visitaaponce.com

Penyakit Antraks Kembali Muncul di Gunungkidul Yogyakarta

Penyakit Antraks Kembali Muncul di Gunungkidul Yogyakarta
Tim Reaksi Cepat BPBD Gunungkidul melakukan penyemprotan dekontaminasi bakteri antraks.(Dok. Antara)

PENYAKIT antraks kembali muncul di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, tepatnya di Kapanewon Gedangsari. Seorang warga ditengarai suspek penyakit antraks. Kasus ini menjadikan beberapa daerah Gunungkidul kerap menjadi sumber penularan penyakit zoonosis ini.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM bidang Mikrobiologi, Profesor Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni mengatakan, munculnya kembali kasus antraks ini disebabkan oleh spora dari Bacillus anthracis yang bersumber dari hewan yang disembelih atau dari lingkungan ternak. Sebab spora yang dihasilkan oleh bakteri antraks ini sulit hilang dan bisa bertahan di tanah hingga puluhan tahun.

“Di tubuh hewan saat hidup, spora ini belum terbentuk. Namun saat disembelih dan bakteri yang ada dalam darah itu keluar lalu berinteraksi dengan udara akan membentuk spora,” kata Wahyuni dalam siaran pers dari UGM, Selasa (12/3).

Baca juga : Sudah Ada di Indonesia Sejak 1884, Antraks Tidak Mudah Dimusnahkan

Adapun spora bisa terbentuk jika bakteri Bacillus anthracis terpapar oksigen karenanya spora tidak pernah dijumpai dalam tubuh penderita atau dalam bangkai yang tidak diseksi atau dibuka. Namun demikian, penyakit antraks ini menurut Aeth, tidak hanya menjangkit hewan ternak lainnya namun juga menular ke manusia.

Ia menyarankan agar hewan yang terserang antraks maupun lokasi yang menjadi sumber antraks harus diisolasi dengan tidak boleh ada satu pun lalu lintas ternak yang keluar masuk lokasi.

“Tidak boleh juga sembarang orang keluar masuk di wilayah tersebut dan hanya petugas yang sudah ditetapkan,” ujarnya.

Baca juga : Banyak Wabah Penyakit Menular, Kementan Bentuk Kader Zoonosis

Selain melakukan isolasi, para peternak perlu meningkatkan biosekuriti dan melakukan pengobatan pada hewan yang sakit serta memberi tambahan suplemen. Menurutnya, hewan yang terjangkit bakteri antraks bisa diobati. Bakteri ini mudah mati jika diberi antibiotik, antiseptik, desinfektan dan mati pada suhu diatas 54 derajat celcius selama 30 menit. Sementara untuk hewan yang sehat diharuskan sebaiknya diberi vaksinasi selama dua kali selama setahun.

Sementara Dosen Fakultas Peternakan UGM, Nanung Danar Dono, mengatakan untuk mencegah agar kasus ini muncul sebaiknya peternak tidak memotong hewan yang sakit atau mengkonsumsi hewan yang sudah menjadi bangkai.

“Daging bangkai tidak boleh dikonsumsi karena matinya karena zoonosis bisa menular ke manusia. Tahun lalu di Semanu, ada 11 orang tertular dan satu orang meninggal,” katanya.

Baca juga : Sri Sultan Khawatir, Hewan Terkena Antraks Dijual Lebih Murah

Ia mengatakan untuk hewan yang sakit sebaiknya diisolasi untuk diobati terlebih dahulu hingga betul-betul dinyatakan sehat. Namun jika ditemukan ternak hewan yang sudah mati yang ditengarai terkena antraks sebaiknya langsung dikubur atau dikremasi di lokasi.

“Jika tidak ada alat kremasi, maka dikubur saja ditimbun lalu disemen tidak boleh dibongkar selamanya karena spora sangat awet, anti desinfektan sehingga penting adanya literasi dan edukasi agar kasus seperti ini tidak terulang kembali,” ujarnya.

Di samping itu, ia menyarankan agar hewan yang mati tidak dipindah ke tempat lain sebab jika hewan mati tersebut mengeluarkan darah maka tercecer dan menyebarkan spora di sepanjang jalan. “Jika dipindah, besar kemungkinan spora tercercer ke mana-mana,” pungkasnya.

Sebagai informasi tambahan, pada tahun 2019 di Kapanewon Karangmojo dan Ponjong ditemukan 12 orang positif dan satu orang meninggal. Selanjutnya tahun 2021, di Desa Hargomulyo, Gedangsari, terdapat 7 orang positif tertular antraks. Selanjutnya tahun 2022, ada 13 orang positif antraks di Ponjong. Sedangkan tahun 2023 lalu, di Dusun Jati, Desa Candirejo, Semanu ditemukan 87 orang positif, 18 bergejala dan satu orang meninggal.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat