visitaaponce.com

Petani Mbay Keluhkan Penyuluh Pertanian ketika Padi Terserang Hama

Petani Mbay Keluhkan Penyuluh Pertanian ketika Padi Terserang Hama
Romualdus Dea, salah satu petani.(MI/Ignas Kunda.)

SEJUMLAH petani di pintu sekunder 2, pada saluran irigasi teknis di Mbay, Nagekeo, NTT mengeluhkan sejumlah tanaman padi terserang hama. Namun tidak ada penyuluh pertanian yang datang memberikan solusi. 

Romualdus Dea, salah satu petani yang ditemui Media Indonesia, menuturkan bahwa lahan padinya 0,75 are, dari total 1,25 are, gagal dipanen lantaran terserang hama dan penyakit seperti ulat tanah dan hama penggerek batang. Ia hanya bisa bersyukur sisanya sekitar 0,50 are masih bisa selamat lantaran dibantu oleh para penjual obat tanaman yang memberikan solusi untuk menyelamatkan padinya. 

"Untung ada penjual obat padi yang datang beri solusi dan saya beli obatnya untuk saya pakai selamatkan padi. Kalau tidak, padi mati semua. Jadi mau tidak mau kami beli mereka punya obat. Soalnya tidak ada penyuluh yang datang tanya beri kami solusi. Mereka hanya lewat. Kalau ada proyek, mereka datang tetapi tidak bisa mengatasi. Mereka pernah kasih solusi tetapi tidak ada dampak buat kami punya padi," keluhnya.

Menurut Romualdus, akibat serangan hama dan saluran air yang tutup akibat perbaikan saluran irigasi, ia mulai menanam kacang kedelai yang kini di lahan seluas 0,25 are di km 1 kanan, sekunder 1. Namun sayangnya para penyuluh pertanian enggan untuk memberikan dukungan dan motivasi serta ilmu kepadanya atas yang dilakukan sekarang. 

Bagi Romualdus, kondisi seperti ini kadang membuat ia dan sesama petani kehilangan semangat. Padahal, menurutnya, penting dukungan pengetahuan agar para petani punya ilmu dalam bercocok tanam holtikultura yang selama ini terus menanam padi sebagai penopang ekonomi keluarga. "Pengatahuan tanam kedelai saya cari sendiri dan beruntung ada pensiunan dinas pertanian yang memberikan saya ilmu serta dukungan," imbuhnya.

Romualdus menambahkan kondisi ini kian memperparah produktivitas padi di Mbay yang digadang-gadang sebagai lumbung padi di Flores berkat saluran irigasi teknis dengan Bendungan Sutami sebagai sumber air utama buat para petani di lahan hampir 4.000 hektare. Ia mengaku dari penelusurannya dalam dua tahun terakhir walaupun sebagian besar Mbay dipenuhi area persawahan tetapi belum bisa untuk swasembada beras karena beras juga masih didatangkan dari luar daerah seperti Sulawesi dan Bima. Romualdus mengungkapkan bahwa tingginya produktivitas padi di Bima dan Sulawesi membuat para pedagang bisa membeli dengan harga lebih murah lalu dijual lagi di Mbay dengan harga yang lebih murah. 

Baginya, kalau kondisi ini dibiarkan terus, para petani susah karena pasti mereka akan menjual harga lebih murah untuk bersaing dengan beras dari luar walaupun ongkos produksinya sudah tinggi sejak pengolahan lahan. Romualdus merasa penting untuk penyuluh selalu hadir bersama para petani agar sejak pengolahan pertama sawah petani tidak salah membeli obat, pupuk, atau dosis penyemprotan tanaman. Ini karena mahalnya ongkos pengolahan berimbas pada harga beras nanti. 

"Produktivitas di Mbay yang masih belum sama sekali pasti bergantung beras dari Sulawesi dan Bima. Banyak petani akhirnya jual dengan harga Rp7.500 karena butuh untuk uang sekolah anak. Kasihan juga padahal ongkos olah sawahnya tinggi. Kadang mereka kasih solusi atau rekomendasi obat tetapi tidak menyelamatkan padi kami punya. Ini seperti gatal di lain, garuk di lain," ungkapnya. 

Menurut Kadis Pertanian Nagekeo, Olivia Mogi, bulan sebelumnya pernah terjadi serangan hama dan pihaknya sudah menurunkan bantuan obat subsidi hingga persediaan telah habis. Namun ia berjanji untuk mengecek lebih lanjut soal ketersediaan obat demi membantu para petani. Ia mengaku  hingga saat ini belum ada laporan dari penyuluh pertanian soal hama yang menyerang padi para petani. 

Pihaknya akan menindaklanjuti keluhan para petani dengan meminta penyuluh untuk mengidentifikasi tanaman petani sehingga bisa diambil tindakan untuk menyelamatkan padi para petani. Ia juga menuturkan pihaknya lewat penyuluh pertanian sudah memberikan rekomendasi kepada petani guna mengendalikan hama penggerek batang dan bercak daun coklat serta berjanji akan turun langsung ke petani. 

"Pasti belum ada laporan karena kami pun belum terima dari petugas yang berwenang soal laporan dari penyuluh soal hama tersebut. Nanti kami minta petugas khusus penyuluh ke lapangan untuk identifikasi. Info terkahir dari penyuluh ia sudah rekomendasikan cara pengendalian untuk hama penggerek batang dan bercak daun cokelat. Sore ini penyuluh akan turun lagi ke petani, " pungkasnya. (OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat