visitaaponce.com

Di Pusat Kota tapi Pasar Tradisional di Depok Kumuh dan Jorok

Di Pusat Kota tapi Pasar Tradisional di Depok Kumuh dan Jorok
Suasan kios-kios di Pasar Tradisinonal Kemiri Muka tak nyaman karena penataan kacau, bau sampah dan kumuh.(MI/Kisar Rajagukguk)

PASAR Kemiri Muka, Beji, Kota Depok, Jawa Barat sangat kumuh dan jorok. Padahal, pasar tersebut menjadi pusat distribusi logistik di wilayah Kota Depok.

Dalam tinjauan Rabu (22/3), secara penataan kurang layak dengan bau sampah yang demikian menyengat, atap bocor di mana-mana, cat dinding sudah tidak cerah lagi, lantai keramik rusak,serta jalan tidak berhotmix dan berlubang-lubang.

Abdul Azis, warga setempat mengungkapkan, Pasar Kemiri Muka yang kumuh dan jorok tersebut berjarak sekitar 1 kilometer dari Kantor Wali Kota Depok, yang merupakan tempat Wali Kota Mohammad Idris menjalankan pemerintahan. "Hanya berjarak 1 kilometer dari tempat kerja Wali Kota Idris," papar Abdul Azis Rabu (22/3).

Ia mengungkapkan kondisi pasar yang kurang tertata serta kumuh dan jorok tersebut seharusnya dilakukan revitalisasi karena terletak di jantung kota.

Dia beranggapan, Pemerintah Kota Depok seperti tak memiliki konsep melakukan penataan pasar kumuh di Kota Depok. "Penataan pasar kumuh nan jorok ini perlu dilakukan bukan hanya bertujuan membangun kotanya, melainkan juga membahagiakan warganya," ungkapnya.

Idris diminta bijak dalam menyikapi pasar kumuh dan jorok di Kota Depok. Sikap bijak itu diharapkan tidak berorientasi pada biaya dan anggaran. Azis meminta Idris untuk melakukan penataan karena pasar yang kumuh dan jorok tersebut berada di tengah-tengah kota dan posisinya berada di sejajar rel kereta api (SRK) Depok-Jakarta dan Depok-Bogor.

Menanggapi hal ini, Kepala Tata Usaha Pasar Kemiri Muka, Budi Setyanto mengaku sewajarnya pasar ini perlu dilakukan penataan karena memang sudah tidak layak sebagai tempat transaksi oleh pedagang dan pengunjung.

Kekumuhan Pasar Kemiri Muka, ia mengatakan, memiliki dampak terhadap berkurangnya pengunjung yang berakibat pada berkurangnya PAD yang diperoleh dari retribusi kios, dan retribusi perparkiran.

Tidak direhabilitasinya pasar kumuh tersebut, Budi menambahkan, dimungkinkan berkurangnya kebersihan dan kesehatan di pasar tersebut. Selain itu, juga baik soal air bersih berisiko buruk karena aliran kali yang kerap naik ke permukaan jalan.

Kata dia, persaingan bisnis pasar tradisional saat ini semakin sengit. Dia khawatir akan banyak pasar baru milik swasta bertebaran, karena dalam regulasi memang diizinkan. " Pasar kita yang kumuh dan jorok lama-lama akan ditinggal pedagang."

Terlebih, secara penataan dianggap kurang layak dengan bau sampah yang begitu menyengat, atap bocor di mana-mana, cat dinding sudah tidak cerah lagi, lantai keramik rusak. Bahkan jalan-jalanya sudah berlubang- lubang.

“Kita sering dikomplain karena penataan itu. Kita (Pasar Kemiri Muka) dikomplen pedagang-pedagang dan pengunjung,” kata Budi.

Menurut Budi, kekumuhan dan rusaknya pasar, sudah berlangsung 36 tahun, sejak berdiri 1987. "Kondisi kios sudah tidak terawat, kalau hujan turun bangunan dan atapnya bocor. Selain cat yang memudar dan hitam-hitam kios-kios juga tak lagi nyaman untuk aktivitas jual beli," pungkasnya. (N-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat