visitaaponce.com

Pandemi Buat Minat Kursus Menjahit Kalangan Muda di Sikka Meningkat

Pandemi Buat Minat Kursus Menjahit Kalangan Muda di Sikka Meningkat
Peserta kursus menjahit di Kabupaten Sikka, NTT(MI/Gabriel Langga)

DI masa pandemi covid-19 ini ada hal yang positif bagi Lembaga Pendidikan dan Keterampilan (LPK) Cristine yang terletak di Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pandemi telah mendongkrak minat kaum muda untuk ambil bagian dalam kursus menjahit di lembaga yang didirikan pada 2015 itu.

Saat ditemui mediaindonesia.com, Minggu (1/8), pemilik kursus menjahit LPK Cristine, Cristina Kayat, menjelaskan, sebelum pandemi covid-19,
peserta kursusnya biasanya banyak datang dari desa yang menjalin kerja sama dengannya untuk memberikan kursus menjahit dengan kelas nonreguler.

Di kelas nonreguler ini, biasa mereka mengambil kursus singkat selama dua bulan. Peserta nonreguler mayoritas adalah ibu-ibu yang datang dari desa.

Baca juga: NasDem Santuni 3 Bersaudara yang Jadi Yatim Piatu karena Covid-19

Namun, selepas pandemi covid-19 melanda, selama dua tahun terakhir, kerja sama dengan desa pun terhenti. Hal itu karena anggaran desa lebih banyak difokuskan untuk penanganan dan penanggulangan covid-19.

"Banyak desa yang bekerja sama dengan kita tetapi karena covid-19 semua kerja sama berhenti dan kontrak desa dengan kita pun batal," papar dia.

Meski kerja sama dengan pihak desa batal, ia mengaku peserta yang mengikuti kursus menjahit dari kelas reguler justru lebih banyak di masa pandemi. Kelas reguler ini lebih banyak diminati kalangan muda meski ada biaya kursus sebesar Rp3.500.000.

Di kelas reguler ini, para peserta mengikuti kursus menjahit selama enam bulan atau satu semester. Pesertanya didominasi perempuan.

"Sejak pandemi ini, banyak sekali yang datang mengikuti kursus menjahit di lembaga saya yang datang dari kalangan muda yang berasal dari beberapa kabupaten yang ada di Pulau Flores. Sekarang saja ada sekitar 25 peserta yang mengikuti kursus menjahit. Semuanya dari kalangan muda. Kalau saya mau jujur, di masa pandemi ini minat kursus menjahit meningkat dari kalangan muda," ujar dia.

Ditambahkannya, usai peserta mengikuti kursus selama enam bulan ini kalau ada yang belum mahir dalam hal praktek maka kita minta mereka tetap mengikuti dengan tidak dipungut biaya.

"Intinya enam bulan itu, teori yang saya siapkan itu harus sudah selesai dengan 10 kompetensi. Jadi kalau, mereka belum mahir dalam praktik menjahit seperti buat baju, saya persilahkan tetap ikuti kursus dengan tanpa biaya. Prinsipnya, saya ingin mereka keluar dari lembaga saya harus sudah mahir dan siap kerja atau siap buka usaha menjahit sendiri," papar dia.

Selain itu, ia memberikan kesempatan kepada para peserta bisa mencari penghasilan sendiri ketika masih kursus di lembaganya.

"Jadi kalau ada orderan menjahit, peserta ini yang menjahit. Uangnya untuk mereka. Bayangkan ada peserta yang satu bulan itu bisa mendapatkan uang sebesar Rp1 juta meski mereka itu masih kursus menjahit," tandas dia.

Salah satu peserta kursus menjahit Lidia mengatakan dirinya bekerja sebagai dokter umum. Namun, ia mengaku masih muda sehingga ingin menambah lagi pengalaman dengan mengikuti kursus menjahit.

"Jadi, saya ikut kursus menjahit kalau tidak ada jadwal jaga sebagai dokter. Apalagi saya ini kan masih muda. Saya ingin menambah pengalaman dan pengetahuan dengan ikut kursus menjahit," ujar dia

Ia berencana ketika selesai mengikuti kursus menjahit ingin membuat baju dan celana yang digunakan untuk kalangan sendiri.

"Saya ingin menjahit baju sendiri. Kan baju sekarang banyak yang mahal-mahal. Saya ingin model yang saya suka dan saya jahit sendiri. Mumpung ada waktu, saya ikut kursus menjahit. Saya sudah belajar empat bulan kursus menjahit di sini," kata Lidia yang masih berusia 24 tahun ini.

Ia mengaku selama mengikuti kursus menjahit tidak pernah mengganggu pekerjaan dirinya sebagai dokter.

"Tidak mengganggu pekerjaan saya. Saya ini hanya ingin menjahit baju sendiri. Untuk itu saya ikuti kursus menjahit," pungkas dia. (OL-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat