visitaaponce.com

Harga Beras masih Tinggi, Petani tidak Menikmati

Harga Beras masih Tinggi, Petani tidak Menikmati
Transaksi pembeli beras di pasar beras Tikungam Brebes.(MI/Supardji Rasban.)

HARGA beras masih tinggi di Pantura Jawa Tengah tetapi petani tidak merasakan keuntungan. Beras tersedia di pasar cukup banyak dan operasi pasar serta bantuan digelontorkan tidak berpengaruh.

Pemantauan Media Indonesia, Sabtu (14/10), harga beras di daerah Pantura Jawa Tengah seperti Pati, Kudus, Jepara, Demak, Grobogan, dan Semarang masih tinggi di atas harga eceran tertinggi (HET). Padahal, stok beras kelas medium cukup banyak di tingkat pedagang besar maupun pengecer dengan berbagai merek kemasan 5 kg maupun 25 kg.

Harga beras kelas bawah hingga medium yang tinggi itu tidak mendatangkan keuntungan bagi petani. Pasalnya, di tingkat petani, gabah tersisa di rumah hanya mencukupi kebutuhan sendiri. Bahkan kemarau yang diperkirakan masih panjang kemungkinan mengakibatkan musim tanam mundur lagi.

Baca juga: Antisipasi Lonjakan Harga, Pemprov Jateng Gelar Gerakan Pasar Murah di Klaten

"Harga beras masih tinggi. Beras kelas bawah masih di atas Rp11.000 sedangkan kelas medium Rp13.000-Rp14.000 per kilogram," ujar Marsanah, 60, distributor beras di Beringin, Kabupaten Semarang.

Hal serupa juga diungkapkan Lasminingsih, 56, pedagang beras di Pasar Grosir Beras Dargo Kota Semarang. Meskipun banyak tersedia beras dengan berbagai merek, pedagang tidak dapat menekan harga karena harga sudah tinggi di tingkat distributor. Beras dari Bulog juga ada tetapi jumlah terbatas.

Baca juga: Harga beras di Depok Terus Meroket Masyarakat Terpaksa Belanja Beras Satu Liter per Hari

Sementara itu, di tingkat petani, ketersediaan gabah juga menipis dan hanya memenuhi kebutuhan sendiri. Jadi, tingginya harga beras saat ini tidak dapat dinikmati petani karena memang tidak ada yang dijual. "Ada gabah sekitar 6-10 sak, tetapi untuk kebutuhan sendiri hingga musim panen berikutnya," ujar Chabib, 45, ketua kelompok tani di Minteng, Kabupaten Demak.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak Agus Hermawan membenarkan kondisi ini. Meskipun harga gabah kering giling di tingkat petani cukup tinggi di atas Rp7.000 per kilogram tetapi petani tidak dapat menikmati keuntungan, karena tidak ada lagi gabah tersimpan dalam jumlah besar.

"Saya sendiri heran, beras banyak tetapi harga masih tinggi di pasar. Sebenarnya jika dihitung kebutuhan hanya 69 ton dengan hasil panen kemarin mencapai 500 ton, Demak surplus. Diduga gabah banyak dibawa ke luar daerah sehingga Demak menjadi kosong," ujar Agus Hermawan. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat