Netanyahu Didesak Sepakati Proposal Gencatan Senjata
![Netanyahu Didesak Sepakati Proposal Gencatan Senjata](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/06/6a49d3489ef755e3cf53c7543087f8b2.jpg)
FORUM Keluarga Sandera dan Orang Hilang menyerukan semua warga Israel untuk turun ke jalan. Mereka juga mendesak Perdana Menteri Benjamin Nentanyahu menerima proposal gencatan senjata yang disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Forum tersebut mempercayai Netanyahu menghalangi kesepakatan tercapainya gencatan senjata dengan Hamas. Aksi kelompok ini terjadi setelah Biden mengatakan bahwa Israel telah mengajukan proposal baru yang komprehensif untuk mengakhiri konflik.
Rencana tiga fase dalam proposal itu menerapkan gencatan senjata permanen di Jalur Gaza, penarikan pasukan Israel dari seluruh wilayah berpenduduk di Gaza, dan pembebasan semua warga Israel yang ditawan di jalur tersebut.
Baca juga : Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu Tegaskan Lanjutkan Perang Meski Ada Kecaman Internasional
Hamas telah mengindikasikan mereka terbuka terhadap usulan tersebut, sehingga meningkatkan harapan penghentian invasi delapan bulan oleh Israel. Dalam sebuah pernyataan, kelompok tersebut mengatakan pihaknya menegaskan kembali kesiapannya untuk secara positif terlibat dan bekerja sama dengan proposal apa pun berdasarkan landasan gencatan senjata permanen, penarikan penuh dari Jalur Gaza, rekonstruksi, pengembalian pengungsi ke rumah mereka, dan penyelesaian konflik.
Termasuk kesepakatan pertukaran tahanan yang sesungguhnya, dengan ketentuan bahwa pendudukan mengumumkan komitmennya yang jelas terhadap hal ini. Dalam pernyataan bersama, AS, Qatar, dan Mesir bersama-sama meminta Hamas dan Israel untuk menyelesaikan kesepakatan.
Namun pada Sabtu (1/6), Netanyahu bersikeras menyatakan bahwa agar perang Israel di Gaza dapat berakhir, Hamas harus dihancurkan. “Kondisi Israel untuk mengakhiri perang tidak berubah, penghancuran kemampuan militer dan pemerintahan Hamas, pembebasan semua sandera dan memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel,” ungkap sebuah pernyataan dari kantor Netanyahu, dilansir dari Al Jazeera, Minggu (2/6).
Baca juga : Benjamin Netanyahu Bersikeras Hancurkan Rafah
Syarat-syarat tersebut harus dipenuhi Hamas, sebelum gencatan senjata permanen diberlakukan. Forum Keluarga Penyanderaan dan Orang Hilang mengatakan bahwa Netanyahu berada di bawah tekanan dari dalam pemerintahannya sendiri.
“Ada kelompok minoritas yang memeras Netanyahu dan mengancam perjanjian tersebut, dan kita harus mendukung perjanjian tersebut dan tidak menyerahkan arena kepada ekstremis,” kata seorang juru bicara kantor Netanyahu.
Dalam sebuah postingan di platform media sosial X, publikasi berita Amerika Axios melaporkan menteri ultranasionalis Israel Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich telah mengatakan kepada Netanyahu akan meninggalkan koalisi dan menggulingkan pemerintah jika proposal kesepakatan penyanderaan yang diajukan oleh Biden disetujui.
Baca juga : Ketakutan Terus Meningkat di Rafah Memasuki Perang Israel-Hamas di Hari ke-200
Abdullah al-Arian, profesor sejarah di Universitas Georgetown di Qatar, menunjukkan adanya kontradiksi besar dalam tuntutan Israel. AS juga tidak menginginkan Gaza dikuasai Hamas.
“Pada saat yang sama, ini adalah kesepakatan yang harus dicapai melalui negosiasi dengan Hamas, jadi bagaimana Anda melakukannya? Bagaimana Anda menghilangkan mereka sebagai kekuatan politik dan pada saat yang sama mencapai solusi negosiasi yang disepakati semua pihak,” ujarnya.
Poin penting lainnya dalam mencapai kesepakatan adalah Israel tetap menjadi kekuatan pendudukan di beberapa bagian Gaza, yang katanya terus-menerus ditolak oleh Palestina. Sementara Alon Liel, mantan Direktur Kementerian Luar Negeri Israel, mengatakan pengumuman Biden hanya seperti penenang bagi warga Israel yang ingin mengakhiri perang.
Baca juga : Pejabat Jalur Gaza: Serangan Israel Bunuh Sembilan Anggota Keluarga di Rafah
“Hal yang mengejutkan (proposal gencatan senjata) digambarkan sebagai tawaran Israel. Hal ini bertentangan dengan banyak hal yang dikatakan Netanyahu baru-baru ini. Maka ini lebih terlihat seperti tawaran Amerika yang diajukan sebagai tawaran Israel,” kata Liel.
Kelompok bersenjata Jihad Islam Palestina menyatakan kecurigaan terhadap rencana yang diumumkan oleh Biden dengan mengatakan penghentian agresi harus melibatkan penarikan total pasukan Israel dari Gaza.
Bahkan ketika Biden menyampaikan rencana baru tersebut, Israel terus melakukan serangan mematikannya di Gaza, dengan tembakan artileri menghantam bangunan tempat tinggal di lingkungan utara Kota Gaza, menewaskan beberapa warga Palestina.
Serangan Israel di Kota Gaza juga menewaskan seorang jurnalis, yang diidentifikasi sebagai Ola al-Dahdouh, menurut saluran TV Palestina Al-Aqsa. Pasukan Israel juga menyerang Rafah di Gaza selatan dengan tank dan artileri, sementara para saksi di timur dan tengah Rafah menggambarkan penembakan artileri yang intens.
Di bawah bayang-bayang pemboman Israel yang terus menerus, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengadakan diskusi dengan para diplomat tinggi Arab Saudi, Yordania dan Turki di tengah upaya untuk mengumpulkan dukungan terhadap rencana gencatan senjata baru di Gaza.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud menerima telepon dari Blinken. Mereka membahas proposal terbaru tersebut, kata kantor berita negara Arab Saudi.
Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller, Blinken menekankan bahwa Hamas harus menerima kesepakatan itu tanpa penundaan dalam panggilan telepon dari pesawatnya saat dia kembali dari pertemuan NATO di Praha.
“(Blinken) menggarisbawahi bahwa proposal tersebut demi kepentingan Israel dan Palestina, serta keamanan jangka panjang di kawasan,” tambah Miller.
Di Israel, pemimpin oposisi Yair Lapid mendesak Netanyahu untuk menyetujui perjanjian tersebut. Dia mengatakan partainya akan mendukungnya bahkan jika faksi sayap kanan dalam koalisi pemerintahan memberontak, yang berarti perjanjian tersebut kemungkinan besar akan disahkan di parlemen.
“Pemerintah Israel tidak dapat mengabaikan pidato penting Biden. Ada kesepakatan dan itu harus dilakukan,” kata Lapid dalam postingan media sosial pada Sabtu (1/6).
Keluarga dari orang-orang yang ditawan di Gaza juga meminta semua pihak untuk segera mendukung proposal yang digariskan oleh Biden. Mereka memperingatkan waktu hampir habis karena Israel dan Hamas harus menerima kesepakatan tersebut. (Cah)
Terkini Lainnya
IDF Investigasi Tentara yang Mengikat Pria Palestina ke Kap Kendaraan
Benjamin Netanyahu: Fase Intens Perang dengan Hamas Akan Segera Berakhir
Menteri Pertahanan Israel Yoac Gallant Ke Washington Bahas Konflik dengan Hamas dan Hizbullah
PM Israel Benjamin Netanyahu Ungkap Penundaan Pasokan Senjata dari AS
Pejabat Senior Departemen Luar Negeri AS Mundur di Tengah Konflik Gaza
Israel Menyerang Gaza di Tengah Pelanggaran Hukum
Jubir Militer Israel: Tidak Mungkin Netanyahu Hancurkan Hamas
Kabinet Perang Israel Selesai, Siapa yang Tersisa?
Hamas Tidak Tahu Berapa Sandera yang Masih Hidup
Lebih dari 330.000 Ton Limbah Mengancam Lingkungan dan Kesehatan di Gaza
Dokter tanpa Etika dan Pembiaran oleh Otoritas Negara
Kemitraan dan Kualitas Pendidikan
Ketahanan Kesehatan Global
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap