visitaaponce.com

Rektor USK Ajak Mahasiswa Bijak Bermedsos untuk Cegah Intoleransi

Rektor USK Ajak Mahasiswa Bijak Bermedsos untuk Cegah Intoleransi
Rektor USK Prof Marwan menyampaikan materi Peran Generasi Milenial dalam kegiatan Workshop Moderasi Beragama di Aceh.(MI/AMIRUDDIN ABDULLAH REUBEE)

REKTOR Universitas Syiah Kuala Prof Marwan mengajak generasi muda, khususnya mahasiswa untuk bijak dalam bermedia sosial sebagai upaya mencegah sikap intoleransi beragama.

Pernyataan tersebut disampaikan Rektor saat menjadi narasumber pada Workshop Moderasi Beragama, yang diinisasi Kementerian Pemuda dan Olahraga di Gedung AAC Dayan Dawood, Rabu (21/9).

Rektor mengatakan, salah satu karakteristik generasi milenial adalah dekat dengan teknologi informasi atau digitalisasi. Kemudahan mereka mengakses informasi, misalnya melalui gadget, bisa berdampak negatif jika tidak dilakukan secara bijak.

Baca juga: Dua Mahasiswa USK Lulus Seleksi Youth Elite Exchange Program ke Taiwan

Untuk itulah, Rektor mengingatkan mahasiswa untuk bijak dalam mencerna informasi. Tidak tergesa-gesa menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya. Apalagi informasi hoaks tersebut dapat memicu lahirnya sikap intoleransi beragama di masyarakat.

"Jangan sampai kita menjadi bagian penyebar hoaks. Cermatlah memisahkan mana informasi yang benar dan tidak. Mari kita jaga sikap ini, jangan sampai kerukunan bergama kita terganggu karena pengaruh informasi yang negatif," kata Rektor Marwan.

Diresskrimsus Polda Aceh Kombes Sony Sanjaya mengatakan berkembangnya era digital merupakan sebuah kerawanan ketika orang di dalamnya belum siap. Apalagi orang tersebut memiliki pengaruh atau pengikut yang banyak.

Dirinya mencontohkan kasus hoaks yang pernah ditangani Polda Aceh terhadap seorang tokoh masyarakat.  Ketika ditanya dari mana sumber informasi hoaks tersebut ternyata berasal dari media abal-abal. Ironisnya, informasi hoaks tersebut kemudian diterima para pengikutnya akibat tidak mampu menyaring kebenaran berita tersebut dengan baik.

"Makanya sekarang sering kita dengar,  saring sebelum sharing. Nah bagaimana kemampuan kita menyaring? Itu adalah jati diri kita. Itu adalah kemampuan kita," tambahnya.

Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kemenpora Prof Faisal Abdullah, saat membuka kegiatan itu, mengatakan pemahaman moderasi beragama itu penting. Mengingat betapa bahayanya Indonesia jika dibiarkan kehidupan bermasyarakatnya tidak disentuh pemahaman untuk membangun persatuan dan kesatuan.

Apalagi dengan perkembangan teknlogi informasi yang begitu cepat. Untuk itulah, dirinya  menilai perlu adanya upaya untuk melindungi generasi muda dari informasi yang tidak jelas dan mengancam keutuhan bangsa.

"Karena itulah Kemenpora menganggap penting. Selalu membuka ruang untuk dialog, untuk memberi infomasi yang baik, agar toleransi bergama bisa berjalan dengan baik sesuai dengan yang kita inginkan," tutur Faisal.

Selain di Aceh, Workshop yang sama sudah dilaksanakan pada empat daerah lainnya yaitu Solo, Lampung, Makasar, dan Kalimantan Timur. Dalam kegiatan ini turut dilakukan penandatanganan ikrar pemuda lintas agama dan suku bangsa. (OL-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat