visitaaponce.com

Benjamin Netanyahu Bersikeras Hancurkan Rafah

Benjamin Netanyahu Bersikeras Hancurkan Rafah
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu(AFP/Leo Correa)

PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji akan melancarkan serangan darat ke Rafah, kota di ujung selatan Jalur Gaza. Itu akan dilakukannya dengan atau tanpa kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas

Dia mengeluarkan peringatan itu di tengah perpecahan politik pemerintahannya dan kecaman dunia internasional, termasuk Amerika Serikat (AS).

Netanyahu, yang bersumpah menghancurkan Hamas sebagai balasan atas serangan kelompok militan itu pada 7 Oktober, menjanjikan kemenangan total sehingga harus menginvasi Rafah. Ia mengatakan menghentikan agresi Israel sebelum mencapai semua tujuan adalah hal yang mustahil.

Baca juga : Pejabat Jalur Gaza: Serangan Israel Bunuh Sembilan Anggota Keluarga di Rafah

“Kami akan memasuki Rafah dan kami akan melenyapkan batalion Hamas di sana dengan atau tanpa kesepakatan,” katanya kepada keluarga beberapa sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.

Komentar Netanyahu ini muncul ketika Hamas sedang mempertimbangkan rencana gencatan senjata terbaru yang diusulkan dalam pembicaraan di Kairo dengan mediator AS, Mesir, dan Qatar. 

Ini telah meningkatkan harapan untuk mengakhiri pertempuran setelah hampir tujuh bulan. 

Baca juga : Perdana Menteri Israel Setuju dengan Permintaan Biden terkait Rafah, Gaza

Hamas sedang mempertimbangkan rencana gencatan senjata selama 40 hari dan pertukaran sejumlah sandera dengan jumlah tahanan Palestina yang lebih besar.

“Hamas, yang utusannya kembali dari perundingan Kairo ke markas mereka di Qatar, akan membahas gagasan dan proposal tersebut,” kata sumber Hamas.

Al-Qahera News, sebuah situs yang terkait dengan badan intelijen Mesir, sebelumnya melaporkan perunding Hamas akan kembali dilangsungkan dengan tanggapan tertulis.

Baca juga : PBB Ingatkan Ledakan Kematian Anak Gaza karena Bencana Kelaparan

Seorang pejabat Israel mengatakan kepada AFP bahwa pemerintahnya akan menunggu jawaban hingga Rabu (1/5) malam untuk membuat keputusan mengirim utusan ke Kairo. 

Washington telah meningkatkan tekanan pada semua pihak untuk mencapai gencatan senjata, sebuah pesan yang didorong oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang sedang melakukan tur regionalnya yang ketujuh sejak Israel menginvasi Gaza.

Blinken, yang tiba di Yordania dari Arab Saudi kemudian menuju ke Israel untuk melakukan pembicaraan dengan Netanyahu dan pejabat lainnya, Rabu (1/5), menggambarkan tawaran Israel sebagai proposal yang sangat murah hati. Kala berkunjung di Amman, Blinken menyerukan penggandaan upaya bantuan pada momen kritis dalam memastikan bahwa segala sesuatu yang perlu dilakukan telah dilakukan.

Baca juga : Israel Bunuh Ratusan Orang untuk Bebaskan Dua Sandera Hamas 

Dia bertemu dengan Raja Abdullah II, yang menekankan pentingnya tindakan segera untuk menghentikan bencana kemanusiaan di Jalur Gaza dan perlunya melindungi warga sipil yang tidak bersalah, menurut pernyataan kerajaan itu. 

Washington sangat mendukung sekutunya, Israel, namun juga menekannya agar menahan diri dari invasi darat ke Rafah, yang dipenuhi warga sipil yang terlantar.

Calev Ben-Dor, mantan analis kementerian luar negeri Israel dan wakil editor untuk tinjauan khusus Fathom, mengatakan ancaman Netanyahu terkait Rafah itu kemungkinan besar lebih berkaitan dengan upaya untuk menjaga koalisinya tetap utuh, daripada merealisasikannya.

“Rezim Netanyahu yang didukung politisi sayap kanan yang dengan keras menentang usulan gencatan senjata,” kata Ben-Dor.

Presiden AS Joe Biden, yang menghadapi kemarahan yang meningkat di kampus-kampus AS, mendesak para pemimpin Mesir dan Qatar untuk mengerahkan semua upaya untuk menjamin pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas. 

Biden menyebut hal ini sebagai satu-satunya hambatan dalam mendapatkan bantuan bagi warga sipil Jalur Gaza, yang menurut PBB berada di ambang kelaparan. 

Sementara itu, sebuah dermaga terapung yang dibangun AS di pantai Jalur Gaza untuk memungkinkan pengiriman bantuan lebih besar diperkirakan akan selesai akhir pekan ini.

Ketika proses diplomasi berlanjut, Israel terus melakukan pengeboman yang meratakan sebagian besar wilayah Gaza. Seorang koresponden AFP melaporkan serangan udara terhadap Kota di Jalur Gaza, Khan Yunis dan Rafah, sementara Israel mengatakan jet tempur menyerang sejumlah sasaran teror di Gaza tengah.

Warga Palestina di Rafah berduka atas korban terbaru ketika anak-anak dikeluarkan dari reruntuhan. Di Rumah Sakit Al-Najjar, para kerabat yang berduka berdesak-desakan mencari korban tewas, yang tubuhnya diselimuti kain putih. 

“Kami menuntut seluruh dunia menyerukan gencatan senjata yang langgeng,” kata salah satu kerabat yang berduka, Abu Taha.

Serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 34.535 orang di jalur Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas. 

Militan Palestina menyandera sekitar 250 orang pada 7 Oktober. Israel memperkirakan 129 orang masih berada di Gaza, termasuk 34 orang yang diyakini tewas.

Pengakuan negara Palestina

Para menteri luar negeri Eropa dan Arab bertemu di ibu kota Arab Saudi, Riyadh pada Senin (29/4) untuk membahas cara menggabungkan kekuatan dalam memajukan solusi dua negara. 

Untuk memberikan insentif kepada Israel, Washington telah mendorong prospek normalisasi hubungan dengan negara penguasa Teluk, Arab Saudi. Riyadh menuntut langkah-langkah menuju negara Palestina, yang ditentang oleh Netanyahu dan banyak anggota pemerintahan sayap kanannya.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan dia memperkirakan beberapa pemerintah Eropa akan mengumumkan pengakuan mereka atas negara Palestina bulan depan, termasuk Belgia, Irlandia, Malta, Slovenia, dan Spanyol. 

Mahkamah internasional PBB atau ICJ menolak permintaan Nikaragua untuk melakukan tindakan darurat guna menghentikan Jerman mengirimkan pasokan militer ke Israel atas dugaan pelanggaran Konvensi Genosida.

Dalam prosedur yang tertunda di ICJ, Afrika Selatan menuduh Israel melanggengkan genosida di Jalur Gaza. 

Sementara itu, Tiongkok mengatakan dua kelompok politik Palestina yaitu Hamas dan Fatah telah bertemu di Beijing baru-baru ini yang membahas peningkatan rekonsiliasi intra-Palestina.

Hamas menguasai satu-satunya wilayah Jalur Gaza pada 2007, sementara Fatah mempertahankan sebagian kendali administratif di Tepi Barat yang diduduki Israel melalui Otoritas Palestina. (AFP/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat