Sri Sultan Khawatir, Hewan Terkena Antraks Dijual Lebih Murah
![Sri Sultan Khawatir, Hewan Terkena Antraks Dijual Lebih Murah](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/07/858186d75ab58fdea87b64a85112c03c.jpg)
GUBERNUR DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X sangat menyayangkan munculnya kasus antraks di Gunungkidul yang terjadi sejak Juni 2023. Sri Sultan memahami masyarakat menyayangkan hewan yang dipeliharanya mati secara tiba-tiba. Namun, mengonsumsi hewan ternak yang telah mati adalah hal tidak bisa dibenarkan karena sangat berbahaya bagi kesehatan.
"Sudah tahu antraks ya dimakan bersama, eman-eman kalau terus dipendam (sayang kalau langsung dikubur). Ini kan masalah, mungkin literasinya jalan, tapi mungkin kurang teliti memeriksa jadi sulit. Hal ini selalu terulang, malah korban makin banyak,” papar dia, Kamis, (6/7).
Sri Sultan sekaligus berharap masyarakat dapat menguburkan hewan yang mati secara tiba-tiba, bukan malah mengonsumsinya. Kasus antraks yang muncul di Gunungkidul karena hewan ternaknya mati kemudian disembelih dan dimakan bersama.
Baca juga: Antisipasi Antraks di Bantul, Perbatasan Diawasi
Kasus ini terus berulang karena masyarakat sendiri menyepelekannya. Mereka seharusnya langsung menguburkan hewan ternaknya jika mati tiba-tiba.
Sri Sultan HB justru khawatir, masyarakat yang mengetahui hewan peliharaannya mengalami gejala antraks malah tetap menjualnya agar kerugiannya tidak besar. Sri Sultan pun meminta OPD terkait dapat menggencarkan literasi kembali kepada publik.
“Sekarang tanya saja, harga yang kena antraks itu sama dengan harga pasaran atau lebih murah. Kalau dijual lebih murah, berarti penjualnya sudah tahu kalau sapi itu terkena antraks," kata Sri Sultan.
Baca juga: Tradisi Purak jadi Penyebab Kejadian Antraks di Gunungkidul Berulang
Semisal harga jual dipasaran Rp20 juta hingga Rp30 juta, tapi hanya dijual Rp15 juta. Hal seperti itu yang sulit bahkan tidak bisa antisipasi.
Lebih lanjut, Sri Sultan meminta selain memeriksa hewan ternak, petugas juga harus lebih tegas dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait penanganan yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan terhadap hewan ternak yang terjangkit antraks.
Pemahaman mengenai gejala penyakit antraks pada hewan ternak juga harus diberikan, termasuk bagaimana penularan dan bahaya penyakit antraks pada manusia, serta cara mengobatinya.
“Pemeriksaan hewan yang lewat itu juga lebih teliti, tapi juga kalau ada antraks yang ada di situ ya memang pengertian disisihkan dan harus tidak dimakan terus dikubur itu sesuatu yang jadi penting gitu,” paparnya.
Petugas pos harus mampu memberikan berbagai pemahaman tersebut demi menumbuhkan kesadaran yang lebih baik pada masyarakat. “Selama itu nggak pernah dilakukan, ya enggak pernah akan bisa selesai,” kata Sri Sultan.
Sri Sultan juga mengimbau, masyarakat tidak mengkonsumsi daging dari ternak yang terjangkit antraks. Apabila mulai merasakan gejala tertular penyakit antraks, mereka diharapkan segera melakukan pengobatan untuk menghindari risiko kesehatan yang lebih berat nantinya.
Tak Batasi Lalu Lintas Hewan
Sri Sultan juga menegaskan, pihaknya tidak mungkin menutup lalu lintas hewan. Hal tersebut menanggapi kasus antraks di Gunungkidul.
"Mosok lewat ora oleh, meh ngedol barang ora oleh (masa lewat tidak boleh, mau menjual barang tidak boleh). Jadi, ya tergantung pengawasannya karena lalu lintasnya memang lewat situ,” papar Sri Sultan, Rabu (05/07).
Lalu lintas hewan ternak di Gunungkidul memang tinggi. Pasalnya, daerah Gunungkidul termasuk daerah penghasil hewan ternak.
"Sekarang tergantung daerah lain juga, bagaimana mengantisipasi antraks itu merupakan sesuatu yang penting. Jika perdagangan ternak seperti ini tidak ketat, antraks ya pasti tidak pernah bisa diselesaikan dan seharusnya cara penanganannya sama,” papar dia.
Pengetatan pengawasan perdagangan ternak yang ada di setiap daerah dapat menghindarkan dari persebaran antraks di DIY. Hal ini berkaca pada penyebaran pengulangan kasus antraks yang pernah terjadi di DIY pada 2019 dan 2020 lalu. Dengan pengetatan pengawasan lalu lintas hewan ternak maka setidaknya mampu meminimalisasi persebaran kasus antraks di DIY.
Selain itu, Pemkab Gunungkidul sendiri, khususnya para petugas pos lalu lintas perdagangan ternak harus lebih tegas pengawasan.
“Pos lalu lintas hewan ternak yang ada di tiap daerah perbatasan dapat diperketat. Sekarang bagaimana petugas itu lebih teliti, kalau kurang tenaga ya ditambah, kalau cukup ya kalau mengawasi tidak sekadar mengawasi, tetapi diperiksa betul sapi yang lewat," tutup Sri Sultan.
(Z-9)
Terkini Lainnya
UMKM Perajin Blangkon di Yogyakarta Diberikan Pembiayaan dan Pendampingan
Indonesia Hadapi Jepang di Perempat Final Kejuaraan Asia Junior
Tim Bulu Tangkis Junior Indonesia Menang 4-1 atas India
Komunitas UGM Peduli Gagas Kegiatan Polmas Kawasan Pendidikan
Pemerintah Arab Saudi Ingin Gudeg Jadi Hidangan bagi Jemaah Haji
Louis Gilbert Yulianto, Seniman Cilik Asal Yogya Pamerkan Karya di ArtJog 2024
Tragis, Anak Bunuh Ayah Kandung di Karanggayam Kebumen, Pelaku Sempat Kabur
BPBD Kabupaten Gunungkidul Terus Distribusikan Air Bersih
Kekeringan, Air Bersih Mulai Disalurkan di Gunungkidul
BAZNAS RI Luncurkan Balai Ternak di Gunungkidul Yogyakarta
Warga Gunungkidul Tewas Diseruduk Sapi untuk Kurban
Sejumlah Desa di Gunungkidul Mulai Krisis Air Bersih
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap