visitaaponce.com

Mengenal Empty Sella Syndrome, Penyakit Langka yang Diidap Ruben Onsu

Mengenal Empty Sella Syndrome, Penyakit Langka yang Diidap Ruben Onsu
Ruben Onsu idap penyakit langka Empty Sella Syndrome.(Instagram Ruben Onsu)

PRESENTER Ruben Onsu, 39, mengidap penyakit langka berupa Empty Sella Syndrome (ESS). Akibat penyakit tersebut Ruben harus menjalani berbagai terapi dan perawatan. ESS sendiri merupakan penyakit yang menyerang otak bagian sella turcica atau ruang dasar otak tempat kelenjar pituitari yang berfungsi untuk menghasilkan hormon pada kesehatan.

Dokter Spesialis Bedah Saraf Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk dr. Petra O. P. Wahjoepramono, SpBS mengatakan, salah satu yang membuat ESS berbeda dari penyakit lainnya ialah penyakit ini jarang bergejalan. Bahkan, bisa tidak bergejala sehingga sulit dideteksi oleh pengidapnya.

"Empty Sella Syndrome merupakan keadaan yang langka ditemukan loh. Kebanyakan ESS tidak bergejala, sehingga dideteksi tanpa sengaja saat pasien melakukan pemeriksaan kepala," kata Dokter Petra, saat dihubungi, Selasa, (9/5).

Baca juga: 65% Penyandang Penyakit Langka akan Alami Masalah Serius

"Namun, kalau bergejala, kaitannya erat dengan pengaturan hormon yang tempatnya di dalam sella turcica tersebut. Jadi, bisa terdapat pusing, libido berkurang, obesitas, sering lelah, dan bisa di buktikan dengan pemeriksaan hormon. Pandangan bisa terganggu jika menekan saraf mata," tambahnya.

Jika tidak ditangani dengan tepat, penderita ESS nantinya berpotensi mengalami masalah yang lebih serius. Di antaranya impotensi, sakit kepala, cepat lelah, darah tinggi, tidak ada gairah seksual, dan menstruasi tidak teratur.

Baca juga: Kenali Lepuh Epidermolisis Bulosa

Deteksi Tanpa Sengaja

Dokter Petra menjelaskan jika pasien tidak pernah menjalani operasi kepala, radiasi, atau cedera kepala yang berat, ESS biasanya disebabkan pembentukan lapisan otak yang tidak sempurna di daerah ruang dasar otak.

"ESS kebanyakan ditemukan tanpa sengaja. pengobatan hanya sesuai keluhan, misal bila kekurangan hormon akan diberi suplemen. Bila kondisi sangat berat, sehingga tidak respon obat, atau mengancam nyawa, baru dilakukan operasi untuk ESS," jelasnya.

ESS biasanya tidak bahaya, dengan keluhan yang tidak spesifik seperti pusing, lemas, obesitas, libido berkurang dan lainnya. Namun kalau dibiarkan tidak terdeteksi dalam waktu lama, bisa berakibat fatal karena kekurangan hormon, misal hormon thyroid.

"Jadi bagi masyarakat, kalau ada keluhan kesehatan sudah lama, baiknya diperiksakan, supaya bisa ditangani tepat waktu," pungkasnya.

(Z-9)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat