visitaaponce.com

Mer-C Desak WHO Atasi Krisis Fasilitas Kesehatan di Gaza

Mer-C Desak WHO Atasi Krisis Fasilitas Kesehatan di Gaza
Warga Gaza mendorong tumpukan jeriken(AFP)

LEMBAGA Medis Kegawatdaruratan, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia meminta Badan Kesehatan Dunia PBB atau WHO bertindak lebih banyak dalam menghentikan agresi Israel. WHO tidak cukup mengeluh dengan stigmatisasi dan penggunaan rumah sakit di Gaza sebagai markas Israel.

"Rumah sakit Naseer di Gaza selatan mendapatkan stigma yang juga sebelumnya disematkan kepada rumah sakit lainnya termasuk yang dibangun Indonesia. Israel menyerang dan menangkap petugas medisnya dan berikutnya diduduki. Ini harus dihentikan WHO," kata Ketua Presidium MER-C Indonesia Sarbini Abdul Murad saat memberikan keterangan resmi, Jakarta, Rabu (21/2).

Menurut dia penyerangan dan pendudukan Rumah Sakit Naseer menambah panjang daftar kebiadaban Israel yang menyasar fasilitas kesehatan di Jalur Gaza. Padahal hukum yang dibuat PBB telah melarangnya.

Baca juga : WHO Selesaikan Evakuasi Kedua RS Gaza di tengah Pertempuran Sengit

WHO, kata dia, perlu melakukan pendekatan lebih serius untuk menghentikan kebiadaban Israel. WHO tidak akan mampu menyelamatkan fasilitas kesehatan di wilayah yang dijajah Israel itu dengan hanya menyampaikan keluhan dan kecaman.

"WHO harus menghentikannya dengan mengambil pendekatan diplomatis dengan meminta Amerika Serikat (AS) sekutu utama Israel untuk menghalau kebiadaban ini. Pendudukan fasilitas kesehatan ini sangat memilukan dan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan," ujarnya.

Di tengah terbatasnya rumah sakit yang masih beroperasi, maka penyerangan, penghancuran dan stigmatisasi Israel terhadap rumah sakit di Gaza harus dihentikan. Israel juga tidak boleh menjadikan rumah sakit sebagai markas dan stigmatisasi yang tidak masuk akal.

Baca juga : WHO Sebut Tuduhan Israel soal UNRWA untuk Alihkan Isu Genosida di Gaza

"Jumlah korban luka lebih 80 ribu orang membutuhkan pelayanan medis. Sudah wajarnya dunia bertindak melihat fakta memilukan di Gaza," katanya.

Negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja sama Islam (OKI) juga perlu membuat terobosan. Mereka harus bisa menyediakan fasilitas kesehatan yang aman dan mudah diakses warga Gaza.

Ia mencontohkan, OKI dapat membangun rumah sakit lapangan di perbatasan Mesir dengan Gaza. Dengan begitu, warga Gaza bisa dengan mudah mendapatkan pelayanan medis meskipun semua rumah sakit yang ada telah dihancurkan Israel.

Baca juga : WHO:  Rumah Sakit di Gaza Mengalami 'Pemburukan Cepat'

Sebelumnya, kata Sarbini, pemerintah Indonesia juga pernah mengirimkan rumah sakit lapangan kolaborasi antara departemen kesehatan dan TNI untuk membantu korban gempa di Kota Bam, Iran pada 2004.

“Dan saya pikir Indonesia bisa mengulanginya lagi hal seperti itu di Rafah,” katanya.

Pemerintah Mesir, katanya, telah memberikan lampu hijau untuk membuka rumah sakit lapangan di Rafah. "Ini saya pikir merupakan kesempatan yang bisa diambil pemerintah rumah sakit lapangan bisa terwujud,” pungkasnya. (Z-8)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat