Imbas Konflik, Masyarakat Papua Pegunungan Butuh Bantuan Pemerintah
![Imbas Konflik, Masyarakat Papua Pegunungan Butuh Bantuan Pemerintah](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/11/7fc79973d49c8599d0ad0b74860e4310.jpg)
INFORMASI dari kelompok perorangan dan mengatasnamakan Dewan Gereja Papua yang berkembang di media sosial dinilai tidak mewakili aspirasi gereja secara keseluruhan di tanah Papua. Demikian dikatakan tokoh pemuda Kristen Papua, Opinus Sogoneap.
"Tidak semua daerah di tanah Papua menolak kehadiran negara. Tidak semua daerah menolak bantuan yang sifatnya kemanusiaan dari pemerintah," kata Opinus melalui keterangannya, Kamis (2/11).
Pemuda asal gereja GKI di Tanah Papua Wilayah X (Papua Pegunungan) ini mengungkapkan bahwa kondisi umat gereja, khususnya di Provinsi Papua Pegunungan, banyak yang memerlukan bantuan sosial dan kemanusiaan dari pemerintah pusat.
"Macam di Yahukimo itu, terjadi konflik, maka jemaat-jemaat banyak yang trauma keluar rumah untuk berkebun dan mencari makan. Sudah begitu, perputaran uang di Yahukimo juga tidak berjalan lancar karena hanya berpusat di Wamena dan Jayapura," katanya.
Baca juga: 135 Warisan Budaya Takbenda dari Jawa Tengah Diakui Nasional
Mantan Ketua GMKI Jayapura ini menambahkan, mayoritas pekerjaan jemaat di Yahukimo berkebun. Mereka juga kesulitan untuk membeli beras, minyak goreng dan lauk pauk karena masalah keuangan dan harga-harga barang yang mahal. Dalam situasi sekarang ini jelas masyarakat di sana sangat butuh bantuan dari pemerintah.
"Jadi jika ada suara-suara dari oknum-oknum mengatasnamakan pemimpin gereja di Papua untuk membatasi semua niat baik pemerintah pusat, lalu menyebutkan umat gereja tidak perlu bantuan pemerintah, itu tidak sesuai dengan situasi di jemaat yang sebenarnya," ujar Opinus.
"Tanah Papua adalah bagian dari NKRI. Mayoritas kami di Papua ini Kristen dan di saat-saat seperti ini kami juga butuh kehadiran dari negara, terlebih lagi di daerah-daerah konflik di mana masyarakat dan umat membutuhkan bantuan sosial kemanusiaan," tandasnya.
Konflik di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, diduga dipicu perebutan tambang ilegal antara Kelompok Kriminal Bersejarah (KKB) dan Kelompok Separatis Teroris (KST). KKB menyerang Distrik Seradala di Yahukimo dan menyebabkan sebanyak 95 orang menjadi korban dengan 13 di antaranya meninggal dunia. Teranyar, lima tenaga kesehatan (nakes) dari Kementerian Kesehatan yang bertugas di Puskesmas Amuma terluka diserang KKB, Selasa (31/10). (J-2)
Terkini Lainnya
Hingga Juli, Ada 20 Kasus Konflik Buaya vs Manusia di Babel
Sebarkan Kabar Baik Kurangi Potensi Konflik Antarumat Beragama
Pejabat Senior Departemen Luar Negeri AS Mundur di Tengah Konflik Gaza
Israel Menolak Inisiatif Prancis Meredakan Konflik dengan Hizbullah
Laporan PBB Ungkap Pelanggaran Berat terhadap Anak Meningkat pada 2023
Jokowi Diminta Berhenti Cawe-Cawe dan Melakukan Nepotisme di Pilkada
Di Tangan Masyarakat, Kesuksesan Pengelolaan Hutan yang Produktif dan Berkelanjutan
Komentar Panglima TNI tentang Multifungsi TNI Disayangkan
Keterlibatan Publik Dinilai Sempurnakan Revisi UU Penyiaran
Rakyat Georgia Melakukan Aksi Protes terhadap RUU "Pengaruh Asing" di Tbilisi
Demokrasi Indonesia di Ujung Tanduk, Peran Masyarakat Sipil Perlu Diperkuat
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap