Harga Beras masih Tinggi, Petani tidak Menikmati
![Harga Beras masih Tinggi, Petani tidak Menikmati](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/10/1b95ce858bdf2fadd80569a6922039dc.jpg)
HARGA beras masih tinggi di Pantura Jawa Tengah tetapi petani tidak merasakan keuntungan. Beras tersedia di pasar cukup banyak dan operasi pasar serta bantuan digelontorkan tidak berpengaruh.
Pemantauan Media Indonesia, Sabtu (14/10), harga beras di daerah Pantura Jawa Tengah seperti Pati, Kudus, Jepara, Demak, Grobogan, dan Semarang masih tinggi di atas harga eceran tertinggi (HET). Padahal, stok beras kelas medium cukup banyak di tingkat pedagang besar maupun pengecer dengan berbagai merek kemasan 5 kg maupun 25 kg.
Harga beras kelas bawah hingga medium yang tinggi itu tidak mendatangkan keuntungan bagi petani. Pasalnya, di tingkat petani, gabah tersisa di rumah hanya mencukupi kebutuhan sendiri. Bahkan kemarau yang diperkirakan masih panjang kemungkinan mengakibatkan musim tanam mundur lagi.
Baca juga: Antisipasi Lonjakan Harga, Pemprov Jateng Gelar Gerakan Pasar Murah di Klaten
"Harga beras masih tinggi. Beras kelas bawah masih di atas Rp11.000 sedangkan kelas medium Rp13.000-Rp14.000 per kilogram," ujar Marsanah, 60, distributor beras di Beringin, Kabupaten Semarang.
Hal serupa juga diungkapkan Lasminingsih, 56, pedagang beras di Pasar Grosir Beras Dargo Kota Semarang. Meskipun banyak tersedia beras dengan berbagai merek, pedagang tidak dapat menekan harga karena harga sudah tinggi di tingkat distributor. Beras dari Bulog juga ada tetapi jumlah terbatas.
Baca juga: Harga beras di Depok Terus Meroket Masyarakat Terpaksa Belanja Beras Satu Liter per Hari
Sementara itu, di tingkat petani, ketersediaan gabah juga menipis dan hanya memenuhi kebutuhan sendiri. Jadi, tingginya harga beras saat ini tidak dapat dinikmati petani karena memang tidak ada yang dijual. "Ada gabah sekitar 6-10 sak, tetapi untuk kebutuhan sendiri hingga musim panen berikutnya," ujar Chabib, 45, ketua kelompok tani di Minteng, Kabupaten Demak.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak Agus Hermawan membenarkan kondisi ini. Meskipun harga gabah kering giling di tingkat petani cukup tinggi di atas Rp7.000 per kilogram tetapi petani tidak dapat menikmati keuntungan, karena tidak ada lagi gabah tersimpan dalam jumlah besar.
"Saya sendiri heran, beras banyak tetapi harga masih tinggi di pasar. Sebenarnya jika dihitung kebutuhan hanya 69 ton dengan hasil panen kemarin mencapai 500 ton, Demak surplus. Diduga gabah banyak dibawa ke luar daerah sehingga Demak menjadi kosong," ujar Agus Hermawan. (Z-2)
Terkini Lainnya
119 Hektare Sawah Rusak akibat Banjir di Sulawesi Tengah
Kementan Melepas Ekspor Ubi Jalar ke Jepang dan Korea Selatan
Asahan Dorong Petani Kembangkan Pengolahan Limbah Lidi Sawit
Puluhan Hektare Sawah di Aceh Terancam Gagal Panen Akibat El Nino
Kementan Dorong Petani Muda Kembangkan Pertanian Lahan Rawa Modern
Waduk di Pantura Mengering, Ratusan Hektare Tanaman Pangan Terancam Gagal Panen
Banjir Rob Kembali Landa Sejumlah Daerah di Pantura Jawa Tengah
Rombongan Moge Terlibat Kecelakaan, Dua Tewas Satu Kritis
Pantura Cirebon Dipadati Pemudik ke Jawa Tengah dan Jawa Timur
Banjir Menjadi Teror bagi Pemudik di Pantura Jateng
Jalur Pantura Semarang-Demak Kembali Banjir, Pemudik Dialihkan ke Jalur Alternatif
H-5 Lebaran, Jalur Arteri Mulai Dipadati Pemudik
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap