empat warga Palestina lain tewas pada Jumat dalam serangan Israel di kota Jenin dan Qalqilya di utara, kata kementerian kesehatan. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat