visitaaponce.com

Sudah Ada di Indonesia Sejak 1884, Antraks Tidak Mudah Dimusnahkan

Sudah Ada di Indonesia Sejak 1884, Antraks Tidak Mudah Dimusnahkan
Pencegahan penularan Antraks di Gunungkidul.(Antara)

KASUS antraks telah masuk ke Indonesia sejak tahun 1884, dan wilayah yang terserang antraks semakin lama semakin banyak dan meluas. Dari waktu ke waktu kasus antraks pada hewan ternak serta manusia terus kembali terjadi. Salah satu penyebabnya, kata dia, adalah antraks adalah salah satu zoonosis yang tidak mudah dimusnahkan.

"Spora yang dihasilkan oleh bakteri antraks sulit hilang dan bisa bertahan di tanah hingga puluhan tahun," ujar Dokter hewan, Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni, Jumat, (7/7).

Ia pun menegaskan, menyembelih bangkai hewan yang mati karena penyakit antraks adalah tindakan berbahaya. Tindakan itu menjadi pemicu penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri, termasuk penyakit antraks. Penyakit ini tidak hanya dapat menjangkit hewan lain, tetapi juga manusia yang bisa mengakibatkan kematian.

Baca juga: Penetapan KLB Antraks belum Dilakukan Daerah

“Hewan yang terjangkit tidak boleh dibuka, maka kalau disembelih itu kesalahan fatal karena bakteri sebagian besar ada di darah. Ketika darah keluar dan berinteraksi dengan udara, terbentuklah spora yang menjadi momok,” papar dia, Jumat (7/7).

Penyakit antraks yang menyerang hewan masih bisa diobati dengan penanganan yang cepat dan tepat. Hewan tersebut pun bisa tetap hidup dan sembuh dari antraks.

“Antraks bisa diobati karena bakteri masih sensitif dengan antibiotik. Untuk pencegahan ada vaksinasi yang perlu diulang setiap enam bulan,” lanjut dia.

Baca juga: Banyak Wabah Penyakit Menular, Kementan Bentuk Kader Zoonosis

Empat Jenis Antraks

Epidemiolog UGM, Citra Indriani, menyebut, antraks yang menyerang manusia sendiri bisa dibagi ke dalam empat jenis, yaitu antraks kulit, antraks saluran pencernaan, antraks saluran pernafasan, serta antraks injeksi.

Kasus antraks yang paling sering ditemukan di Yogyakarta adalah antraks kulit, sedangkan kasus antraks saluran pernafasan dan antraks injeksi hingga kini belum pernah ditemukan di Indonesia. Antraks kulit bisa muncul ketika seseorang menyembelih hewan yang terinfeksi, lalu darah yang keluar kontak dengan kulit yang terdapat luka.

"Gejala awalnya adalah gatal lalu berkembang cepat menjadi luka antraks dan pembengkakan,” terang Citra.

Antraks pada manusia bisa ditangani dengan pencegahan, deteksi dini, serta pengobatan yang sesuai. Begitu ada antraks perlu ada pengendalian terus menerus, dari segi lingkungan maupun hewannya sehingga penyakit manusia bisa dicegah.

Jika seseorang memiliki gejala pasca kontak dengan hewan sakit atau menyembelih, ia sebaiknya langsung datang ke fasilitas kesehatan. Dokter sudah disiapkan untuk bisa mendeteksi dini kasus antraks pada manusia.

Dosen Fakultas Peternakan UGM, Nanung Danar Dono, menegaskan pentingnya pemahaman, kesadaran, serta upaya bersama dalam penanganan antraks agar tidak lagi menimbulkan korban. Kebiasaan memotong dan membagi-bagikan daging hewan yang mati karena sakit, menurutnya, merupakan salah satu kebiasaan yang berbahaya sehingga harus dihentikan.

“Cukup sudah jangan sampai ada kasus lagi," pesan dia. Sekarang ini hampir semua provinsi di Indonesia sudah kena Antraks.

(Z-9)


 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat