visitaaponce.com

Benjamin Netanyahu Dituntut Mundur dan Bebaskan Sandera

Benjamin Netanyahu Dituntut Mundur dan Bebaskan Sandera
Ribuan demonstran berkumpul di Tel Aviv, Israel, menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.(AFP)

RIBUAN demonstran Israel berkumpul di Tel Aviv, Israel, pada Sabtu (9/3), menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Pemimpin garis keras Israel yang telah menginvasi Gaza lima bulan itu juga dituntut membebaskan sandera.

Dengan kaos dan spanduk yang menampilkan nama dan gambar sandera yang disandera selama serangan Hamas pada 7 Oktober, massa menuntut tindakan cepat untuk menyelamatkan sandera yang tersisa. Mereka meneriakkan 'Pemilu sekarang!' dan 'Bawa kembali para sandera sekarang!'.

Sekitar 100 sandera masih hidup di Gaza dan 31 orang diperkirakan tewas, kata Israel, yang merupakan sumber utama keputusasaan para demonstran. "Kita ini negara yang hancur,” kata seorang massa aksi, yang juga psikolog berusia 60an, Ora.

Baca juga : Menlu AS Blinken Mengatakan Masih 'Ruang untuk Kesepakatan' Terkait Sandera Gaza

Beberapa pengunjuk rasa menyerukan gencatan senjata segera, sebuah posisi yang sejauh ini ditolak oleh pemerintahan Netanyahu, dengan alasan bahwa hal itu akan menjadi kemenangan bagi Hamas.

"Gencatan senjata? ya, kami tidak punya pilihan lain," kata Israel Alva, mantan tentara yang kini menjual peralatan medis. Ia menambahkan tidak ada rencana politik setelah perang.

Mediator telah mendorong kesepakatan gencatan senjata baru sebelum bulan puasa Ramadan, yang akan dimulai dalam beberapa hari mendatang.

Baca juga : Keluarga Sandera Serbu Parlemen Israel

Namun Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan pada terobosan atau mewujudkan gencatan senjata menghadapi kondisi yang sulit.

Shai Gill, seorang pilot maskapai penerbangan berusia 50 tahun yang bergabung dalam demonstrasi di Tel Aviv, mengatakan pemerintahan Netanyahu – yang sudah dilanda gelombang protes besar-besaran sebelum perang tidak dapat tetap berkuasa setelah serangan 7 Oktober.

“Mereka tidak mendapat kepercayaan dari masyarakat dan kita harus mengadakan pemilu,” kata Gill.

Baca juga : Tuntut Netanyahu Mundur Kembali Merebak di Israel

Dia menuduh pemerintah didorong oleh motivasi untuk tetap berkuasa. Netanyahu hanya mempertahankan kursi kekuasaan.

Aksi ini memiliki kemiripan dengan protes massal terhadap perombakan hukum kontroversial yang dilakukan Netanyahu sebelum perang di Gaza. Pengadilan tinggi Israel pada Januari menolak komponen utama dari perubahan tersebut, yang sebagian besar telah ditangguhkan.

Netanyahu berpendapat hal tersebut diperlukan untuk menyeimbangkan kembali kekuasaan antara hakim dan pejabat terpilih. Namun para pengkritiknya memperingatkan paket multi-cabang ini bisa membuka jalan bagi pemerintahan otoriter dan digunakan Netanyahu untuk membatalkan kemungkinan hukuman korupsi terhadapnya.

Baca juga : Ibu Warga Prancis yang Disandera Hamas Mohon kepada Netanyahu

Netanyahu mendapat pukulan baru minggu ini ketika penyelidikan menemukan perdana menteri memikul tanggung jawab pribadi atas penyerbuan pada 2021 di Israel utara yang menewaskan 45 peziarah Yahudi.

Partai Likud yang mendukung Netanyahu menjawab penyelidikan tersebut bermotif politik. “Netanyahu selalu memerintah dengan cara yang sama, dengan sikap ‘Saya tidak bertanggung jawab’,” kata Gill.

Serangan terhadap Israel selatan yang memicu perang mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP atas angka-angka Israel.

Kampanye pembalasan Israel untuk menghancurkan Hamas telah menewaskan 30.960 orang di Gaza, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas. (AFP/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat