visitaaponce.com

Budaya Doka Tawa Tana Picu Desa Umauta Masuk 50 Besar ADWI 2022

Budaya Doka Tawa Tana Picu Desa Umauta Masuk 50 Besar ADWI 2022
Acara penyerahan anugerah bagi Desa Umauta yang masuk dalam 50 besar ADWI 2022.( MI/Gabriel Langga)

BICARA sanggar seni budaya Doka Tawa Tana pasti tidak asing bagi para pemburu kain tenun ikat di Indonesia. Pasalnya sanggar yang berdiri sejak tahun 1980 ini aktif memproduksi kain tenun ikat hingga sekarang. Bukan saja produksi kain tenun ikat, sanggar Doka Tawa Tana ini juga aktif menampilkan atraksi budaya dan jenis permainan rakyat sehingga menjadi daya tarik wisata desa ini.

Didalam perjalanannya, Sanggar Doka Tawa Tana yang berada di kampung Dokar ini yang aktif bergerak di bidang kerajinan tangan ini berupa tenun ikat telah mengantar Desa Umauta yang berada di Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka menjadi satu-satunya desa di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang lolos 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Vinsensius Jemadi menjelaskan, Desa Umauta masuk dalam daftar 50 desa wisata terbaik ADWI 2022 setelah melalui uji standar penilaian tim juri yang terdiri dari tujuh kategori diantaranya, memiliki daya tarik pengunjung (alam dan buatan, seni dan budaya), Souvenir (kuliner, fesyen, dan kriya),  homestay, toilet umum, digital dan kreatif,  cleanliness, health, safety, dan environment sustainability (CHSE), serta kelembagaan desa

Untuk itu, kata dia, saat ini yang paling terpenting dalam dunia pariwisata adalah dengan menjaga seni budaya yang sudah diturunkan leluhur. Sebab, ungkap dia lagi, seni budaya akan menjadi aset bernilai luar biasa bagi sektor pariwisata di masa mendatang, karena wisatawan mencari keaslian seni budaya dan pengalaman yang unik.  Hal ini telah dilakukan oleh Sanggar Doka Tawa Tana yang berada di Desa Umauta sehingga menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Provinsi NTT.

Yang mana kata dia, munculnya konsep desa wisata di Umauta sangat unik, yakni berawal dari sebuah tradisi tenun ikat khas Sikka yang dihasilkan oleh Sanggar Doka Tawa Tana, dimana tradisi ini kemudian memunculkan wisata atraksi seni budaya lainnya, seperti seni musik dan seni tari tradisional

"Desa Umauta memiliki daya tarik terutama keberadaan Sanggar seni budaya Doka Tawa Tana. Sanggar ini menaungi para perajin tenun ikat dengan berbagai motif sarung tradisional yang bahannya berasal dari alam sekitar. Aktivitas mereka membuat kain sarung untuk keperluan sehari-hari juga untuk dijual demi kebutuhan ekonomi warga. Maka layak dan pantas Desa Umauta masuk dalam 50 Besar ADWI 2022," ujar Vinsensius Jemadu saat datang berkunjung ke Sanggar Doka Tawa Tana di Kabupaten Sikka, NTT pada Sabtu (8/10).

Untuk itu, ia pun berharap dengan penganugerahan ini dapat memancing daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk datang ke Sanggar Doka Tawa Tana yang berada di Desa Umauta ini.

Sementara itu, Cletus Beru sebagai penggerak Desa Wisata Umauta sekaligus penggagas Sanggar Doka Tawa Tana mengatakan sejak dahulu, warga desa tetap mempertahankan nilai-nilai budaya dan tradisi pembuatan tenun ikat menggunakan bahan alami, karena merupakan warisan leluhur yang harus dipertahankan hingga anak cucu.

Dikatakan lagi bahwa sanggar yang ia pimpin fokus melestarikan musik tradisional, kearifan lokal dan  tenun ikat pewarna alam. Termasuk motif-motif  tenun ikat yang memiliki histori dengan motif-motif yang menjadi warisan leluhur karena tenun ikat ini digunakan sehari-hari dalam acara  seremonial adat, kelahiran, kematian dan pesta.

"Setiap wisatawan yang berkunjung selalu diperkenalkan atraksi proses tenun ikat tradisional dari kapas lokal dan pewarnaan alami (organic) dari akar, daun, dan kulit pohon. Inilah daya tarik wisata yang ada di desa kami sehingga banyak tamu dari luar negeri yang datang untuk melihat tradisi dan budaya yang masih terpelihara sejak jaman dulu," ungkap Cletus.

Disampaikan lagi bahwa Desa Umauta terletak di Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Desa ini memiliki topografi berupa perbukitan dengan jarak tempuh yang lumayan jauh dari jalan utama di kota tersebut.

Cletus pun menambahkan bahwa Sanggar Doka Tawa Tana juga merupakan tempat belajar nilai-nilai kearifan lokal bagi masyarakat dan generasi muda setempat. "Di sanggar ini dari desa-desa yang ada di Kabupaten Sikka datang belajar di sanggar ini tentang pewarna alam. Selain itu kita berikan pelatihan pembuatan ramuan pewarna alami bagi anak-anak dan remaja muda-mudi serta wisatawan yang mau belajar tenun ikat dan pewarnaan alami," tutur Cletus.

Sehingga ia tetap menjaga kelestarian sanggar Doka Tawa Tana dengan terus memberikan pelatihan kepada generasi muda sehingga kearifan lokal tidak punah dengan majunya perkembangan teknologi informasi. (OL-13)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat