visitaaponce.com

Potensi PLTA di Indonesia Belum Berhasil Dioptimalkan

Potensi PLTA di Indonesia Belum Berhasil Dioptimalkan
Salah satu PLTA yang ada di Indonesia, di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat.(MI/Ramdani)

INDONESIA memiliki potensi listrik melalui pembangkit listrik tenaga air (PLTA) hingga mencapai sebesar 76,09 gigawatt. Namun, saat ini kapasitas yang terpasang baru mencapai 5,28 gigawatt atau baru mencapai 6,9% dari kapasitas yang ada.

Capaian ini menempatkan Indonesia hanya pada urutan kelima dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Posisi Indonesia di bawah Brunei Darussalam sebesar 38 gigawatt, Vietna, 18 gigawatt, Malaysia 6,4 gigawatt.

“Data-data tersebut menunjukkan Indonesia memiliki potensi PLTA yang sangat besar, namun pemanfaatannya masih sangat sedikit,” kata Ketua Klaster Riset Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia Ahyahudin Sodri, Kamis, (23/11).

Baca juga: Pemahaman Para Capres Mengenai Ketahanan Energi Listrik Dinilai Minim

Di sisi lain, Indonesia telah menetapkan target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23% pada tahun 2025. Di mana porsi capaian dari PLTA ditargetkan sebesar 21 gigawatt.

Menurut beberapa laporan penelitian terbaru, ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pembangunan PLTA di Indonesia, di antaranya investasi yang tinggi, perizinan yang kompleks dan membutuhkan waktu yang lama, kebutuhan lahan yang besar, beberapa potensi lokasi PLTA berada di kawasan hutan, kualitas sumber air yang ada masih kurang mencukupi.

Baca juga: Pemerintah Targetkan Bauran EBT 23% pada 2024

“Dan jangan lupa juga bahwa dalam beberapa kasus masih terjadi penolakan atau konflik sosial terhadap pembangunan PLTA,” pungkas dia.

Kompleksitas Pembangunan PLTA

Ketua Program Studi Magister dan Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara Rahmawaty menyatakan, konservasi hutan dan PLTA melibatkan kompleksitas hubungan antara dua aspek penting pembangunan berkelanjutan. Pasalnya, banyak PLTA yang dibangun di dalam kawasan hutan.

Karenanya, pemanfaatan PLTA perlu dibarengi dengan upaya melindungi dan menjaga lingkungan melalui konservasi hutan.

“Menjaga keseimbangan antara konservasi hutan dan PLTA menjadi krusial untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan,” kata Rahmawaty.

Seperti diketahui, hutan memiliki banyak fungsi, mulai dari fungsi ekologis hingga fungsi ekonomis. Diantaranya hasil hutan bukan kayu, wisata, rekreasi dan jasa lingkungan. Untuk mengoptimalkan PLTA, ia menilai perlu dilakukan cara-cara integrasi.

“Yang paling perlu adalah rencana tindak lanjut apa yang harus dilakukan. Di satu sisi kita harus menjaga kelestarian hutan dan kita tidak bisa mengabaikan PLTA. Tentunya antara konservasi, bukan berarti kita tidak boleh memanfaatkan. Tapi bisa kita melindungi, memanfaatkan dan mengawetkan. Sepanjang sesuai dengan peruntukannya,” pungkas dia.

Sementara itu, berdasarkan data Hydropower Situs Report 2022 yang diterbitkan oleh International Hydropower Association, PLTA yang telah terpasang di dunia pada 2021 adalah sebesar 1.360 gigawatt, dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Secara keseluruhan, PLTA berkontribusi 17% terhadap bauran pembangkit listrik secara global, terbesar ketiga setelah batu bara dan gas alam.

(Z-9)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat