visitaaponce.com

Benih Palsu Padi Dominasi Pasar Nasional. Waduh

Benih Palsu Padi Dominasi Pasar Nasional. Waduh!
Ilustrasi benih padi.(Antara)

BENIH palsu padi mendominasi pasar benih tanaman pangan di masyarakat. Peredaran benih tidak terstandar itu jumlahnya mencapai 80% di pasar sejak 2019 lalu.

Hal itu diungkapkan Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kementan Fadjry Djufry di Malang, jawa Timur, Jumat (29/9).

"Hasil survei Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2019, sebanyak 80% benih dan bibit yang beredar tidak tersertifikasi dan tidak terstandar. Bahkan ada yang abal-abal dalam tanda kutip," ungkap Fadjry.

Baca juga : Kementan Lakukan Percepatan Tanam Padi di Kabupaten Bogor

Guna menyelesaikan persolan itu, lanjutnya, perlu kerja sama semua pihak mulai bupati, wali kota, gubernur sampai petani.

"Perlu keberpihakan dan kebersamaan. Kebanyakan bibit pangan, padi yang tidak terstandar, itu kendala di masyarakat kita. Perlu keberpihakan agar diminimalisasi," katanya.

Menurut Fadjry, penerapan standar produk beserta pengawasan dan evaluasi akan mengeliminasi benih palsu yang beredar di masyarakat.

Baca juga : Petani CSA Jember Capai Produksi 9,2 Ton Per Hektare Gabah Kering Panen

"Dengan penerapan standar ini dilengkapi pengawasan akan menyeleksi produk benih palsu. Benih padi yang beredar harus mematuhi standar," katanya.

Soal beras, BSIP punya uji mutu beras di Kerawang. Standar Nasional Indonesia (SNI) pun mengadopsi standar internasional. Bahkan, BSIP yang memiliki 64 kantor pelayanan secara nasional dalam bekerjanya selaras dengan Badan Standardisasi Nasional.

"Percepatan standar pertanian untuk meningkatkan mutu dan kualitas," imbuhnya.

Baca juga : Kurangi Penggunaan Pupuk Kimia, Kementan Perkenalkan Inovasi Teknik Biosaka

Karena itu, BSIP bekerja simultan menyiapkan sarana prasarana, sumber daya manusia (SDM), termasuk sinergi dan kolaborasi bersama pemda. Pendampingan, sosialisasi dan edukasi untuk penguatan SDM sampai level petani.

"Bicara global, standar itu penting. Standar meliputi hulu-hilir, mulai bibit, benih, alat mesin pertanian, kelembagaan dan orang termasuk pascapanen. Komoditinya peternakan, perkebunan, tanaman pangan dan hortikultura," tegasnya.

Fadjry menjelaskan, produk buah mangga yang tidak memenuhi standar global akhirnya hanya laku di tingkat lokal dengan harga jual murah. Untuk itu, BSIP menekankan pentingnya penguatan kapasitas petani dengan membuat kawasan di 9 provinsi. Akhirnya, mangga yang sudah memenuhi standar laku di pasar ekspor menyusul unggulan lainnya, yaitu pala, sawit, manggis, alpukat, kopi dan kakau. (Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat