visitaaponce.com

Bernilai Ekonomi Tinggi, Kelor NTT makin Mendunia lewat G20

Bernilai Ekonomi Tinggi, Kelor NTT makin Mendunia lewat G20 
Tampak penjaga stand tengah menunjukkan sejumlah produk olahan daun kelor, Selasa (12/7).(DOK Kemenkominfo.)

POTENSI marungga atau kelor (Moringa oleifera L.) lokal Nusa Tenggara Timur (NTT) makin terbukti dengan banyak produk olahan kelor yang berhasil diekspor. Tanaman kelor memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena dibutuhkan berbagai negara untuk konsumsi maupun industri.

Kelor merupakan sumber pangan fungsional karena mengandung nutrisi dan senyawa bioaktif tinggi. Di NTT terdapat dua jenis marungga, yakni marungga hijau dan merah yang telah terdaftar di Pusat Perlindungan dan Pendaftaran Varietas Tanaman pada 2019. Bahkan, di tahun yang sama Pemerintah Provinsi NTT mulai 2019 menargetkan mengekspor daun kelor sebanyak 1.000 ton per tahun ke Benua Afrika.

Daun kelor dipercaya banyak orang sebagai bahan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Daun itu sering disebut sebagai daun ajaib, selain untuk sayur pendamping makanan sehari-hari, dapat juga diolah untuk pengobatan herbal. Tak hanya itu, di Indonesia kelor digunakan untuk teh hingga bahan kapsul untuk pengobatan.

Pemerintah Provinsi NTT menyusun peta jalan pengembangan kelor sebagai komoditas unggulan dan terus mendorong ekspor produk olahan kelor. Founder New Eden Moringa, Lieta Isomortana, mengatakan bahwa dirinya mulai tertarik untuk menciptakan produk olahan kelor NTT bermula pada 2019. Saat itu, setelah tinggal 18 tahun di Australia, dirinya memutuskan untuk tinggal di Labuan Bajo, NTT.

"Di Australia, sebelum saya memutuskan pindah ke sini 2019, saya sudah mengonsumsi moringa. Setelah di Labuan Bajo baru saya tahu kalau moringa itu ternyata kelor yang selama ini saya konsumsi," kata Lieta di Labuan Bajo, Selasa (12/7).

Sejak itulah Lieta, 47, mencoba peruntungannya dengan mengolah kelor dari tanah Flores untuk dijadikan powder (bubuk) seperti yang pernah dikonsumsinya saat di Australia. Lieta pun mulai berkeliling Labuan Bajo untuk mengajak para ibu lain untuk mengolah tanaman kelor.

Baca juga: Terpukau, Delegasi Korea Rekomendasikan Labuan Bajo ke Komunitas Global

Lieta pun berhasil dengan peruntungannya. Lieta kini memiliki brand New Eden Moringa sebagai produk olahan daun kelor dari para petani di Flores yang dijadikan bubuk teh, kopi, hingga garam. Bahkan, New Eden Moringa telah menembus 15 negara.

Pada 2nd Sherpa Meeting G20 yang berlangsung di Labuan Bajo pada 10-13 Juli 2022, brand yang dimiliki Lieta diikutsertakan dalam pameran usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). "Dengan keikutsertaan New Eden Moringa di acara ini, saya sih berharap lebh banyak negara yang mengenal kelor NTT, sehingga pangsa pasar di luar negeri pun makin bertambah," pungkas Lieta.

Sebelumnya, delegasi pertemuan kedua Sherpa atau 2nd Sherpa Meeting G20 di Labuan Bajo, Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT), dibawa mengunjungi Pulau Komodo serta sejumlah destinasi lain dalam program site visit pada Selasa (12/7). Sebagai salah satu destinasi pariwisata yang memiliki keunggulan tersendiri, rasanya sangat tepat rombongan delegasi dan undangan 2nd Sherpa Meeting G20 diajak berkeliling Labuan Bajo sebagai bentuk promosi wisata sehingga bisa berkesan dengan harapan mereka bisa datang kembali ke Indonesia.

Selain mengunjungi Pulau Komodo dan sejumlah destinasi lain, delegasi diajak melihat bukti bahwa Indonesia sudah mulai melakukan transisi energi, yakni melihat panel surya milik Perusahaan Listrik Negara (PLN) berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pulau Messah. 2nd Sherpa Meeting di Labuan Bajo berlangsung dari 9-13 Juli 2022 sejak delegasi tiba. Ajang itu dihadiri secara fisik oleh 19 negara anggota G20, 6 negara undangan, 9 organisasi internasional, dan 1 anggota G20. (RO/OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat