visitaaponce.com

Para Petani di Pinrang, Sulsel, Terapkan Tanam Benih Langsung Model CSA

Para Petani di Pinrang, Sulsel, Terapkan Tanam Benih Langsung Model CSA
Petani Pinrang di Sulawesi Selatan, menerapkan Tanam Benih Langsung (Tabela) model CSA SIMURP(Ist)

SEJUMLAH petani di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) menerapkan penanaman padi dengan Tanam Benih Langsung (Tabela) pada lahan Kelompok Tani (Poktan) Samarasa I di Desa Bunga, Kecamatan Mattiro Bulu, Kabupaten Pinrang, pada Senin (10/7).

Kiat menanam Tabela dikenal petani pada pertengahan dekade 90-an, dan kian diminati oleh petani di seluruh Indonesia seperti halnya dilakukan Poktan Samarasa I di Kabupaten Pinrang.

Tabela adalah menanam padi secara langsung, di mana benih padi langsung disebar di lahan budi daya tanpa melalui proses penyemaian terlebih dahulu. Cara ini berbeda dengan budi daya padi sistem pindah tanam atau transplanting dalam hal pembibitannya.

Baca juga: Petani Demak Ungkap Teknologi CSA Scalling Up Turut Tingkatkan Produktivitas

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui kegiatan Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) mendukung penerapan Tabela dipadu Climate Smart Agriculture [CSA] atau Pertanian Cerdas Iklim.

Sejalan dengwn Arahan Mentan SYL

Upaya petani bersama SIMURP sejalan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) bahwa pertanian harus dilakukan dengan maksimal melalui pengelolaan lahan, air cukup, varietas berkualitas, dan manfaatkan teknologi.

"Pola tanam Tabela dinilai lebih menguntungkan karena bibit lebih hemat sehingga biaya lebih murah. Misalnya, untuk lahan seluas dua ribu meter hanya membutuhkan benih sekitar lima kg tergantung pada jarak tanam," katanya.

Baca juga: Kementan Libatkan Petani Milenial untuk Antisipasi Dampak El Nino

Hal senada dikemukakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Kementan, Dedi Nursyamsi yang menyoroti tentang inovasi teknologi untuk menghadapi dampak perubahan iklim. 

"Mulai dari menghasilkan varietas yang tahan kekeringan, genangan bahkan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman atau OPT," katanya.

Terapkan Pemupukan Berimbang

Dedi Nursyamsi juga mengajak petani bersama penyuluh menerapkan pemupukan berimbang, yaitu pemberian pupuk yang sesuai dan diminta tanaman dan tanah, bukan pemberian pupuk sesuai keinginan petani. 

Baca juga: Negara Asia Pasifik Pelajari Kesuksesan Petani Milenial Indonesia 

“Kalau kita menerapkan pemupukan berimbang, maka kita sudah melakukan mitigasi terhadap perubahan iklim. Pemberian pemupukan non organik atau kimia memerlukan energi listrik dan fosil, dan itu menyebabkan gas rumah kaca," katanya lagi. 

Pernyataan senada dikemukakan Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP Kementan (Pusluhtan) Bustanul Arifin Caya menegaskan komitmen pemerintah pada upaya mengantisipasi dampak negatif perubahan iklim global melalui CSA.

"Tujuannya, meningkatkan produksi, produktivitas, indeks pertanaman (IP) dan menurunkan emisi Gas Rumah Kaca disingkat GRK," katanya.

Baca juga: Pelaku Usaha Perkebunan Indragiri Hilir Rasakan Manisnya Bisnis Nata De Coco

Di Pinrang, Sulsel, Kementan melalui Program SIMURP memadukan Tabela dengan Varietas Unggul Baru [VUB] Inpari 32 plus pemupukan berimbang, pengelolaan air, pupuk hayati dan pengendalian OPT secara terpadu.

Penerapan teknologi menggunakan sistem tanam Jajar Legowo 2:1, kemudian menggunakan benih 25 hingga  40 kg per hektar. 

Diketahui, penerapan Tabela lebih mudah, karena saat ini telah ada alat khusus untuk pola Tabela pada tanaman padi. Sementara dengan persemaian, tanaman padi akan mengalami semacam stres lebih tinggi ketimbang menanam dengan pola Tabela. (RO/S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat