visitaaponce.com

Suster Laurentina Bertekad Jadi Biarawati dan Antiperdagangan Manusia

Suster Laurentina Bertekad Jadi Biarawati dan Antiperdagangan Manusia
Suster Laurentina.(Dokumentasi pribadi.)

HIDUP tak berarti apabila tak ada arti dalam hidup. Itulah prinsip yang menjadi napas Suster Laurentina atau yang akrab disapa Suster Lauren seorang biarawati Katolik yang tergabung dalam Kongregasi Suster Penyelenggaraan Ilahi. Selain itu, perempuan kelahiran 23 Agustus 1970 juga dikenal sebagai seorang suster yang menolak keras praktik perdagangan manusia atau human trafficking.  

Suster Laurentina memberikan perhatian serius untuk kasus-kasus human trafficking di wilayah Nusa Tenggara Timur. Bagi nominator Kick Andy Heroes 2023 itu, karakteristik human trafficking bersifat represif dengan tujuan eksploitasi manusia. Luasnya pengaruh dan dampak ancaman yang ditimbulkannya membuat ia terus semangat melawan bentuk kejahatan yang luar biasa tersebut.  

Sebelum Suster Lauren terjun mengurusi kasus human trafficking pada 2004 hingga 2007. Ia melanjutkan pendidikan diploma Akademi Pekerja Sosial di Kupang, NTT. Sejak saat itulah dirinya mulai tertarik dengan isu-isu sosial. Setelah lulus, ia pun mengabdi di Yayasan Sosial Soegijapranata Semarang tepatnya pada 2007 untuk mengurus anak-anak jalanan.

Baca juga: Tetangga Meninggal karena Kekurangan Darah, Michael Octaviano Alexander Bangun BFLF

Selanjutnya, ia menceritakan tentang kejadian titik baliknya untuk memantapkan hati menjadi seorang biarawati. Ia mengaku menjalani masa-masa remaja layaknya remaja normal, bahkan juga sempat punya pacar. "Sebenarnya, keinginan saya menjadi seorang biarawati pas di panti jompo itu. Saya bekerja di panti jompo itu dari umur 20- 27 tahun, artinya 7 tahun. Dalam hati kecil saya, ada target ketika menginjak umur 25 tahun kelak, saya harus berani untuk memutuskan pilihan hidup. Nah, begitu menginjak target bahkan bisa dikatakan kelewat target, sampai jadi 27 tahun. Namun setiap kali pulang ke rumah dan meminta izin bapak, beliau selau menolaknya," papar Suster Lauren.

Ia sadar bahwa memutuskan untuk menjadi seorang biarawati ialah keputusan hidup yang tidak main-main. Mungkin kekhawatiran orangtua begitu besar, karena tidak boleh punya keturunan dan hidupnya dipersembahkan hanya untuk mengabdi ke umat. Namun diam-diam ia mempelajari syaratnya itu. Ternyata minimal harus lulus SMA. Nah, ketika kerja di panti jompo, ada dua orang tua nenek-nenek di panti tersebut yang saya sayangi. "Saya dekat dengan mereka berdua. Saya berjanji kalau mereka meninggal nanti, saya akan menjadi seorang biarawati. Ketika tes menjadi biarawati ternyata nenek tersebut meninggal. Setelah itu, begitu pengumuman tiba, yang satunya lagi menyusul meninggal. Kejadian tersebut menjadikan tekad saya semakin bulat untuk menjadi biarawati," ungkapnya.

Momen meninggalnya dua nenek di panti jompo ternyata meninggalkan rasa kehilangan yang luar biasa bagi Suster Lauren. Tak berselang lama, ia pun mulai mengikuti pendidikan biarawati di Solo, Jawa Tengah. Di kota tersebut Ia pun menelepon bapaknya agar segera menemuinya. "Nah, waktu di Solo saya bilang ke bapak untuk datang ke Solo, karena ada hal yang penting yang ingin saya bicarakan. Di situ akhirnya saya bilang, diizinkan atau tidak untuk menjadi biarawati, saya akan tetap menjadi biarawati, tidak bisa diganggu gugat. Bapak hanya bilang, ya sudah hitung-hitung kehilangan telur satu, mungkin maksudnya kehilangan anak yang ingin mengabdikan diri," sambungnya. Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya, Suster Lauren pun dapat meluluhkan hati bapaknya.

Pada 2010 Suster yang dijuluki Suster Kargo ini ditempatkan di Maubesi, NTT. Untuk pertama kali saat ditugaskan di NTT, ia dikontak oleh jejaring pekerja kemanusiaan di Jakarta untuk membantu memulangkan jenazah korban perdagangan manusia asal Desa Tuamau, Kecamatan Maubesi. Jenazah tersebut berasal dari Malaysia yang meninggal akibat dianiaya majikannya. Sejak saat itulah Ia memulai pelayanan sosial dalam upaya antiperdagangan manusia hingga saat ini. (RO/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat