Galur Benih Padi Ilegal Dijual Bebas di Aceh
![Galur Benih Padi Ilegal Dijual Bebas di Aceh](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/02/61b0c859af9a57d4140a1cca4ef7ad89.jpg)
GANGGUAN hama wereng cokelat terhadap tanaman padi musim rendengan (musim tanam pertama) di kawasan Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, telah menjadi momok menakutkan bagi petani setempat. Apalagi dari 22 kecamatan yang memiliki lahan sawah produktif, sebanyak 19 diantaranya telah menyebar serangan hama berbahaya itu.
Anehnya, peredaran benih galur (benih ilegal tidak ada izin sebar) di kawasan Kabupaten Pidie dan sekitarnya terjadi dengan sangat bebas. Lalu cukup akrab dengan petani dan mudah didapati di pasaran, toko-toko penjualan benih, pada agen penyalur atau dimana saja.
Padahal sesuai penelusuran Media Indonesia, sejak dua pekan lalu hingga Minggu (25/2), meluasnya serangan hama wereng cokelat dan tinggi populasi hama penghisap cairan batang padi itu diduga terpicu karena banyak pemakaian benih galur oleh petani setempat.
Baca juga : Hama Ulat Penggerek Batang Serang Lahan Sawah di Aceh
Benih galur itu selain lemah imun kekebalan, juga sangat rawan terserang dan mudah berkembang hama penyakit. Sehingga menjadi sumber penyebaran hama ke lahan sawah varietas benih lain (benih sudah uji laboratorium yang dianjurkan tanam pemerintah).
Dari penelusuran Media Indonesia, berbagai varietas benih galur dijual bebas di kawasan Kabupaten Pidie dan sekitarnya. Antara lain yaitu Cibatu (Ciherang batu), Bojeng (persilangan Cibatu-Boma), Kabir (Karawang Bireuen), dan Srikandi.
Adapun jenis paling banyak digunakan petani di Pidie dan sekitarnya adalah varietas Cibatu. Alasannya Cibatu bisa menghasilkan produksi panen lebih besar dari jenis galur lainnya yakni mencapai 12 ton/Ha (hektare).
Baca juga : Petani Padi di Pidie Diharapkan Selesai Tanam di Bulan Januari
Karena cukup diminati petani, benih ilegal varietas Cibatu pun berbagai turunan. Yaitu Cibatu F 1, Cibatu F 2, Cibatu F3, Cibatu F 4 dan Cibatu F5. Karena banyaknya jenis benih galur sehingga hampir sama jumlahnya dengan benih penangkar resmi dan sangat sulit membedakan, kecuali yang ilegal tidak tertera label dari pemerintah terkait.
Karena demikian, siapa saja yang hendak memperoleh benih galur berbagai corak sangat mudah mendapatkan dipasaran. Itu tersedia di toko penjualan benih, pada agen penyalur dan banyak juga dijual oleh orang-orang tertentu yang memiliki jaringan benih.
Benih galur yang sebenarnya ilegal atau liar itu ternyata tidak tersembunyi penjualannya sedikitpun. Bahkan para penjual atau agen penyalur dengan gamblang menawarkan kepada petani atau pemilik lahan sawah.
Baca juga : Mentan Amran Dukung Jatim Menjadi Penghasil Pangan Nasional Terbesar Di Indonesia
Pakar Ilmu Tanah yang Dosen Pertanian Universitas Syi'ah Kuala (USK), kepada Media Indonesia, Senin (26/2) mengatakan, maraknya peredaran benih galur di pasaran Aceh itu sangat merugikan petani. Pasalnya benih tanpa sertifikasi dan tidak memiliki izin sebar itu tidak sangat diragukan kekebalan dari serangan hama penyakit.
Apalagi benih liar tersebut sebelum dipasarkan tidak dilakukan uji laboratorium untuk mengetahui apakah layak digunakan oleh petani atau malah mengundang masalah serius. Dalam hal ini pemerintah harus mencari dan mendeteksi siapa pelakunya.
Helmi yang merupakan lulusan Doktoral Universitas Nagoya Jepang itu mewanti-wanti, akibat peredaran benih galur itu sangat merugikan petani. Misalnya pemicu cepatnya populasi hama wereng cokelat di Kabupaten Pidie akibat petani ramai menanam benih galur.
Baca juga : Benih Palsu Padi Dominasi Pasar Nasional. Waduh!
Lalu juga sangat merugikan penangkaran benih resmi yang memiliki izin sebar dari pemerintah. Selain mereka membayar pajak kepada negara juga merugikan usaha di sektor pertanian.
"Ini sama dengan menipu pemerintah dan membajak bisnis penangkar profesional. Kalau tidak ditertibkan sangat berbahaya serta merugikan. Apalagi di tengah gonjang ganjing persoalan beras dan tingginya harga beras" tutur lelaki kelahiran Pidie itu.
(Z-9)
Terkini Lainnya
Cuaca Buruk Selat Malaka Pengaruhi Harga Ikan di Aceh
Kecelakaan Maut di Ruas Tol Sigli-Banda Aceh, 3 Tewas dan 4 Luka-luka
Puluhan Hektare Sawah di Aceh Terancam Gagal Panen Akibat El Nino
Mendagri Tito: Dana Pengawasan Pilkada di 23 Daerah Aceh belum Terealisasi
Agus Fatoni Bahas Kesiapan PON 2024 dengan Kemenpora
Petani Cabai di Aceh Kembali Alami Gagal Panen
119 Hektare Sawah Rusak akibat Banjir di Sulawesi Tengah
Kementan Melepas Ekspor Ubi Jalar ke Jepang dan Korea Selatan
Asahan Dorong Petani Kembangkan Pengolahan Limbah Lidi Sawit
Kementan Dorong Petani Muda Kembangkan Pertanian Lahan Rawa Modern
Waduk di Pantura Mengering, Ratusan Hektare Tanaman Pangan Terancam Gagal Panen
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap