visitaaponce.com

Mencetak Crazy Rich Muda yang Bermartabat

Mencetak Crazy Rich Muda yang Bermartabat
Diah Ayu Candraningrum(Dok pribadi)

ADA dua anak muda belakangan ini ramai dibicarakan. Awalnya karena pencapaian mereka yang terbilang fantastis. Namun, yang menyedihkan, Indra Kenz dan Doni Salmanan akhirnya makin ramai dibicarakan karena status menjadi tersangka hingga akhirnya ditahan polisi.

Indra Kenz yang dijuluki sebagai crazy rich Medan dan Doni Salmanan berjuluk crazy rich Bandung ini diduga terlibat kasus investasi bodong. Indra, 25, tersandung kasus penipuan berkedok investasi binary option Binomo. Sedangkan Doni, 23, telah ditetapkan sebagai tersangka kasus penipuan investasi binery option dalam aplikasi Quotex.  

Mereka berdua dikenal sebagai sosok muda yang bergelimang harta, suka memamerkan kekayaan di akun YouTube masing-masing. Indra pernah memamerkan mobil listrik Tesla Model 3 seharga Rp1,5 miliar miliknya yang diklaim berharga murah. Berbeda dengan Doni, yang pernah bikin heboh karena membeli komputer khusus editing PC seharga Rp200 juta (detik.com, 2022). 

Itulah dua sosok generasi Z yang bikin malu rekan-rekan seangkatannya karena dianggap tak bermartabat. Sebab selama ini generasi Z punya kredibilitas baik. Mereka dianggap sebagai penggerak ekonomi start-up yang semangatnya tak kunjung meredup. Kontribusi ekonominya cukup besar bagi pendapatan negara. Keberadaannya pun membawa efek positif bagi masyarakat dan lingkungannya.

Mari kita melihat profil generasi yang ada di Indonesia versi hasil sensus penduduk 2020 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Dengan jumlah total penduduk Indonesia 271,3 juta jiwa hingga Desember 2020, kelompok generasinya terbagi atas enam kelompok; 1) Generasi Pre Boomer, yang lahir sebelum 1946 sebanyak 1,87 persen, 2) Generasi Baby Boomer, yang lahir antara 1946-1964 sebanyak 11,56 persen, 3) Generasi X, yang lahir 1965-1980 sebanyak 21,8 persen, 4) Generasi Milenial yang lahir antara 1981-1996 sebanyak 25,8 persen, 5) Generasi Z, yang lahir antara 1997-2012 sebanyak 27,9 persen, dan 6) Post Generasi Z, yang lahir setelah 2013 sebanyak 10,8 persen. (databoks, 2021).

Menarik untuk diamati bersama dari komposisi penduduk tersebut, persentase tertinggi ada pada kelompok generasi Z atau yang populer disebut sebagai gen Z. Inilah saat Indonesia diprediksi akan mendapatkan bonus demografi, yakni peluang yang bisa dinikmati suatu negara karena besarnya jumlah penduduk usia produktif dengan rentang usia 18-64 tahun. Dengan kata lain semakin banyak tenaga kerja yang tersedia dan dapat dimanfaatkan. Semakin besar bonus demografi, makin besar pula kemampuan suatu negara untuk memacu pertumbuhan ekonominya (kompas.com, 2021). 

Tenaga produktif

Fenomena tersebut menjelaskan kepada kita betapa 'membludak'nya tenaga kerja produktif di Indonesia saat ini. Yang membahagiakan, jumlah tenaga kerja yang terserap pun cukup tinggi. Dalam laporan Bank Indonesia pertengahan Januari lalu, disebutkan bahwa penyerapan tenaga kerja membaik pada kuartal IV-2021. Hal ini tecermin dari indeks jumlah tenaga kerja kuartal IV-2021 sebesar 48,16 persen atau lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya, yaitu 46,76 persen. 

Peningkatan penggunaan tenaga kerja ini merupakan efek positif dari meningkatnya aktivitas produktivitas produksi pada periode tersebut. Dalam prediksi Bank Indonesia, angka ini terus meningkat di awal 2022. Pada kuartal I-2022, diperkirakan indeks jumlah tenaga kerja tercatat sebesar 50,84 persen atau masuk zona ekspansif. Adanya peningkatan ini diprediksi akan sejalan dengan aktivitas produksi yang kembali meningkat. (Kontan, 2022). 

Derasnya jumlah tenaga kerja muda Indonesia ini, sayangnya, dibarengi dengan kenaikan jumlah tingkat pengangguran terbuka (TPT) di kalangan penduduk usia muda. Hasil survei tenaga kerja nasional (Sakernas) menyebutkan, penduduk usia muda Indonesia mencapai 18,03 persen pada Februari 2021. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 1,7 persen dibandingkan Februari 2020, tetapi turun sebesar 2,43 persen dibandingkan Agustus 2020. 

Hasil survei ini mencatat bahwa TPT penduduk usia muda mencapai 18,03% pada Februari 2021. Angka itu mengalami kenaikan 1,72% dibandingkan Februari 2020, tapi turun 2,43% dibandingkan Agustus 2020. Usia muda yang dimaksud adalah angkatan kerja berusia antara 15-24 tahun. 

TPT tersebut menunjukkan, dari 100 orang angkatan kerja usia muda terdapat 18 orang yang menganggur. Dari data Sakernas, total angkatan kerja usia 15-24 tahun mencapai 21,20 juta. Artinya terdapat 3,82 juta penduduk di rentang usia tersebut yang sedang tidak bekerja. Jumlah tersebut hampir setengah dari total TPT nasional yang mencapai 8,75 juta atau sebesar 6,26% pada Februari 2021. Jika dipersentasekan TPT usia muda mencapai 43,7% dari total TPT nasional (databoks, 2021). Jumlah ini hampir mencapai separuh nilai total TPT nasional. Sungguh sebuah angka yang sangat mencengangkan. 

Bicara soal kelompok gen Z ini memang cukup kompleks. Kelompok yang saat ini paling tua berusia 25 tahun sedangkan yang paling muda berusia 10 tahun ini, adalah kelompok pekerja yang paling terdampak di masa pandemi covid-19. Sebab kelompok ini bisa dikategorikan mereka yang baru lulus kuliah, lulusan sekolah menengah atas, atau karyawan tingkat awal. Jika terjadi sesuatu pada bisnis organisasinya merekalah orang-orang di lapis pertama yang 'kurang layak' dipertahankan. Terutama bila dibandingkan dengan karyawan lain yang lebih senior, yang biasanya masuk kategori di luar gen Z.

Hal ini sejalan dengan laporan BPS, yang menyatakan bahwa sepanjang 2021, kelompok milenial (26–41 tahun) dan generasi Z (10–25 tahun) merupakan angkatan tenaga kerja yang paling terdampak pandemi karena pengurangan jam kerja. Hal ini disebabkan karena kedua kelompok tersebut menjadi angkatan kerja paling terdampak mengingat jumlahnya mendominasi bursa tenaga kerja Tanah Air.

Karena itu salah satu solusi yang bisa dihadirkan pemerintah adalah dengan meningkatkan ketersediaan lapangan kerja formal yang layak. Selain itu meningkatkan kapasitas dan ketrampilan masyarakat, khususnya gen Z dan kelompok milenial, supaya bisa mengakses pekerjaan layak. Berapa pun besarnya insentif pemerintah dalam berbagai bentuk jaring pengaman sosial, pemulihan konsumsi masyarakat tidak bisa terjadi selama jumlah dan daya serap lapangan kerja layak masih minim. (Kompas, 2022). 

Konflik generasi

Namun, ketika membahas gen Z di dunia kerja, selama ini yang terdengar adalah konflik yang terjadi dalam hubungan antargenerasi yang terjalin di sebuah organisasi. Yang lazim terjadi pimpinannya adalah gen X, sedangkan anak buahnya adalah gen Y (milenial) atau gen Z. Sebaliknya, lazim pula di era start-up seperti saat ini, gen Y atau gen Z sebagai leader dan membawahi beberapa karyawan dari gen X. Hal ini jamak terjadi jika mereka bergelar crazy rich yang memiliki segalanya. 

Sebetulnya konflik seperti ini tidak perlu terjadi jika kedua belah pihak memahami bagaimana karakter masing-masing kategori generasi, dan bagaimana mereka bersikap serta berperilaku dalam dunia profesional. Saat menjadi pembicara di workshop pembekalan sebelum terjun ke dunia kuliah dan dunia kerja terhadap siswa–siswa kelas XI dan XII di sebuah SMA swasta berstandar internasional di Jakarta Barat, penulis mendapat banyak pertanyaan 'hal-hal apa yang harus dipersiapkan supaya kita siap kuliah dan bekerja' Bahkan ada satu pertanyaan yang muncul terkait 'bagaimana cara mencegah terjadinya konflik antara senior dan junior dalam dunia kuliah dan kerja'. 

Jika dikaji dari sisi komunikasi, diperlukan kemampuan komunikasi interpersonal atau antarpribadi yang baik sehingga individu mampu memiliki soft skill memadai. Sejatinya, hubungan dengan orang lain terbangun tidak hanya berdasarkan secara hard skill, melainkan juga membutuhkan kemampuan soft skill yang tinggi. Yang dimaksud dengan kemampuan komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan yang digunakan antara dua orang atau lebih, dengan efek dan umpan balik yang saling menguntungkan untuk berbicara dan mendengarkan untuk menghasilkan makna (DeVito, 2009; Pearson et al., 2011) dalam Ariani & Hadiani (2020). 

Komunikasi interpersonal yang efektif diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang penuh kesenangan dan pemahaman hubungan yang lebih baik antara individu. Beberapa tujuan komunikasi antarpribadi mencakup untuk belajar, berhubungan, memengaruhi, bermain, dan membantu individu untuk lebih memahami dunia eksternal, dunia objek, peristiwa, dan orang lain (DeVito, 2009) dalam Ariani & Hadiani (2020).

Dalam beberapa penelitian di berbagai bidang, ditemukan bahwa banyak siswa yang masih memiliki komunikasi interpersonal rendah. Padahal kemampuan ini sangat berperan penting dalam dunia pendidikan karena bertujuan untuk mempersiapkan siswa di dunia kerja. Tidak hanya itu, penelitian pun menunjukkan, kemampuan interpersonal siswa sangat berkorelasi positif dengan prestasi akademik yang dihasilkan siswa tersebut. Itulah sebabnya sejak dini mereka harus sudah dilatih berani menyampaikan pendapatnya kepada orang lain.  

Lalu bagaimana cara menjaga dan mempersiapkan kelompok generasi Z ini masuk dan bertahan di dunia kerja? Sebelum terjun ke dunia profesional, para gen Z ini harus dibekali dengan beberapa cara antara lain; 1) Gunakan jejaring pertemanan yang dimiliki. Studi menunjukkan, bahwa 85 persen pekerjaan diperoleh melalui jalur network, 2) Meminta bantuan orang yang mampu berperan sebagai career coach yakni konsultan di bidang karir, 3) Bersihkan isi media sosial, karena perekrut saat ini banyak menggunakan media sosial untuk mencari kandidat yang tepat. Unggahan berikutnya adalah tentang; 4) Mengikuti kelas pelatihan, dari pelatihan daring hingga luring, dan 5) Mengembangkan ketrampilan presentasi supaya orang lain dapat memahami pesan yang ingin disampaikan. Semoga berbagai persiapan ini bisa membawa anak muda menjadi crazy rich muda yang bermartabat.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat