visitaaponce.com

Gula Merah Terakhir Produksi Madelan

Gula Merah Terakhir Produksi Madelan
Rumah produksi gula merah Madelan kini tutup karena pegawainya mengungsi akibat erupsi Semeru, Minggu (12/12)(MI/Bagus Suryo)

RUMAH produksi gula merah skala UMKM itu tertutup gedek dengan batang kayu sebagai ganjal. Saat Presiden Joko Widodo mengunjungi pengungsi bencana awan panas guguran Gunung Semeru di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terlihat masih sempat buka lengkap dengan gula merah dalam kemasan plastik siap kirim. Kini, industri rumahan itu berhenti berproduksi.

"Iya, gula yang tersisa tadi malam sudah dikirim untuk memenuhi permintaan pelanggan. Itu gula merah terakhir," kata Madelan,55, membuka pembicaraan dengan Media Indonesia, Minggu (12/12).

Pemilik usaha gula merah warga Kaliputih, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, itu sengaja menutup pintu tempat produksi dengan anyaman bambu agar tak tampak dari luar.

Sebab, di Jalan Raya Sumberwuluh depan rumah Madelan itu sejak Sabtu (4/12) super sibuk. Mobil dan motor relawan hilir mudik. Bahkan, sirene ambulans tak henti berbunyi ditambah debu yang menyesakkan pernapasan.

"Gula merah sudah habis. Belum bisa produksi karena pekerja sedang mengungsi," tegas bapak dua anak tersebut.

Biasanya, ia kontinu memproduksi gula merah sebanyak 2,3 ton per hari. Gula jawa itu untuk memenuhi permintaan pelanggan di berbagai daerah. Intensitas pengiriman tiga kali dalam sepekan ke Surabaya, Malang, Blitar, Tulungagung dan Kediri. Gula merah buatan home industri miliknya diminati konsumen dan menjadi ikon oleh-oleh khas Lumajang satu-satunya di jalur pendakian Gunung Semeru. Dagangannya laris dijual Rp11 ribu-Rp14 ribu per kilogram sesuai kualitas.

Sejak dua tahun belakangan, produksi menurun menjadi 2 ton lantaran pandemi covid-19. Selain itu, banyak petani menyambi menambang pasir dengan imbalan Rp300 ribu per truk.

Karena itu, ia hanya mengirim sepekan sekali untuk memenuhi permintaan pelanggan. Kendati pengiriman stagnan, hasilnya masih cukup lumayan bisa mencapai Rp22 juta-Rp28 juta sekali kirim. Keuntungannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

"Sekarang sudah tidak bisa produksi karena barangnya tidak ada. Kirim Jumat (10/12) itu pun hasil mengumpulkan gula merah selama 10 hari," ucap dia.

Erupsi Gunung Semeru pada Sabtu (4/12), membuat produksi gula jawa merosot. Menurunnya produksi karena petani yang biasa menderes nira kelapa menghentikan aktivitas. Para pembuat gula merah yang biasa mengirim produk ke Madelan pun menghentikan aktivitas produksi.

Sedangkan para karyawan yang bekerja di home industri milik Madelan seluruhnya libur. Akibatnya, stok gula merah kosong.

Berusaha Bangkit

Sementara itu, Abdul Hafid,37, mulai membuka toko kelontong setelah tujuh hari mengungsi. Toko-toko di Jalan Raya Sumberwuluh arah ke lokasi bencana itu kebanyakan tutup. Sepanjang jalan itu ditempati relawan.

Namun, bapak dua anak ini bersama sang istri, Alibrawati berusaha bangkit. Sekeluarga kembali ke rumah untuk membangun ekonomi lagi setelah sempat terdampak awan panas guguran Gunung Semeru. Ia tak ingin berlama-lama di pengungsian.

Toko dibuka lalu menunggu pembeli. Kendati pembelinya kebanyakan para relawan karena warga masih mengungsi, ia menyatakan bersyukur dan akan tetap berusaha.

"Kami bersyukur, rumah masih utuh. Selama masih kuat bekerja, saya tidak menerima bantuan. Biarlah bantuan untuk warga yang lebih membutuhkan," ujarnya.

Apa yang dialami Madelan dan Abdul Hafid tak sendiri. Kondisi lebih parah dirasakan ribuan warga lainnya termasuk Ibu Senia, warga Dusun Kajarkuning, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.

Usaha jajanan di depan SDN Sumberwuluh 02 miliknya hancur total tertimbun material vulkanis ditambah sang keponakan, Dafa,14, menjadi korban ganasnya awan panas guguran. Bocah SMP itu meninggal dunia tertimbun abu saat belajar kelompok.

"Saya kehilangan keponakan. Usaha habis. Kami hanya minta keselamatan saat mengungsi," tuturnya. (OL-13)

Baca Juga: Pengungsi Erupsi Gunung Semeru

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat