visitaaponce.com

Nasib Gencatan Senjata di Gaza Masih Kelam

Nasib Gencatan Senjata di Gaza Masih Kelam
Poster yang dibawa massa aksi membela Palestina di Austria.(Dok. AFP)

GERAKAN pembebasan Palestina atau Hamas dan Israel belum menyepakati gencatan senjata. Kedua belah pihak berpegang pada keinginan masing-masing, Hamas meminta penghentian agresi militer secara permanen yang ditolak Israel karena dianggap sebuah kekalahan.

Seorang pejabat Hamas mengatakan delegasinya yang mengikuti perundingan gencatan senjata jalur Gaza di Kairo, Mesir, kembali ke Qatar. Pemimpin politik Hamas yang berbasis di Qatar, Ismail Haniyeh, membalas dengan menuduh Israel menyabotase perundingan tersebut.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pihaknya tidak akan mengabulkan permintaan Hamas untuk mengakhiri invasinya di Gaza. Itu sama saja dengan kekalahan.

Baca juga : Netanyahu Setuju Perundingan lagi, Lima Warga Gaza Tewas dalam Bantuan Makanan

Para perunding Hamas akan kembali ke Kairo pada Selasa (6/5), kata Al-Qahera News, sebuah situs yang terkait dengan badan intelijen Mesir. Direktur Intelijen Amerika Serikat (CIA) Bill Burns menuju ke Doha untuk melakukan pembicaraan darurat mengenai upaya mediasi dengan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani.

Pembungkaman

Netanyahu juga mengumumkan keputusan pemerintah untuk menutup operasi Aljazeera di Israel karena menyiarkan secara berkala kekejaman serdadunya di Jalur Gaza. Kantor berita asal Qatar tersebut mengecam keputusan Israel ini dan menyebutnya sebagai tindakan kriminal sehingga akan mengambil tindakan hukum.

Invasi Israel telah menewaskan 34.683 orang di Gaza yang sebagian besar wanita dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan wilayah yang dikelola Hamas. Seorang koresponden AFP dan para saksi melaporkan penembakan dan tembakan di Kota Gaza pada Minggu (5/5), tembakan helikopter di Gaza tengah dan selatan, dan serangan rudal terhadap sebuah rumah di daerah Rafah.

Baca juga : Hamas: Israel Ingin Perpanjang Agresi di Gaza, Meski Tentara Mereka Kalah

“Kami menginginkan gencatan senjata dan agar Gaza kembali seperti semula, atau bahkan lebih baik lagi,” kata perempuan pengungsi Umm Jamil al-Ghussein di kota Rafah, Gaza, tempat sekitar 1,2 juta orang mencari perlindungan.

Arwa Saqr, pengungsi Khan Younis, mengatakan dia kehilangan harapan bahwa negosiasi akan berhasil. Jumlah korban sipil Palestina telah memperburuk hubungan antara Israel dan pemasok militer utama serta sekutunya, AS.

Meskipun demikian, Menteri Luar Negeri Washington Antony Blinken mengatakan satu-satunya penghalang antara rakyat Gaza dan gencatan senjata adalah Hamas. Para perunding bertemu di Kairo tanpa kehadiran delegasi Israel.

Baca juga : Netanyahu Tolak Gencatan Senjata 135 Hari di Gaza, Malah Perluas Agresi ke Rafah

Mediator Qatar, Mesir dan AS telah mengusulkan jeda 40 hari dalam pertempuran dan pertukaran sandera bagi tahanan Palestina, menurut rincian yang dikeluarkan oleh Inggris. Jika gencatan senjata ini disepakati akan menjadi yang kedua setelah berlaku selama sepekan pada November yang melibatkan pertukaran sandera dan tahanan.

Netanyahu, yang koalisinya mencakup partai-partai ultra-nasionalis, menghadapi protes rutin di dalam negeri, termasuk ribuan orang di Tel Aviv pada Sabtu (4/5) malam yang menuntut kesepakatan untuk memulangkan sandera yang masih ditahan di Gaza.

Netanyahu Terus Cari Pembenaran

Menurut pernyataan dari kantor Netanyahu, Israel tidak akan membiarkan Hamas menguasai Gaza lagi, membangun kembali infrastruktur militer mereka dan kembali mengancam warganya. “Israel tidak akan menyetujui tuntutan Hamas yang berarti menyerah, dan akan terus berperang sampai semua tujuannya tercapai,” tambahnya.

Baca juga : Menlu AS Antony Blinken Dorong Gencatan Senjata Israel-Hamas

Sementara Haniyeh mengatakan Netanyahu ingin menciptakan pembenaran terus-menerus atas kelanjutan agresi, memperluas lingkaran konflik, dan menyabot upaya yang dilakukan melalui berbagai mediator dan pihak.

Netanyahu juga telah berjanji untuk menyerang Rafah terlepas dari gencatan senjata apa pun, dan meskipun ada kekhawatiran dari AS, negara-negara lain, dan organisasi bantuan kemanusiaan.

Pada awal perang, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan negaranya akan memberlakukan pengepungan total yang menghalangi makanan, air dan pasokan lainnya. Menurut PBB, seruan yang terus menerus untuk mendapatkan akses yang lebih besar telah menghasilkan beberapa perbaikan baru-baru ini.

Presiden Emmanuel Macron mendesak Netanyahu melalui panggilan telepon untuk mencapai kesepakatan dalam negosiasi dengan Hamas, kata kantor kepresidenan Prancis. Sebuah resolusi yang diadopsi pada pertemuan Organisasi Kerja sama Islam (OKI) di Gambia juga menyerukan negara-negara anggota untuk melakukan tekanan diplomatik, politik dan hukum untuk menghentikan kejahatan dan perang Israel di Gaza yang terkepung.

(AFP/Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat