visitaaponce.com

Di Radio, Belajar Sonder Kuota

Di Radio, Belajar Sonder Kuota
Sejumlah siswa sekolah dasar belajar menggunakan jaringan internet (wifi) gratis(MI/FRANSISCO CAROLIO HUTAMA GANI.)

BELAJAR di rumah, demi keselamatan dan kesehatan, seharusnya tidak jadi masalah. Para pemimpin daerah harus mampu bersiasat, sehingga belajar tetap bisa baik,
meski tidak tatap muka.

Pilihan itu diambil Pemerintah Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Belum ada satu sekolah pun dibolehkan menggelar pembelajaran tatap muka. Segala daya pun dikerahkan.

Mereka memanfaatkan radio dan televisi untuk memfasilitasi pembelajaran di luar jaringan dan bukan tatap muka. Ada radio In FM dan Ratih TV milik pemkab yang diberdayakan.

Bupati memutuskan untuk memfasilitasi pembelajaran melalui siaran Radio In FM dan Ratih TV, untuk peserta didik PAUD/RA, SD, SMP/MTs, dan SMA/MA.

“Untuk itu orangtua diminta memberi perhatian lebih khusus, pada jam-jam siaran yang telah dijadwalkan,” ujar Koordinator Humas Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kebumen
Cokro Aminoto, kemarin.

Jadwal telah diatur, sehingga orangtua juga dapat mengawasi anak mereka. Solusi itu dibuat untuk menambal kekurangan dari proses pembelajaran secara daring.

Siasat berbeda dilakukan Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota Malang, Jawa Timur. Bupati Malang Muhammad Sanusi menggulirkan wi-fi gratis hingga ke pelosok desa
dan dusun.

“Anggaran wi-fi gratis digulirkan sebesar Rp15 miliar,” tambahnya.

Sementara itu, Pemerintah Kota Malang memilih memasang wi-fi di kelurahan untuk membantu siswa belajar daring. “Mahasiswa juga diizinkan memanfaatkannya,” ujar Wali Kota Sutiaji.

Dia menegaskan kehadiran wi-fi merupakan upaya Pemkot Malang hadir di tengah masyarakat dengan memberikan pelayanan yang terbaik. Selama masa pandemi, Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan juga melakukan realokasi anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dialihkan untuk pembelian paket internet.

“Besarannya, sekitar Rp50 ribu per orang bagi siswa SD maupun SMP. Ini upaya lain untuk membantu anak-anak bisa belajar di rumah,” tandasnya.

Bersiap tatap muka

Sejumlah daerah sudah memutuskan belum akan membuka pembelajaran tatap muka. Dinas Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta, salah satunya.

“DIY masih berstatus tanggap darurat. Sampai akhir Agustus, kami belum akan membuka pembelajaran tatap muka,” papar Kepala Dinas Pendidikan Didik Wardoyo.

Saat ini DIY masih berstatus tanggap darurat bencana hingga 31 Agustus dan masih bisa diperpanjang lagi. Dari pembagian zona, DIY masih termasuk kuning dan oranye.

“Kalaupun pembelajaran tatap muka dilakukan, penerapannya akan dimulai dari perguruan tinggi, kemudian dilanjutkan SMA, SMP, SD, dan seterusnya. Mahasiswa dinilai
lebih dewasa dan lebih mudah diatur agar disiplin menerapkan protokol kesehatan di kampus,” tandasnya.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan, juga mulai berencana menggelar pembelajaran tatap muka. Daerah ini masuk zona kuning. Sesuai
arahan pemerintah pusat, zona kuning dan hijau bisa memulai pembelajaran tatap muka.

“Kami belum melakukan koordinasi dengan gugus tugas dan dinas kesehatan. Kami pastikan siswa sekolah menengah yang akan kembali ke sekolah dulu, menyusul kemudian SD
dan TK,” tegas Kepala Dinas Pendidikan Muhammad Amin.

Sementara itu, pengurus Gugus Tugas Bangka Belitung, Mikron Antariksa meminta protokol kesehatan diberlakukan secara ketat. “Pembelajaran tatap muka sebuah keniscayaan.

Apalagi, sejumlah daerah juga sudah berstatus zona kuning. Kami akan mengawasi ketat pemberlakuan protokol kesehatan di sekolah,” tandasnya. (BN/AT/DW/RF/N-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat