visitaaponce.com

Atasi Hama Tikus, Petani CSA Banyuasin, Sumsel. ManfaatkanBurung Hantu

Atasi Hama Tikus, Petani CSA Banyuasin, Sumsel. Manfaatkan Burung Hantu 
Petani membangun rumah burung hantu sebagai upaya memberantas hama tikus di Banyuasin, Sumatera Selatan.(Ist)

PENGEMBANGAN Rumah Burung Hantu (Rubuha) dengan teknologi Pertanian Cerdas Iklim atai Climate Smart Agriculture (CSA) dipilih Sudirman, petani Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel) melalui pemanfaatan burung hantu (tyto alba) sebagai predator pengendalian hama tikus yang merupakan organisme pengganggu tanaman (OPT)/

Sudirman tercatat sebagai pengembang Rubuha terbanyak di Indonesia serta aktif menggiatkan pelestarian burung hantu untuk pertanian.

Upaya Sudirman, petani di Desa Sumber Rejeki, Kecamatan Karang Agung Ilir. Banyuasin, telah membuahkan prestasi berupa Penghargaan Petani Inovatif 2022 dari Gubernur Sumsel, Herman Deru.

Baca juga : Pemda dan Pupuk Kujang Dukung Keberlanjutan CSA di Karawang

Teknologi CSA diusung Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) melaksanakan pembelajaran bagi para petani, dengan penerapan teknologi CSA yakni penggunaan pupuk kompos dan pestisida nabati serta pertanaman dengan sistem hambur kemudian dibuat lorong dan pemanfaatan predator burung hantu.

Sumsel merupakan salah satu lokasi kegiatan Program SIMURP yang dialokasikan di Balai Penyuluhan Pertanian [BPP] Karang Agung Ilir di Kabupaten Banyuasin dan BPP Lalan di Kabupaten Musi Banyuasin.

Sudirman adalah petani binaan SIMURP pada kelompok tani (Poktan) Sri Mulyo di Kecamatan Karang Agung Ilir yang juga Ketua Gapoktan Pangudi Mulyo di kecamatan yang sama.

Baca juga : Kementan Kerahkan Penyuluh CSA Lombok Tengah Ukur Emisi Gas Rumah Kaca

Upaya SIMURP sejalan arahan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman untuk meningkatkan produktivitas pertanian, dengan mengendalikan OPT melalui Pengendalian Hama Terpadu (PHT) salah satunya dengan Rubuha.

"Tujuan pembangunan pertanian adalah peningkatan produksi, peningkatan kualitas, meningkatkan intensitas pertanaman, serta budidaya yang ramah lingkungan melalui pengelolaan hama terpadu," katanya.

Hal senada dikemukakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi bahwa petani Indonesia tidak boleh tertinggal, karena banyak inovasi teknologi dan mekanisasi dibuat untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Baca juga : Kelompok Wanita Tani CSA Turut Berperan Aktif Olah Hasil Pertanian

"Hama dan penyakit memicu kerusakan tanaman. Akibatnya, produktivitas menurun hingga gagal panen, maka dari itu, hama dan penyakit perlu dikendalikan apabila populasinya melampaui ambang ekonomi," katanya.

Salah satu upaya Kementan, kata Dedi Nursyamsi, dalam mendesiminasikan pertanian ramah lingkungan melalui Program SIMURP, yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku petani, sehingga dapat mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern.

Direktur National Project Implementation Unit (NPIU) SIMURP, Bustanul Arifin Caya mengatakan Program SIMURP di Kementan merekomendasikan burung hantu sebagai penangkal hama tikus.

Baca juga : Sambut Mentan di Soreang, KEP dan KWT Berwawasan CSA Pamerkan Produk

Hal itu mengacu pada penelitian bahwa burung hantu memiliki kemampuan memakan tikus per malam minimal tiga ekor dan tetap memburunya jika dilihat meski tidak dimakan.

Kemampuan utamanya, pengelihatan tajam pada intensitas cahaya minim dan pendengaran peka mampu mendengar tikus cicit sekitar 500 meter. Ketepatan menyambar sangat tinggi tanpa didengar mangsanya, dengan kepakan sayap tanpa suara karena bulunya halus.

Sudirman mengakui giat pelestarian burung hantu memberi banyak manfaat bagi petani penggiatnya yakni menekan pengeluaran biaya per hektare senilai Rp1 juta, mengurangi pemasangan kawat setrum yang bisa mengakibatkan bahaya bagi pemasangnya atau petani lain; mengurangi risiko gagal panen (puso) mampu meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) 100 menjadi IP 200. (S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat