visitaaponce.com

Gastrodiplomasi Indonesia di Eropa

Gastrodiplomasi Indonesia di Eropa
(Dok. Pribadi)

BANGUNAN itu terletak di sudut Jalan Celle de Viriato 39 Madrid, Spanyol, di atas pintu utamanya terdapat papan cukup besar bertuliskan ‘NUSANTARA’. Klasik, bercat putih, sederhana, tetapi apa yang tersaji di dalamnya membawa kemewahan, utamanya bagi mereka yang tinggal di luar negeri dan rindu masakan Nusantara. Tempat yang saya maksud adalah sebuah restoran di sudut Kota Spanyol. Negeri yang pada masa kejayaan Islam di masa lampau kita kenal dengan Andalusia.

Waktu itu, saya dalam agenda kunjungan untuk side event Web Summit di Portugal pada akhir Oktober 2022, memperoleh kesempatan untuk memaparkan ‘Ekosistem Digital Islam’. Setelah kegiatan di Portugal, saya dan beberapa teman bergerak ke Madrid untuk silaturahim kepada Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI (Dubes LBPP RI) untuk Kerajaan Spanyol, Muhammad Najib.

Setelah beberapa jam berdiskusi di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Madrid, kami diajak makan siang di Restoran Sabor Nusantara yang seperti namanya, menyajikan makanan khas Nusantara.

MI/Duta

 

Gastrodiplomasi

'Sabor' dalam bahasa Spanyol, berarti 'rasa', menjual berbagai makanan khas Indonesia, mulai dari rendang, sate kambing, nasi goreng, gulai ayam, hingga es campur. Kami mendapat inspirasi tentang food diplomacy atau gastrodiplomasi yang juga dilakukan oleh Dubes Najib. Beliau merupakan salah satu diplomat yang mengaku mendapat berkah dari gastrodiplomasi. Saya pun melihat potensi ini, bahwa identitas keindonesiaan kita mampu menjadi kebanggaan di seberang benua sana. 

Gastrodiplomasi disebut juga sebagai the art of good eating alias seni makan yang baik. Secara universal, gastronomi merupakan bentuk diplomasi yang menggunakan makanan atau tata boga. Sebuah pengetahuan yang mempelajari mengenai hubungan kuliner dengan berbagai komponen termasuk budaya, sosial, sejarah, ekonomi, dan lainnya. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk melestarikan budaya Indonesia, termasuk dalam hal ini kuliner. Sabor Nusantara sudah berdiri sejak 2018, dan telah memiliki cukup banyak pelanggan, berasal dari kalangan warga lokal hingga turis asing yang sedang melancong ke Madrid.

Sebuah laporan penelitian dari Tim Peneliti Laboratory for Soft Diplomacy, Universitas Sebelas Maret Surakarta, tentang gastrodiplomasi, menemukan bahwa fungsi penting gastrodiplomasi adalah kemampuannya menjadi pintu masuk diplomasi ekonomi yang di lakukan oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemenlu RI).

Gastrodiplomasi sebagai alat soft-power diplomacy yang kuat, dan mampu meningkatkan citra Indonesia di luar negeri, serta dapat mendorong industri pangan Indonesia di luar negeri.

Presiden RI Joko Widodo juga turut secara langsung mendorong gastrodiplomasi dengan menyajikan makanan dan kopi tradisional setiap kali ia menerima kepala negara, atau kepala pemerintahan. Yang teranyar, Indonesia memperkenalkan ragam pangan nusantara dalam rangkaian kegiatan KTT G-20 di Bali. Acara tersebut, memperkenalkan budaya pangan nusantara melalui format gastronomi, dan dikemas dalam bentuk Food Theater bertajuk Kisah Gulu & Friends, serta Archipelago on a Tray.

Ragam hidangan yang ditawarkan berasal dari bahan pangan seluruh wilayah Indonesia, mulai Aceh hingga Papua. Sederhananya, makanan merupakan kekuatan diplomasi yang sangat mudah ditemukan sebab kehadirannya dibutuhkan setiap saat. Makanan dapat ditemukan di mana saja, seperti di rumah, acara pernikahan, kegiatan formal pemerintahan, bahkan dalam tradisi perayaan keagamaan hampir semua agama memiliki sajian kekhasan makanannya.

Dalam buku Mustikarasa, Resep Makanan Indonesia Warisan Soekarno (2016), Bung Karno sebagai founding fathers dan Presiden pertama RI telah mendorong Indonesia memiliki jati diri dan budaya yang kuat melalui makanan. Ia meminta istrinya, Hartini, untuk mendokumentasikan dan meminta pamong praja di desa, ahli kuliner, hingga ahli gizi untuk merumuskan buku tersebut sejak tahun 1967.

Sekitar 1.600 resep makanan khas Indonesia, cermin kebinekaan dan kekayaan bangsa dengan anekaragam rempah. Selain itu, Bung Karno melihat problem krisis pangan di masa depan dan ikhtiar untuk menekan impor beras, beliau mencari berbagai solusi alternatif makanan yang tak berbahan dasar beras, misalnya dengan menggunakan sagu, jagung, ketela dan lainnya.

Dari keragaman kuliner, kita juga belajar bahwa Indonesia telah melahirkan proses akulturasi yang besar. Makanan kuliner kita banyak dipengaruhi dari daratan Tiongkok dan India, misalnya bakso, lumpia, kari ayam, mi ayam, dan masih banyak lagi. Kita tak bisa meniadakan bahwa setiap entitas yang berproses tak ada yang tunggal, melainkan saling memengaruhi (akulturasi) dan bercampur (asimilasi).

Itu menandakan bahwa sejak dulu Indonesia ialah bangsa yang memiliki keterbukaan, toleransi, dan kelonggaran hati menerima dan mempelajari budaya lain. Oleh karena itu, warisan tersebut tidak bisa kita tinggalkan untuk bersama-sama kita gali kembali dan melakukan perubahan sekecil apa pun, tetapi secara bertahap memiliki progres.

Pikiran melenting jauh ke depan inilah yang terus kita dorong dengan mengakselerasi berbagai kesempatan yang hadir. Belajar dari negara tetangga, Thailand, memelopori kuliner menjadi media diplomasi bagi negaranya. Melalui ‘Global Thai’ program yang digagas pada tahun 2002, Thailand telah berhasil mengekspansi masakan Thailand ke berbagai negara, saat bersamaan Indonesia baru mencapai 1.000-an dari target 4.000 restoran.

Berangkat dari semangat itu, saya  bersama rekan-rekan dari Indonesia di antaranya Andhika Adrianto, Donny M. Siradj, dan Abdi Januar ikut ‘urunan’ berinvestasi. Sejak pandemi covid-19, Sabor Nusantara diambil alih oleh Frengky, orang asli Indonesia. Selain itu, Spanyol adalah salah satu negara terjauh yang saya kunjungi. Memang beda rasanya kalau kita masih bisa menemukan rasa Nusantara jauh dari rumah. Makan kuliner Indonesia membuat kita makin semangat untuk menyemai mimpi.

 

Islam di Spanyol dan diplomasi RI

 Lalu mengapa Spanyol menjadi salah satu tempat yang kami pilih untuk berinvestasi?. Dalam bentangan sejarah Islam, Spanyol memiliki kisah yang besar tentang kegemilangan peradaban Islam.

Kemajuan terhadap ilmu pengetahuan sebagai asal mula kemajuan berbagai turunannya seperti ilmu sosial, ekonomi, sains dan teknologi, hingga budaya. Islam di Andalusia berkuasa sekitar delapan abad, Mencapai puncak kejayaannya dimulai pada masa daulah Umayyah dari kepemimpinan Abdurrahman Ad Dakhil yang memimpin sejak tahun 138-172 H/ 755-788 M, diikuti oleh 3 Gubernur, yang pertama ialah Hisyam bin Abdurrahman Ad Dakhil. Ia memimpin Andalusia dari tahun 172-180 H/ 788-796 M. 

Salah satu kegemilangan peradaban Islam Andalusia adalah karya para ulama di bidang kajian keislaman (Ilmu Kauniyah), yang kemudian diakui sebagai peradaban modern. Iklim Andalusia pada saat itu sangat kondusif untuk melahirkan ulama dan ilmuwan besar. Pada dasarnya, ulama bukan hanya mereka yang mendalami agama, tapi juga yang mendalami politik, ekonomi, pendidikan, sosial, dan sebagainya.

Para ahli sejarah mencatat, bahwa kota Cordova waktu itu lebih maju daripada kota-kota di Eropa lainnya. Semua kebutuhan masyarakatnya dapat terpenuhi, mulai dari tabib, arsitek, penjahit, guru, dan ilmuwan lain. Orang-orang Eropa melihat kemajuan Andalusia waktu itu dan memilih belajar ke sana, salah satu alasan lainnya karena kedekatan wilayah.

Pada masa itu, Eropa masih mengalami ketertinggalan hingga pada abad ke-17, muncul revolusi Industri yang menjadi penanda kebangkitan Eropa dari zaman kegelapan atau Rennaisance. Artinya, perlu waktu 6-7 abad untuk mereka mempelajari ilmu sains dan teknologi yang dikembangkan oleh umat Islam.

Sejak saat itu, bangsa Eropa terus menguasai dunia hingga hari ini. Saat Bani Umayyah runtuh dan Muluk ath-Thawaif muncul, dan Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Penguasa Katolik, kejayaan Islam pun menghilang.

Sejarah akan selalu berulang dan seiring berjalan waktu, bibit kemunculan Islam mulai muncul, yang ditandai dengan terbangunnya masjid dan kelompok yang belajar Islam pada awal tahun 1980-an.

Para pendatang dari berbagai negara, termasuk negara mayoritas Islam ikut bertumbuh dan mengalami proses diaspora di Spanyol.

Dari data yang kami peroleh dari Dubes Najib, tahun 1990-an awalnya cuma berjumlah 271 ribu, di tahun 2020 sudah mencapai 1,2 juta. Ini sejalan dengan penelitian Pew Research Center, jumlah penduduk muslim di Eropa meningkat signifikan, sebanyak 3,8% tahun 2010 menjadi 4,9% tahun 2016, dan diproyeksi mencapai 11,2% pada tahun 2050. 

Saat ini, umat Islam cukup besar dan toleransi antarmereka juga berjalan, utamanya mereka yang datang dari Asia Timur dan Tenggara, yang oleh beberapa pengamat diprediksi akan memegang ekonomi dunia di masa depan. 

Bayangan masa depan ekonomi Asia itu yang dilirik oleh Eropa sehingga bermunculan peluang-peluang untuk berkolaborasi, termasuk dalam hal memajukan perekonomian melalui makanan. Peluang itulah, yang coba kami tangkap atas restu dan dukungan Dubes Najib. Kita yakin, bahwa wajah Islam Indonesia yang moderat, ramah, toleran, dan rahmatan lil alamin bisa melengkapi instrumen gastrodiplomasi yang telah diuraikan sebelumnya. Bismillah!

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat