visitaaponce.com

Teka-teki Gilchalan dan Intelijen Iran

Teka-teki Gilchalan dan Intelijen Iran
Ilustrasi MI(MI/Seno)

BEBERAPA hari belakangan ini berita mengenai seorang agen intelijen Iran, Ghassem Saberi Gilchalan, menjadi topik berita, setidaknya di harian Kompas yang telah menurunkan enam artikel berturut-turut (9-14 Desember 2021) mengenai masalah Gilchalan tersebut.

Gilchalan yang masuk Indonesia kedapatan membawa 'paspor aspal' sehingga ditangkap aparat Imigrasi Indonesia ketika hendak keluar dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang. Menurut pengakuannya, ia datang ke Indonesia lagi setelah berhasil membebaskan tanker Iran yang ditangkap di perairan Indonesia. Saat ini ia berencana membuat basis intelijen Iran di Pulau Bali.

Selain artikel-artikel tersebut di atas, Kompas menurunkan sebuah artikel komentar mengenai ulah Gilchalan tadi dengan judul Intel Kelas Tas Kresek yang ditulis mantan Dubes Indonesia di Iran Dian Wirengjurit. Garis besar komentar Dian mengenai masalah Gilchalan ialah ia dianggap seorang agen intelijen yang kurang piawai, terutama menyangkut masalah paspor yang digunakan, yaitu paspor biasa dan bukan paspor diplomatik yang punya hak imunitas (kekebalan hukum) sehingga dapat mempermudah kabur menghindari diri dari penangkapan aparat hukum.

Berbeda dengan pendapat di atas, penulis meninjau dari sudut lain, yaitu apakah benar Gilchalan seorang agen intelijen Iran? Jawabannya ialah benar. Akan tetapi, ia seorang agen ganda (double agent) baik sebagai agen Iran maupun agen Mossad Israel. Mengapa justru juga dari Mossad?

 

 

Sekilas anatomi Mossad 

Badan Intelijen Israel yang dinamakan Mossad didirikan pada 1951 oleh Perdana Menteri Israel David Ben Gurion. Saat ini Mossad dipimpin David Barnea yang menggantikan Jessy Cohen beberapa bulan yang lalu. Sebagai pemimpin Mossad, otomatis Barnea juga memimpin Divisi Tzomet, divisi yang berkewajiban merekrut agen-agen di dalam dan luar negeri Israel.

Divisi itu mempunyai otoritas yang sangat kuat di dalam organisasi Mossad menyangkut penarikan agen-agen di luar negeri, terutama negara-negara dengan politik luar negeri bertolak belakang dengan Israel serta pendukung historis negara Palestina, seperti Indonesia yang sejak era Soekarno sampai dengan saat ini konsekuen mendukung perjuangan bangsa Palestina untuk merdeka.

Gilchalan, menurut hemat penulis, ialah figur intel Iran yang dapat direkrut Divisi Tzomet untuk menjadi agen Mossad Israel. Ia melakukan penyusupan dan operasi-operasi di luar negeri, khususnya Indonesia. Setelah melalui berbagai pelatihan-pelatihan khusus yang menyangkut masalah Indonesia, ia dikirim ke Indonesia dengan tugas antara lain membebaskan tanker Iran yang ditangkap Indonesia. Ia kemudian juga mengorganisasi basis intelijen di Bali.

Dalam operasi pertamanya ia berhasil membebaskan tanker Iran. Namun, sebelum dapat melakukan operasi keduanya, ia keburu tertangkap oleh pihak Kepolisian RI. Itu setelah pihak Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta curiga atas kewarganegaraannya serta paspor-paspor aspal yang dimilikinya. Hal lain yang menarik ialah pengakuan yang bersangkutan mengenai tugasnya mendirikan basis intelijen Iran (sebenarnya Mossad) di Bali. Menurut penulis, satu hal yang pasti, yaitu tugas itu tidak dapat dilaksanakan yang bersangkutan seorang diri, apalagi harus dikerjakan dalam waktu singkat.

Yang bersangkutan pastilah dibantu beberapa agen lainnya di Indonesia, yang jauh-jauh hari sudah direkrut Tzomet. Apakah hal itu benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya? Secara logika dan hipotesis memang demikian. Kebenaran yang hakiki hanya dapat dijawab komunitas intelijen Indonesia.

 

 

Peran Mossad di era konfrontasi

Untuk diketahui, jangankan saat ini, bahkan sudah terjadi di era konfrontasi Indonesia dengan Malaysia di era 1960-an. Singapura yang kala itu masih tergabung di dalam federasi Malaysia, berdasarkan informasi-informasi akurat yang diberikan Mossad kepada pihak intelijen Singapura, berhasil menangkap pahlawan Usman dan Harun dari KKO Angkatan Laut begitu keduanya selesai melakukan tugas sabotase di Kota Singapura. Mereka pun menghukum mati Usman dan Harun.

Pemerintah Orde Baru sudah melakukan usaha-usaha diplomasi yang intensif dengan Singapura agar hukuman mati dapat ditiadakan. Bahkan ketika itu Presiden Soeharto sempat mengirimkan utusan pribadi (asisten pribadi) ke Singapura untuk berunding dengan Singapura. Hasilnya tetap nihil.

Jadi, masuk akal jika saat ini Divisi Tzomet sudah berhasil merekrut agen-agen mereka di Indonesia untuk membantu tugas Gilchalan membuat basis intelijen di Bali. Mengapa di Bali basis tadi harus dibangun?

Tentu saja itu untuk menginfiltrasi kegiatan-kegiatan berskala dunia seperti G-20. Berbeda dengan Konferensi Asia Afrika 1955 maupun Nonblok di Beograd 1961, di dalam G-20 terdapat negara adikuasa Barat dan Eropa yang punya kepentingan-kepentingan politik dan ekonomi di Indonesia.

Negara-negara setengah maju yang berada di dalam G-20 yang saat ini presidensinya dipegang Indonesia, mau tidak mau, haruslah 'digarap' sedemikian rupa. Tujuannya agar keputusan-keputusan yang diambil justru menguntungkan negara-negara maju/adikuasa Barat dan Eropa. Bayangkan saja, tanpa adanya basis intelijen di Bali karena tertangkapnya Gilchalan, negara-negara maju/adikuasa Barat dan Eropa sudah coba-coba mulai menekan Indonesia. Presiden Joko Widodo ditekan untuk mau menuruti kemauan-kemauan mereka dalam hal kepentingan-kepentingan ekonomi dan politik.

Syukur alhamdulillah sejauh yang penulis ketahui, Presiden Jokowi sudah menolak mentah-mentah semua tuntutan mereka yang merugikan Indonesia. Presiden masih tetap konsekuen berpijak pada butir Pancasila, UUD 1945, bahkan program nawacita dan revolusi mental. Untuk seterusnya, komunitas intelijen Indonesia hendaklah terus dalam keadaan siaga sebagai makna dari intelijen, yaitu waspada atau kewaspadaan. Tujuannya agar semua usaha-usaha negatif terhadap NKRI dari mana pun datangnya dapat ditangkal secara dini. Patria o Muerte.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat