visitaaponce.com

Waduh Wabah Leptospirosis di Pacitan Bertambah Sampai 126 Kasus, 6 Meninggal Dunia

Waduh! Wabah Leptospirosis di Pacitan Bertambah Sampai 126 Kasus, 6 Meninggal Dunia
ILustrasi(Media Indonesia)

KASUS leptospirosis di Pacitan, Provinsi Jawa Timur terus bertambah. Data dari dinas kesehatan kabupaten setempat, total penderita per hari ini sudah mencapai 126 orang.

Dari jumlah tersebut 18 orang masih menjalani perawatan medis di sejumlah fasilitas kesehatan. Jumlah terbanyak pasien yang menjalani perawatan medis adalah di Puskesmas Kecamatan Ngadirojo, yakni 14 pasien. Dari jumlah tersebut 6 orang diantaranya menjalani rawat inap, sementara sisanya rawat jalan.

Sejak beberapa hari lalu pasien penderita leptospirosis yang berobat di puskesmas ini keluar-masuk silih berganti. Rata-rata tiap pasien menjalani perawatan antara 3 hingga 4 hari, tergantung kondisinya.

Selain di Puskesmas Ngadirojo, beberapa pasien leptospirosis juga menjalani perawatan medis, diantaranya di Puskesmas Tulakan 3 orang, dan Puskesmas Bubakan satu pasien.

Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, Daru Mustiko Aji mengatakan, hingga saat ini enam orang meninggal dunia akibat penyakit tersebut. Namun dari jumlah itu tiga di antaranya karena ada penyakit penyerta, seperti penyakit jantung dan demam berdarah. "Sementara 108 orang dinyatakan sembuh," terang Daru Mustiko Aji dalam wawancaranya dengan Metro TV.
 

Menyebar lewat darah

Penyakit leptospirosis mewabah di kabupaten Pacitan, dan tersebar hingga di 9 kecamatan. Tingginya curah hujan serta banyaknya populasi tikus diduga menjadi penyebab bakteri Leptospira menyebar kemana-mana.

Berbagai upaya pencegahan agar tidak terus meluas dilakukan, diantaranya memberikan sosialisasi kepada masyarakat serta pengurangan populasi tikus di persawahan.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi dari Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre, Erni Juwita Nelwan dalam wawancara dengan Media Indonesia, beberapa waktu lalu, menjelaskan, leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia, seperti tikus.

Bakteri leptospirosis tinggal di dalam ginjal hewan, keluar dari air seni hewan dan masuk ke tubuh manusia lewat pori-pori dan selaput lendir yang terbuka karena luka, misalnya.

"Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, tergantung apa yang di-kerjakan. Paling tinggi faktor risiko pada petani dan pekerja yang berhubungan langsung dengan sawah ataupun selokan," kata Erni.

Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dirinya terjangkit leptospirosis. Pasalnya, masa inkubasi bakteri leptospirosis hingga menimbulkan gejala berlangsung selama 2 minggu hingga satu bulan.

"Padahal, penyakit ini sangat bisa mematikan. Bisa juga seperti serangan jantung. Gejalanya ada di seluruh organ karena saat masuk bakterinya menyebar lewat darah. Kalau kena banjir makanya harus selalu bilang ke dokter," kata Erni, tadi malam.

Untuk mencegah terjadinya leptospirosis, Erni mengimbau masyarakat agar membiasakan pola hidup bersih dan sehat. Selain itu, harus membiasakan diri untuk memakai alat pelindung saat kontak langsung dengan banjir maupun selokan.

"Kalau orang yang benar-benar harus kontak langsung, bisa melakukan pencegahan dengan minum antibiotik doksisiklin. Pencegahan dengan alat pelindung, baju tertutup, dan pakai bot lebih baik," jelasnya. (MGN/Ata/Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat