visitaaponce.com

Jumlah Kasus TBC di Kabupaten Bandung Meningkat

Jumlah Kasus TBC di Kabupaten Bandung Meningkat
Dokter memeriksa pasien penyakit Tuberkulosis (TBC) di Bogor, Jawa Barat, Rabu (30/11/2022).(ANTARA/ARIF FIRMANSYAH)

JUMLAH kasus penderita Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Bandung Jawa Barat, (Jabar), terus mengalami kenaikan yang signifikan. Tingginya angka temuan kasus TBC mengindikasikan kinerja petugas kesehatan di semua lini bekerja dengan aktif.

"Kami dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung bersama Komunitas Penabulu STPI IU Kabupaten Bandung menggelar rapat koordinasi lintas sektoral memaksimalkan temuan kasus  TBC di tengah Masyarakat," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabuapten Bandung Sumiarso, Jumat (6/10).

"Jika melihat secara makro, maka kasus TBC di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan Indonesia merupakan negara dengan populasi terbesar kedua terkait kasus TBC. Begitu juga dengan temuan kasus TBC di Kabupaten Bandung yang selama 3 tahun terakhir mengalami kenaikan yang signifikan," jelasnya.

Menurut Sumiarso, berdasarkan data Dinkes Kabupaten Bandung, sejak Januari hingga September 2023, sudah ditemukan 117.823 jumlah kasus terduga. Sementara untuk kasus TBC anak dalam satu tahun terakhir, hingga September 2023 mengalami penurunan 2.582 kasus.

"Secara signifikan dari tahun 2022, kasus TB anak angka mencapai 3.321. Dengan tingginya temuan kasus TBC, kami menekankan upaya pengobatan atau penanganan dialkukan secara berjenjang. Bahkan kami menggratiskan  seluruh biaya penanganan pasien sebagai bukti keseriusan dalam menekan angka kasus TBC," ungkapnya.

Wakil Supervisor Dinkes Kabupaten Bandung Syafni menambahkan, tingginya angka temuan TBC terjadi karena banyak faktor. Salah satu faktornya adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit ini. Masyarakat masih menganggap TBC sebagai penyakit yang biasa. Padahal, penanganan TBC yang sensitif minimal enam bulan.

"Kami juga menyayangkan ketidaksadaran masyarakat dan pemangku kebijakan terkait TBC yang menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Karenanya kesadaran masyarakat akan perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS), dapat terbentuk untuk mengeliminasi kasus TBC," lanjutnya.

Sementara itu, Kabid P2P Dinkes Provinsi Jabar, Rochady Hendra Setya Wibawa mengungkapkan, kasus TBC di Kabupaten Bandung menduduki peringkat ke-2 terbanyak di Jabar. Untuk mengatasinya, pihaknya minta agar semua fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) wajib terlibat dalam jejaring District-Based Public-Private Mix (DPPM), dengan melaporkan hasil kegiatan layanan TBC yang ditetapkan dan keterlibatan pemangku kebijakan.

Adapun pengobatan bagi pasien yang mempunyai BPJS namun tidak bisa dipakai atau menunggak, maka diarahkan untuk menggunakan SKTM yang ditandatangani oleh Kepala Desa atau Camat. Dalam sistem pengobatan TBC, tidak boleh berhenti dan harus sampai tuntas 6 bulan. Jika tidak tuntas, tentunya sangat berbahaya karena kemungkinan pasien dapat menjadi resisten terhadap obat.

"Jika yang sensitif obat hanya 3 butir per hari selama 6 bulan, maka yang resisten obat bisa 18 butir per hari selama 9 bulan bahkan 22 bulan. Baik pengobatan TB RO atau TB SO. Timbulnya LTFU akibat ketidakpahaman terkait dengan pengobatan karena efek samping dari minum obat sangat luar biasa, sehingga pendampingan dari keluarga sangat penting," imbuhnya. (Z-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat