visitaaponce.com

Pemerintah Diminta Beri Perhatian Khusus pada Wabah Rabies di Flores

Pemerintah Diminta Beri Perhatian Khusus pada Wabah Rabies di Flores
Pemerhati Rabies meminta pemerintah memberikan perhatian khusus pada kondisi di Flores, agar kasus rabies tidak meluas.(MI/Gabriel Langga)

PEMERHATI Rabies dari Rumah Sakit TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) dokter Asep Purnama prihatin meningkatnya kasus gigitan anjing rabies pada manusia di Pulau Flores dan Lembata. Ia berharap pemerintah tidak membiarkan kasus ini terus bertambah.

Per Januari-April 2023 terdapat 2.604 kasus gigiatan, satu korban di antaranya meninggal. Terakhir, dua bocah digigit anjing rabies di Maumere, Kabupaten Sikka.Selama 2022, Pemerintah Kabupaten SIkka mencatat 12.721 kasus gigitan anjing rabies pada manusia, sembilan di antaranya meninggal. Dengan rincian dari Flores Timur 5 orang, serta Ende, Manggarai Barat, Manggarai, dan Nagekeo masing-masing satu orang.

"Satu anak yang meninggal dua minggu lalu usianya 15 tahun, adiknya meninggal tahun 2022," kata dokter Asep Purnama kepada Media Indonesia, Selasa (16/5).

Baca juga: Sikka Mencekam, Anjing Gigit Dua Bocah Hingga dilarikan ke Faskes

Menurutnya, dua kakak beradik itu meninggal karena gigitan anjing rabies. Pihak keluarga sempat membantah, namun sebelum meninggalkan korban mengalami hydrophobia atau rasa takut terhadap air. "Kalau gejala seperti itu, penyakit apa, selain rabies," ujarnya.

Dokter Asep meminta pemerintah tidak membiarkan kasus gigatan anjing rabies terus meluas. "Saya sudah wanti-wanti terus dari dulu, bagaimana vaksin anjing nggak ada," ujarnya.

Baca juga: Pemkab Sikka Nyatakan Darurat Rabies

Sejumlah kendala membuat rabies menjadi kejadian luar biasa, kata Asep karena kurangnya koordinasi. Serta diperlukan kerja sama lintas sektor, khususnya sektor kesehatan hewan, cakupan vaksinasi HPR 22 % dari target minimal 70%. Padahal tren kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) meningkat setiap tahunnya.

Selain itu, pemahaman masyarakat tentang penanggulangan pertama GHPR masih rendah. Hal itu terlihat dari hasil penyelidikan spiemiologi terhadap kasus kematian karena rabies, menyebutkan luka gigitan HPR pada pasien tidak dicuci sesuai SOP dan tidak dibawa ke fasilitas kesehatan untuk diberikan vaksin antirabies (VAR) atau serum antirabies (SAR).

Adapun stok logistik program zoonosis di Pemprov NTT terdiri dari 11.500 vial VAR dan 170 vial SAR. SAR sudah didistribusikan ke sembilan kabupaten endemis rabies di Flores dan Lembata masing-masing 24 vial, sisanya empat vial masih berada di gudang.

Kasus rabies di Flores dan Lembata sudah berlangsung 26 tahun. Penyakit yang ditularkan oleh anjing rabies yang dibawa dari Pulau Buton ke Flores Timur pada 1997 yang kemudian menyebar ke seluruh daratan Flores dan Lembata. (Z-3)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat