visitaaponce.com

Wasekjen PBNU Ungkap Alasan Pentingnya Santri Kejar Mimpi ke Tiongkok

Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok, menyambut Satu Abad Nahdlatul Ulama, menggelar peluncuran dan bedah buku Santri Indonesia di Tiongkok di Auditorium FISIP UIN Sunan Ampel Surabaya, Senin (6/2).

Hadir dalam kegiatan peluncuran dan bedah buku Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing Yudil Chatim, Wakil Konjen RRT di Surabaya Lai Dan, pengajar FISIP UIN Sunan Ampel Aniek Nurhayati, dan pimpinan sejumlah  organisasi  Tionghoa seperti Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Jawa Timur, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jawa Timur, dan Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Surabaya.

Baca juga: Perubahan Paradigma Ekonomi, dari Linear Menuju Sirkular

Hadir juga, sejumlah narasumber sebagai pembedah yakni Wasekjen PBNU Imron Rosyadi, editor senior penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Candra Gautama, editor buku sekaligus Rais Syuriah PCINU Tiongkok Ahmad Syaifuddin Zuhri, peneliti Pusat Kajian Indonesia-Tiongkok (PUSKIT) FISIP UINSA M Fathoni Hakim, dan dipandu moderator mahasiswa S3 jurusan Public Health di Central South University, Changsa, Provinsi Hunan, Tiongkok, Surotul Ilmiyah.

Mengawali diskusi, Imron Rosyadi menegaskan saat ini terjadi kemunduran Barat dan kebangkitan Timur di berbagai bidang, termasuk aspek ekonomi.

Timur dalam konteks ini adalah Asia dengan tiga peradaban besar (Hindu, Buddha dan Islam). India di Asia Selatan adalah representasi Hindu, China di Asia Timur representasi Buddha, dan Indonesia sebagai simbol Islam berada di Asia Tenggara.

Baca juga: Lingkaran Besar Kebudayaan Gus Dur

Maka, sambung dia, penting bagi para santri untuk mengejar mimpi belajar ke negeri Tiongkok.

Buku Santri Indonesia di Tiongkok menjadi sangat strategis sebagai jembatan kesepahaman hubungan antara Indonesia dan Tiongkok.

Rais Syuriah PCINU Tiongkok Ahmad Syaifuddin Zuhri mengatakan, buku ini merupakan edisi kedua yang lebih lengkap dari buku “Islam Indonesia dan Islam China” yang terbit pada 2019.

Buku yang berisi tentang pengalaman keagamaan, keislaman, pendidikan, sosial-budaya dan politik, ekonomi serta perkembangan teknologi di Tiongkok. Di edisi terbaru ini ditambahkan penekanan pada peran dan kontribusi santri dalam meningkatkan hubungan antar masyarakat Indonesia dan Tiongkok.

Candra Gautama mengajak para santri di Tiongkok untuk tidak hanya berhenti menuliskan literasi dalam bentuk buku, ke depan sangat terbuka santri di Tiongkok memproduksi ide gagasan melalui konten-konten digital.

Baca juga: Gus Dur dan Kesadaran Lingkungan

Kesepahaman tentang pengaruh budaya Tiongkok di Indonesia di sektor makanan, pakaian, arsitektur bisa dijadikan konten yang menarik dalam peningkatan hubungan antarwarga. Memproduksi konten yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan lintas disiplin ilmu.

M Fathoni Hakim menaruh harapan besar terhadap eksistensi PCINU Tiongkok ke depan. Pasalnya, dengan jumlah anggota lebih dari 500 santri yang sedang menempuh studi di Tiongkok dengan berbagai disiplin ilmu, PCINU bukan hanya berpeluang dalam peningkatan hubungan antarwarga Indonesia-Tiongkok yang lebih bersifat sosial-budaya. Namun diharapkan para santri di Tiongkok bisa menjadi fasilitator dalam peningkatan ekonomi dan pendidikan di kedua negara.

Isu industri halal (halal food, halal tourism, halal pharmaceutical, halal standard and certification) bisa menjadi konsentrasi ke depan.

Investasi Tiongkok di Indonesia yang mayoritas di aspek energi dan sumber daya alam juga menarik diperhatikan, lebih-lebih tempat investasi tersebut berada di basis NU. Maka peran fasilitator bisa diambil oleh PCINU ke depan. (X-15)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat