visitaaponce.com

Kementan Libatkan Petani Milenial untuk Antisipasi Dampak El Nino

Kementan Libatkan Petani Milenial untuk Antisipasi Dampak El Nino
SMK PP Negeri Sembawa menggelar Millenial Agriculture Forum (MAF) Volume 4 Edisi 30 secara daring.(Ist)

KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) erus mendorong dan membantu petani dalam meningkatkan produktivitas sektor pertanian sebagai upaya memenuhi kebutuhan pangan.

Kementan juga mengajak para petani mengantisipasi dampak El Nino yang diperkirakan mencapai puncaknya pada Agustus 2023 di seluruh Indonesia untuk menghadapi El Nino.

El Nino merupakan fenomena kering dimana curah hujannya itu lebih kering dari biasanya. Yang disebut dari biasanya itu rata-rata curah hujan selama 25 tahun, sementara El Nino itu lebih kering ketimbang rata-rata selama 25 tahun itu.

Baca juga: Pentingnya Strategi Hadapi Dampak El Nino dan Hetikan Pemborosan Makanan

Sebagaimana arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo yang meminta kepada seluruh jajarannya untuk segera melakukan langkah strategis dan antisipasi dalam menghadapi el nino 2023. 

Lakukan Langkah Preventif Hadapi Ancaman El Nino

Syahrul memastikan bahwa jajaran kementan telah siap siaga di lapangan untuk melakukan langkah-langkah preventif dalam menghadapi ancaman global El Nino. Ia juga mengharapkan persiapan pemerintah daerah untuk ikut serta membantu para petani yang kesulitan dalam menghadapi iklim ekstrim ini.

"Semua pihak harus bergerak melakukan kolaborasi, adaptasi dan antisipasi terhadap berbagai tantangan yang ada. Termasuk dalam menghadapi cuaca ekstrem el nino yang diperkirakan berlangsung hingga awal tahun 2024," tegas Menteri Syahrul.

Baca juga: Bapanas Minta Pemda Tambah Anggaran untuk Ketahanan Pangan

Menyadari Pentingnya pengetahuan tentang hal tersebut, SMK PP Negeri Sembawa menggelar Millenial Agriculture Forum (MAF) Volume 4 Edisi 30 bertajuk 'Upaya Petani Milenial Jaga Produktivitas Pertanian Antisipasi Elnino' via daring pada Sabtu (8/7).

Hadir membuka webinar, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menyampaikan bahwa BMKG sejak awal telah memprediksi fenomena El Nino, melalui peningkatan suhu sehingga membuat temperatur diatas Samudra Pasifik lebih hangat. 

"Akhirnya udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Karena uap air ke bawa samudra Pasifik dengan sendirinya uap air di Indonesia berkurang secara signifikan sehingga peluang hujan turun secara signifikan," katanya.

Menurut Dedi Nursyamsi, air merupakan faktor produksi yg sangat vital bagi pertanian demi kelangsungan makhluk hidup dan petani Indonesia mengandalkan melalui irigasi.

Sebagian Besar Andalkan Irigasi Air Hujan

Sebagian besar pertanian di Indonesia mengandalkan irigasi air hujan. Jika air hujan berkurang maka produksi pertanian terhambat. produksi pertanian tidak boleh terganggu kesediaan pangan akan terancam agar tidak terancam kita harus mencegah El Nino. 

Baca juga: Hadapi El Nino, Mentan Dorong Daerah Siapkan Lumbung Pangan

"Cara mencegah adalah dengan mencari alternatif sumber air selain air hujan. El Nino tidak dapat dicegah, namun bisa diantisipasi dan dimitigasi yang tepat karenanya itu perlu ada strategi khusus untuk menghadapinya," kata Dedi Nursyamsi.

Menurutnya, petani dan penyuluh wajib tahu dan paham apa yang harus dilakukan. Sekarang bahkan bukan hanya antisipasi tetapi juga adaptasi dan mitigasi. Karena hanya itu yang bisa dilakukan agar produktivitas pertanian bisa dipertahankan.

Hadapi El Nino, Manfaat Air Secara Efisien

Pada kesempatan tersebut, Dedi Nursyamsi mengajak petani untuk menggadapi El nino dengan pemanfaatan air efisien dan hemat, perbaiki saluran irigasi, pembuatan embung, penggunaan teknologi, penahan air (biochars), dan penggunaan varietas unggul.

MAF kali ini mengundang dua narasumber yaitu Janu Muhammad (Founder dan CEO PT Sayur Sleman Indonesia/Young Ambassador Agriculture Kementan) dan Iganitus Paulo Datoalin (PT Digitalisasi Tani Negeri/ Young Ambassador Agriculture Kementan RI).

Kepala SMK PP Negeri Sembawa Yudi Astoni yang turut hadir mengajak seluruh peserta mensukseskan webinar tentang antisipasi dampak El Nino. 

"Dengan adanya Kegiatan MAF, diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan, sekaligus bertukar pikiran, bertukar gagas bagi kaum milenial tentang antisipasi dampak El Nino," katanya.

Young Ambassador Kementan

Ignasius Paulo selaku Young Ambassador Agriculture Kementan mengulas dampak dari El Nino yakni kegagalan panen dan tanaman, penurunan indeks pertanaman yang berujung pada penurunan produktivitas dan produksi, kerusakan sumber daya lahan pertanian; peningkatan frekuensi, luas, dan intensitas kekeringan; peningkatan kelembaban; dan peningkatan intensitas gangguan Organisme Pengganggu Tanaman [OPT]. 

Adapun inovasi dan kolaborasi dalam mengatasi dampak elnino yakni melalui usaha pengolahan limbah makanan dan pertanian menjadi suplement pakan ternak, pupuk dan lainnya yang ramah lingkungan sekaligus memitigasi masalah perubahan iklim di sektor pertanian.

Alternatif lain adalah melalui usaha sektor pertanian dengan fokus budidaya dan pengolahan superfood yang ramah lingkungan dan high food security dengan melibatkan generasi muda di desa, 

"Serta aplikasi digital untuk mendigitalisasi model pertanian ramah lingkungan berbasis farm as a service dan karbon kalkulator dan karbon kredit digital di sektor pertanian untuk petani peternak di seluruh Indonesia," papar Ignasius Paulo.

Petani Milenial Turut Antisipasi El Nino

Meneruskan paparan dari Ignasius Paulo, Janu Muhammad juga menjelaskan mengenai climate smart agriculture bagi petani milenial sebagai solusi antisipasi El Nino yang dampaknya pada kegiatan budidaya tanaman yang nantinya dapat berpegaruh pada harga dan pasokan pangan nasional yang semakin sulit untuk diprediksi.

Menurut Janu, Climate smart agriculture (pertanian cerdas iklim) merupakan suatu pendekatan yang mengubah dan mengorientasi ulang sistem produksi pertanian dan rantai nilai pangan, sehingga keduanya mendukung pertanian berkelanjutan yang dapat memastikan ketahanan pangan dalam kondisi perubahan iklim.

Baca juga: Separuh Wilayah Indonesia Memasuki Musim Kemarau

"Adapun tujuan dari CSA yakni peningkatan intensitas pertanaman, penguatan adaptasi, serta mitigasi dan menghilangkan emisi gas rumah kaca. Selain itu juga teknologi hemat air [cara pemberian air secara terputus-putus], penggunaan pupuk organik serta pestisida nabati juga merupakan tujuan dari CSA," sambung Janu.

Di akhir paparannya Janu mengatakan petani milenial harus siap dalam lmenghadapi dampak EL Nino, "Tentunya sangat diperlukan komitmen yang kuat bagi petani milenial yakni adaptif, inovatif dan back to nature (kembali ke alam)."

Terakhir, melalui closing statementnya, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Idha Widi Arsanti mengajak semua petani untuk menerapkan pertanian ramah lingkungan.

Selain itu Kapusdik mengajak petani menerapkan smart farming, mengakses Kredit Usaha Rakyat [KUR], dan melakukan kolaborasi (networking). (RO/S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat