visitaaponce.com

83 Persen Jemaah Haji Meninggal pada 2024 Tidak Miliki Izin Resmi

83 Persen Jemaah Haji Meninggal pada 2024 Tidak Miliki Izin Resmi
Prosesi haji(Dok. Antara)

83 Persen Jemaah Haji yang Meninggal pada 2024 Tidak Miliki Izin Resmi

OTORITAS Arab Saudi mengumumkan sebanyak 1.301 jemaah haji meninggal selama pelaksanaan ibadah haji tahun 2024, yang berlangsung di tengah kondisi cuaca yang panas. Dari jumlah tersebut, sekitar 83% di antaranya adalah jemaah haji tidak resmi atau yang menggunakan visa nonhaji

Menteri Kesehatan Arab Saudi Fahad Al-Jalajel, Minggu (23/7), seperti dikutip televisi pemerintah, mengatakan bahwa kematian disebabkan cuaca panas. Disebutkan para jemaah harus menempuh perjalanan jauh di bawah sinar matahari langsung tanpa tempat berlindung atau kenyamanan yang memadai.

Baca juga : Ketua MUI Banten Meninggal di Jeddah

Korban jiwa juga mencakup sejumlah orang lanjut usia dan mereka yang menderita penyakit kronis.

“Sekitar 83% jemaah yang wafat adalah orang-orang yang tidak mengantongi izin untuk menunaikan ibadah haji,” ujar Fahad seperti dilansir CNA. 

Sebagai informasi, jemaah yang tak memiliki izin biasanya melakukan perjalanan secara tidak terorganisasi dan bisa menghadapi layanan yang mimim, seperti bus dengan AC atau akses ke persediaan air minum dan makanan.

Baca juga : Hari ke-11, Delapan Jemaah Haji Meninggal Dunia di Madinah

Sebelumnya pada Jumat, seorang pejabat senior Saudi membela pengelolaan ibadah haji di kerajaan Teluk tersebut. “Negara tidak gagal, tapi ada kesalahan penilaian di pihak masyarakat yang tidak menyadari risikonya,” kata pejabat tersebut kepada AFP, komentar pertama pemerintah mengenai angka jemaah haji yang meninggal.

Sementara menurut angka AFP yang diperoleh dari pernyataan resmi dan laporan dari diplomat yang terlibat dalam respons tersebut, menyebutkan jumlah korban jiwa mencapai 1.126 orang, lebih dari separuhnya berasal dari Mesir.

Seorang pejabat senior Saudi mengutarakan kepada AFP bahwa jumlah jemaah meninggal sebanyak 577 orang selama dua hari tersibuk haji, yaitu pada 15 Juni ketika prosesi wukuf di bawah terik matahari di Arafah, dan 16 Juni saat lempar jumrah di Mina.

“Ini terjadi di tengah kondisi cuaca buruk dan suhu yang sangat ekstrem,” kata pejabat tersebut sembari mengakui bahwa jumlah 577 jemaah haji tersebut hanya sebagian dan tidak mencakup seluruh jemaah haji, yang secara resmi berakhir pada Rabu.

Baca juga : 149 Kloter Haji Telah Tiba di Tanah Air hingga 12 Juli 2023

Pejabat Saudi sebelumnya mengatakan sebanyak 1,8 juta jemaah haji ambil bagian pada musim haji tahun ini, jumlah yang sama dengan tahun lalu. Dari jumlah itu, sebanyak 1,6 juta orang adalah jemaah dari luar negeri.

Waktu pelaksanaan ibadah haji maju atau lebih cepat sekitar 11 hari setiap tahun dalam kalender Masehi. Ini berarti musim haji tahun depan akan dilaksanakan lebih awal pada bulan Juni, dan kemungkinan berlangsung dalam kondisi yang lebih dingin.

Sebuah studi yang dilakukan pada 2019 oleh jurnal Geophysical Research Letters mengatakan bahwa akibat perubahan iklim, tekanan panas bagi jemaah haji akan melampaui “ambang batas bahaya ekstrem” dari tahun 2047 hingga 2052 dan 2079 hingga 2086, “dengan frekuensi dan intensitas yang semakin meningkat seiring berjalannya abad ini”. (B-3)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Haufan Salengke

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat