visitaaponce.com

Kilo Leda-Congkar Jabodetabek Gelar Penti, ini Sejarahnya

Kilo Leda-Congkar Jabodetabek Gelar Penti, ini Sejarahnya 
Keluarga Besar Kilo Leda-Congkar (Lamba Leda-Congkar) menggelar misa inkulturasi di Aula Marsudirini, Bekasi, Jawa Barat pada Sabtu (10/9).(DOK Pribadi.)

KELUARGA Besar Kilo Leda-Congkar (Lamba Leda-Congkar) menggelar misa inkulturasi di Aula Marsudirini, Bekasi, Jawa Barat pada Sabtu (10/9). Kilo Leda-Congkar ialah salah satu kumpulan bangsa Manggarai Timur yang tersebar di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). 

Misa inkulturasi ini merupakan bagian dari acara penti yang diwarnai dengan pentas seni dan budaya Manggarai. Misa tersebut dipimpin oleh Romo Aleks Lanur, OFM, dan Romo Darmin Mbula, OFM. 

Koor dalam misa tersebut dibawakan oleh para mahasiswa Leda-Congkar yang tersebar di setiap kampus se-Jabodetabek. Semua lagu yang dinyanyikan berbahasa Manggarai. 

Dentuman musik modern yang dielaborasi dengan gong dan gendang memecahkan sunyi para tamu undangan yang ikut merayakan misa tersebut. Lagu penutup misa tersebut berjudul Mai Mori yang merupakan karya anak muda Leda-Congkar. 

"Luar biasa misa inkulturasi ini. Semua dalam bahasa daerah Manggarai. Ini bentuk kecintaan kita terhadap daerah asal dan Gereja yang membimbing kita ke jalan yang benar," celetuk salah satu tamu undangan yang hadir. 

Acara penti

Mata acara penti yang bertema Lai Ca Kudu Cama Laing itu telah ditata secara rapi oleh panitia yang diketuai oleh Ronsi Daur asal Wuas, Lamba Leda Timur. Sebelum perayaan misa, diawali dengan penjemputan pastor di pintu gerbang. 

Para pastor dikalungi selendang bermotif tenunan congkar. Kemudian dilanjutkan dengan renggas dan sanda kembana. Selanjutnya misa pun dimulai yang diiringi oleh tarian yang disuguhkan oleh mahasiswa Leda-Congkar. 

Usai misa dilanjutkan dengan makan siang bersama dengan menu utama nasi bambu (kolo), nasi jagung (hang bongkar), nasi merah (hang wara), serta daging ayam dan daging babi yang diolah sesuai selera adat Manggarai. 

Makan bersama selesai, acara tersebut dilanjutkan dengan pentas seni dan budaya. Orang tua Leda-Congkar mengambil posisi duduk di panggung yang beralaskan tikar. Orang tua duduk sembari minum tuak dan makan siri pinang (cepa). 

Orang tua Leda-Congkar yang hadir antara lain Ino Sensi, Daminanus Ambur, Agustinus Dawardja, Gaudens Wodar, Savio Rahmat, dan Sebinus Suhardi. Perwakilan Manggarai Barat terlihat ialah Rikard Bagun, Gaudens Suhardi, dan Lucius Karus. Ada juga utusan dari Keluarga Perempuan Manggarai (KPM) yakni Vivi Syukur dan Emilia AK serta Ekke Pareira.  
 
Pentas seni dan budaya acara tersebut menampilkan mbata, sanda, danding, rantuk alu, serta tari-tarian dengan yang diiringi gong gendang. Terlihat meriah. 

Acara penti ditutup dengan tampilan mahasiswa yang menyanyikan lagu Manggarai berjudul Seni Senang yang dibalut koreografi seadanya. Semua tamu undangan serta orang tua ikut bergoyang. 

Sejumlah orang tua punya kesan tersendiri atas acara penti. Mereka merasa terharu lantaran acara tersebut baru kembali dibuat setelah 25 silam wadah Leda-Congkar dibentuk. 

Agustinus Dawardja berharap generasi muda Leda-Congkar bisa membawa harapan dan optimistis sebagai pembawa estafet kebudayaan Manggarai. Namun, kata Agustinus, kerja sama dan kolaborasi lintas generasi menjadi sangat penting. 

Ino Sensi berharap Kilo Leda-Congkar perlu diperkuat menjadi wadah pemersatu dan pengembangan diri generasi muda Leda-Congkar. Ino berharap acara penti tersebut tidak berakhir pada acara 11 September tetapi terus berlanjut dan bahkan harus menjadi agenda tahunan Kilo Leda-Congkar. "Semoga acara penti menjadi agenda tahunan," harapnya. 

Sejarah

Kilo Leda-Congkar sebenarnya bukan wadah yang baru dibentuk. Kilo tersebut sudah diinisiasi sejak 1976. Inisiator awalnya ialah Wens Samidam dari kilo Congkar. 

Savio Rahmat yang merupakan salah satu saksi sejarah pembentukan Kilo Leda-Congkar mengatakan, asrama Kebun Kosong menjadi tempat kali pertama berkumpulnya orang tua Kilo Leda-Congkar. 

"Tahun 1976 hanya kumpul biasa-biasa saja di asrama kebun kosong. Belum berpikir untuk bikin penti dan lain-lain tetapi sudah mulai karena waktu Wens Sanidam baru pulang dari Irian  dia merasa butuh sekali keluarga ini, untuk sama-sama," kata Savio. 

Tiga tahun berjalan tanpa ada gebrakan, persisnya pada 1980, kata Savio, para orang tua memikirkan untuk membuat acara penti. Acara tersebut dibuat kata Savio karena keluarga Manggarai (Timur) saat itu di Jabodetabek makin banyak. 

"Tahun 1980, setelah adik-adik saya pada hadir terutama Dami Ambur, Sebinus Suhardi, Gaudens Wodar, Ancis Da Gomes, dan lain-lain. Yang berkeluarga waktu itu kurang lebih ada tujuh keluarga yaitu Yakob Kedang, pengusung utama dari Satar Teu, Wens Zahnidam (Congkar), Lodo Syukur, Tote Riberu, Herman Mat, Savio, Kanis Pion dari Tanggar, Stanis Ampu dari Congkar," kisahnya. 

Acara penti pertama, kata Savio, digelar di rumah almarhum Lodo Syukur. Kemudian penti kedua yang digelar 1981 juga digelar di tempat yang sama. 

Selanjutnya penti ketiga yang digelar pada 1982 memilih tempat di Puncak, Bogor, persisnya di vila Kompas. Berakhirnya penti di Puncak, kata Savio, vakum pula keberadaan Kilo Leda-Bongkar hingga puncaknya pada 2022. 

Vakumnya Kilo Leda-Congkar, kata Savio, bukan tanpa alasan. Hal tersebut, kata Savio, karena ada gejolak politik. Saat itu, tak sedikit orang tua yang terjun ke dunia politik. 

"Terakhir, serah terima dari kaka Lodo ke saya itu disaksikan oleh kaka Rickar Bagun di vila sekitar tahun 90-an sebelum kaka Lodo pulang ke Manggarai. Itu terakhir kumpul Leda Congkar dan bungkam sampai digelar lagi kemarin," katanya. 

Namun, kata Savio, sejarah biarlah berlalu. Acara Penti 2022 merupakan awal kebangkitan kembali Kilo Leda Congkar Jabodetabek. "Acara kemarin betul-betul punya kebanggaan tersendiri terhadap yang ponakan, cucu, dan adik-adik lakukan. Saya pikir hari yang luar biasa. Hari kebangkitan awal. Saya harus katakan ini awal, bukan dulu lagi. Dulu itu hanya jejak-jejak saja," tegasnya. 

Acara pentas seni dan budaya yang ditampilkan, kata Savio, sungguh luar biasa. Apalagi loyalitas mahasiswa yang total membuat acara tersebut menjadi sukses. "Ini sudah langkah bagus. Terima kasih kepada adik-adik mahasiswa. Saya melihat mereka betul-betul berbuat untuk Kilo Leda-Congkar," kenangnya. (RO/OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat