visitaaponce.com

Perisai Negara Jangkau Pelosok Hutan Lindungi Penyadap Pinus

Perisai Negara Jangkau Pelosok Hutan Lindungi Penyadap Pinus
Agen Perisai BPJS Ketenagakerjaan memberikan sosialisasi kepada penyadap di hutan wilayah Lumbir, Banyumas(MI/Lilik Darmawan)

KABUT pagi itu baru saja lewat di hutan pinus di sekitar Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir, Banyumas, Jawa Tengah (Jateng). Sumaryo, 54, lebih cepat merampungkan pekerjaan sebagai penyadap getah pinus. Kebetulan sudah saatnya untuk menyetorkan getah ke tempat penampungan getah.

"Pada saat menyerahkan getah dan mendapat bayaran, saya Juga ikut setor iuran BPJS Ketenagakerjaan. Hasil menyadap sebulan, biasanya saya mendapat sekitar Rp800 ribu, kadang lebih. Kemudian dipotong Rp20 ribu untuk iuran. Sebetulnya, iurannya Rp16.800, tetapi kesepakatan dibulatkan untuk memudahkan. Meski saya hanya sebagai penyadap pinus, tetapi saya sama sekali tidak keberatan untuk mengikuti BPJS Ketenagakerjaan," ungkap Sumaryo, 54, warga desa setempat.

Sumaryo sudah mengerti manfaat ketika mengikuti BPJS Ketenagakerjaan. Karena teman-temannya sesama penyadap baik yang kecelakaan kerja maupun meninggal benar-benar mendapatkan santunan.

Tarman, 48, warga lainnya, misalnya, menceritakan bahwa ayahnya Sukarja seorang penyadap meninggal pada usia 67 tahun sekitar sebulan silam. Ternyata meninggalnya Sukarja juga mewariskan santunan bagi keluarganya. Hanya berbekal iuran Rp16.800 sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan, ahli warisnya mendapatkan Rp42 juta.
 
"Setiap bulannya, bapak menyisihkan uang Rp20 ribu untuk membayar iuran sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan penerima upah (PU). Kebetulan, sebagai seorang penyadap, bapak biasanya setor getah pinus. Pada saat setor itulah, menyisihkan uang sedikit. Ternyata, manfaatnya sangat luar biasa. Saat meninggal, ahli waris mendapatkan santunan. Pencairannya juga cepat. Ahli waris memperoleh santunan Rp42 juta," jelas Tarman kepada mediaindonesia.com pada Selasa (30/11).

Tak hanya mereka yang meninggal dunia, Samiarja Kardan, 50, mengalami kecelakaan kerja. Dia jatuh di hutan ketika pulang menyadap. Dengan kondisi itu, keluarganya langsung membawa ke RS untuk pengobatan. Semua biaya ditanggung. Bukan biaya pengobatan saja, melainkan santunan upah setiap bulannya. Nilainya mencapai Rp2 juta per bulan.
 
Bagaimana para penyadap bisa sadar mengikuti BPJS Ketenagakerjaan? Ketua Umum Asosiasi Lembaga Masyarakat Desa Hutan Indonesia (Al Madhina) Muhamad Adib mengungkapkan pada awal mengetahui program BPJS Ketenagakerjaan, dia langsung berinisiatif berusaha mengikutsertakan para penyadap dan petani pesanggem untuk ikut serta.

"Buat saya, ini adalah bentuk kehadiran negara dalam perlindungan ketika kecelakaan kerja maupun saat meninggal. Bayangkan saja, warga yang mengikuti BPJS Ketenagakerjaan bakal memperoleh hak-hak tersebut. Maka kemudian saya juga ikut membat agen penggerak jaminan sosial (Perisai) BPJS Ketenagakerjaan. Tujuannya adalah untuk memperluas cakupan kepesertaan,"jelasnya.

Sebagai pendamping masyarakat desa hutan, Adib fokus pada warga sekitar hutan seperti penyadap dan petani pesanggem. Salah satu yang didekati adalah Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Barat. "Tidak mudah, tetapi pada akhirnya hingga kini, KPH sangat mendukung," ujarnya.

Sementara itu, Administratur KPH Banyumas Barat Nur Budi Susatyo mengatakan  di wilayahnya ada sekitar 10 ribu lebih penyadap yang tersebar di Banyumas dan Cilacap. "Dari jumlah tersebut, sudah ada 4 ribu penyadap yang mengikuti BPJS Ketenagakerjaan. Kami akan terus mendorong, karena manfaatnya sudah banyak dirasakan," ujar Budi.

Mereka yang mengalami kecelakaan kerja dan meninggal mendapatkan santunan. Bahkan pada Rabu (1/12), Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro memberikan santunan secara simbolis kepada ahli waris penyadap yang meninggal dunia di Lumbir, Banyumas.

Secara total, santunan yang telah dicairkan oleh BPJS Ketenagakerjaan untuk penyadap di wilayah KPH Banyumas Barat telah mencapai Rp1,88 miliar. Baik untuk santunan kecelakaan kerja maupun kematian.

Tak Kenal Lelah
 
Perluasan cakupan kepesertaan tidak bisa dilaksanakan hanya diam, namun harus terus ke lapangan untuk memberitahukan bahwa menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan itu sangat banyak manfaatnya. Baik sebagai peserta penerima upah (PU) atau bukan penerima upah (BPU).
 
Agen Perisai BPJS Ketenagakerjaan di Lumbir, Banyumas, Haryono, mengatakan dirinya melayani hampir 1.000 penyadap yang berada di wilayah KPH Banyumas Barat terutama di Lumbir, Gumelar sampai ke Karangpucung, Cilacap.

"Konsekuensinya, saya harus menelusuri jalan-jalan sempit tanpa aspal keluar masuk hutan. Salah satu yang paling sulit dijangkau adalah Dusun Cipicung, Desa Bengbulang, Kecamatan Karangpucung. Itu dusun sangat jauh," ungkapnya.

Haryono kerap berkeliling ke sana, baik untuk sosialisasi maupun mengambil iuran dari para penyadap. Setiap bulannya, Haryono mampu menyetorkan antara Rp10 juta hingga Rp17 juta dengan iuran masing-masing Rp16.800 per orang.

"Tetapi para penyadap sangat antusias, karena dengan mengikuti BPJS Ketenagakerjaan, santunannya nyata. Sejauh ini, saya telah mendampingi pencairan untuk 10 penyadap, baik yang meninggal atau mengalami kecelakaan," ungkapnya.
 
Sulitnya medan untuk mensosialisasikan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan juga disampaikan oleh petugas lapangan BPJS Ketenagakerjaan Purwokerto Rajif Ramona Sani. Yang paling ekstrem adalah ke Dusun Cipicung. Waktu untuk sosialisasi kepada para penyadap itu biasanya malam hari. Ketika ke sana, dia menggunakan mobil dan melewati jalanan berbatu dan  sempit di tengah hutan pinus. Kabut turun dan penerangan minim, sehingga harus berjalan pelan mobilnya.

"Ini benar-benar ekstrem, apalagi kami tidak tahu jalan. Google Maps juga tidak bisa karena sinyal HP sudah hilang. Pokoknya nekat terus saja, hingga akhirnya bisa sampai jam 22.00 WIB," katanya.

Saat turun dari mobil, terpaksa sepatu harus dilepas, sebab melewati jalan yang becek dan tidak memungkinkan memakai sepatu pantofel. "Sudahlah, saya nyeker saja, tanpa alas kaki. Karena medannya memang tidak memungkinan pakai sepatu pantofel, harusnya memakai sepatu boot," ungkapnya.

Rasa penat perjalanan yang dialami Rajif hilang, ketika melihat warga demikian antusias. Bahkan mereka harus memakai sepatu boot dan jalan kaki dari rumahnya agar bisa menghadiri sosialisasi itu.

"Sungguh, saya masih merasa beruntung memakai mobil. Para penyadap itu malah jalan kaki sekitar 1-2 km dengan medan jalan yang becek, bahkan waktu itu hujan. Saya benar-benar mengapresiasi mereka. Warga pelosok hutan yang ternyata
penuh kesadaran ingin menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan," kata dia.

Kepala Bidang Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Cabang Purwokerto Achmad Ath Thobarry mengungkapkan penyadap di wilayah KPH Banyumas Barat ada di Kabupaten Banyumas dan Cilacap. "Potensinya ada sekitar 10 ribu. Kalau sekarang yang telah mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan yang tercatat ada 905 penyadap. Sementara ini, kami telah mencairkan klaim hingga Rp340 juta bagi penyadap yang mengalami kecelakaan kerja maupun meninggal dunia,"jelas dia.

Jika ada pekerja yang meninggal, anak-anaknya dibiayai pendidikannya sampai sarjana. "Jadi kalau pekerja meninggal, maka dua anaknya dicover pendidikannya sampai sarjana, dengan beasiswa masing-masing satu anak hingga Rp87 juta. Jika meninggal pada saat kerja, akan diberi santunan 48 kali upah. Jika mengalami kecacatan 56 kali upah. Ini adalah bentuk kehadiran negara dalam perlindungan tenaga kerja," ungkapnya.
 
Percepatan kepesertaan akan terus dilakukan dengan melibatkan agen Perisai. Saat ini, di Banyumas ada 36 agen Perisai yang aktif dari berbagai komunitas. Kehadiran BPJS Ketenagakerjaan ke pelosok hutan menjadi bukti kehadiran negara bagi para tenaga kerja. Para penyadap berhak mendapatkan uluran tangan perlindungan secara paripurna. (OL-13)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat