Kenali Gejala Autisme pada Anak untuk Penanganan Tepat
![Kenali Gejala Autisme pada Anak untuk Penanganan Tepat](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/07/b1dcf0fa876e803e957824afc2ad484f.jpg)
ELSA, 50, kerap heran karena anaknya, R, sewaktu berusia 13 bulan sering kali tidak merespons ketika dipanggil. "Dia suka asyik sendiri dan kurang peduli sekitarnya. Padahal, anak-anak seusia dia waktu itu perkembangannya sudah lebih jauh," kata Elsa kepada Media Indonesia.
Ketika diperiksakan ke dokter, R didiagnosis mengalami autistic disorder. Elsa mengaku beruntung karena R mendapatkan diagnosis tepat sejak awal.
Autism spectrum disorder merupakan gangguan perkembangan otak yang mengakibatkan seseorang yang mengidapnya mengalami gangguan dalam berkomunikasi, berinteraksi sosial, dan memiliki minat yang terbatas. Umumnya gangguan tersebut ditandai dengan adanya tindakan repetitif atau berulang pada anak usia dini. Setiap 2 April, diperingati sebagai Hari Peduli Autisme Sedunia.
Baca juga : Ketahui Penyebab Cerebral Palsy dan Sejumlah Gejalanya
Hingga saat ini, para ahli belum menemukan apa persisnya penyebab autisme. Berdasarkan penelitian National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), sejauh ini kombinasi faktor genetik dan lingkungan menjadi penyebab paling umum dari spektrum autisme.
Menurut Eva Devita Harmoniati, dokter spesialis pediatri sekaligus Satgas Perlindungan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), istilah spektrum digunakan pada anak penderita autisme karena gejala yang membersamainya bervariasi. Ada gejala verbal, nonverbal, bahkan dari gejala tingkat kognitif yang di bawah rata-rata hingga yang tingkat kognitifnya jauh di atas rata-rata atau genius.
"Bahkan, ada pula yang awalnya di usia 18 bulan hingga dua tahun tumbuh kembangnya normal, tapi perlahan mengalami regresi atau penurunan. Jadi, yang dimaksud spektrum di sini adalah gejala yang bervariasi yang dialami oleh anak penderita autis," tambah Eva.
Baca juga : Waspada Microsleep, Gejala Tidur Beberapa Detik
Terapi
Gejala yang dialami R ternyata merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada anak penderita autis. Umumnya anak penderita autis mengalami perkembangan verbal yang lambat. Di saat anak seusianya sudah mulai bisa mengucapkan kata-kata sederhana seperti memanggil orangtuanya, anak dengan gangguan autis lebih sering melakukan babbling atau gumaman minim makna. Mereka juga sulit melakukan kontak mata dengan orang-orang di sekitarnya ketika diajak bicara. Itulah yang membuat R kerap acuh ketika dipanggil.
Selain itu, umumnya anak penderita gangguan autis sulit melakukan komunikasi. Jika menginginkan sesuatu, mereka jarang menunjuk pada benda atau objek yang diinginkan, tapi lebih memilih menarik tangan orangtua atau pengasuhnya untuk mendekati objek tersebut.
Perilaku repetitif, seperti bertepuk tangan, suka menggelengkan kepala, atau menggerakkan anggota tubuh lainnya juga menjadi salah satu ciri umum anak dengan gejala autisme. Seandainya tidak dilakukan sendiri pun, mereka biasanya menunjukkan ketertarikan terhadap benda-benda dengan gerakan serupa, seperti kipas angin atau roda yang berputar.
Baca juga : Usia Bertambah, Frozen Shoulder Mengintai
"Perlu diperhatikan juga biasanya anak dengan gangguan autisme sering memainkan mainan dengan cara yang tidak lazim, seperti ditumpuk saja, atau disusun saja" ujar Eva.
Penanganan anak dengan gangguan autisme membutuhkan peran dari berbagai profesi di dalamnya dan kerja sama dengan orangtua serta anggota keluarga terdekat. Mereka harus menjalani berbagai terapi, seperti terapi sensor integrasi, terapi wicara, terapi okupasi, atau terapi perilaku sesuai dengan spektrum masing-masing.
Menurut Eva, penanganan tidak bisa hanya mengandalkan terapi. Orangtua juga harus aktif bekerja sama dengan anggota keluarga lainnya untuk membantu anak penderita gangguan autisme supaya bisa beradaptasi dan berkomunikasi di lingkungannya. "Anak harus dilibatkan dalam aktivitas sehari-hari. Jangan membiasakan anak bermain sendiri. Beri kesempatan anak untuk melakukan eksplorasi terhadap dunia luar," papar Eva. (H-2)
Terkini Lainnya
Terapi
Kenali Ragam Kondisi Kaki Datar, Kaki X dan O
Mengukur Lingkar Kepala Anak Sebaiknya Jangan Dilupakan
Ketahui Penyebab Cerebral Palsy dan Sejumlah Gejalanya
Usia Bertambah, Frozen Shoulder Mengintai
Kemenkes Nyatakan tidak Terlibat Pemberhentian Dekan Unair yang Tolak Dokter Asing
Pelaku Mutilasi Garut Diduga ODGJ
Paifori Targetkan Cetak 1.000 Praktisi Olahraga Tahun Ini
Olahraga yang Cocok bagi Jemaah Haji yang sudah Pulang
Metode Laser Bisa Obati Wasir Lebih Cepat dan Minim Nyeri
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap