visitaaponce.com

Orang Indonesia Pendek, So What

Orang Indonesia Pendek, So What?
Iqbal Mochtar, Pengurus PB IDI dan PP IAKMI(Dok Pribadi)

ADA berita menarik. Survei yang dilakukan World Population Review (WPR) menunjukkan orang Indonesia memiliki tinggi badan terendah didunia. Rata-rata tinggi badan orang Indonesia hanya 157,9 cm. Ini jauh dibanding rata-rata tinggi global laki-laki yang berkisar 173 cm dan wanita 160 cm. Anggaplah survei WPR ini benar dan valid, so what?

Tinggi badan dipengaruhi oleh banyak faktor. Pertama, genetik. Tinggi badan orang tua dapat mempengaruhi tinggi badan anaknya. Meski sebagian ahli kurang setuju, faktanya, aspek genetik memengaruhi hampir semua sistem anatomi dan fungsi fisologis manusia. Kedua, gizi dan pola makan. Semakin rendah kualitas gizi, semakin besar kemungkinan orang menjadi pendek. Ketiga, aktivitas fisik. Olahraga dan aktivitas fisik yang konsisten dapat meningkatkan kekuatan tulang dan otot yang pada akhirnya mempengaruhi pertambahan tinggi badan.

Keempat, faktor kesehatan. Penyakit tertentu, termasuk kekurangan hormon pertumbuhan dan tiroid, akan memengaruhi tinggi badan. Faktor lain adalah lingkungan, termasuk paparan sinar matahari, polusi dan pekerjaan harian yang dilakukan.

Hingga saat ini, para ahli belum sepakat faktor mana yang paling penting. Setiap faktor dapat berkontribusi, namun tidak secara mutlak. Setiap individu dapat memiliki satu atau sejumlah faktor dominan yang mempengaruhi tinggi badannya. Hal lain, dapat terjadi fluktuasi keseimbangan antara berbagai faktor.

Studi menyebutkan pada usia 0-6 bulan, pertumbuhan anak Indonesia sebenarnya relatif sama dengan anak bule dengan ras kaukasoid. Alasannya, karena pada fase ini makanan anak bergantung pada air susu ibu (ASI). Setelah usia 6 bulan, pertumbuhan anak Indonesia mulai bergerak lambat akibat minimnya kualitas makanan pendamping ASI yang diberikan sehingga tidak adekuat untuk pertumbuhan optimal.

Intinya, karena banyak faktor, ruang untuk meningkatkan tinggi badan suatu populasi terbuka lebar. Dengan memperbaiki faktor determinan, tinggi badan suatu populasi dapat diperbaiki. Dulu, bangsa Jepang disebut ‘kate’, karena tubuh mereka pendek. Namun saat ini, bangsa Jepang tidak bisa digelar ‘kate’ lagi. Postur mereka sudah tinggi-tinggi; rata-rata tinggi badan laki-laki 170,7 cm dan wanita 158 cm. Di Indonesia, pada 2013, prevalensi balita stunting 38%. Akhirnya, pada 2019, prevalensi ini menurun menjadi 27,6%.

Apakah ada hubungan antara tinggi badan dengan kemampuan kognitif dan kemampuan berpenghasilan? Beberapa studi melaporkan korelasi kecil antara tinggi badan dengan aspek kognitif yang diukur dengan IQ. Orang yang lebih tinggi cenderung memiliki IQ lebih tinggi, walau asosiasi ini bukan faktor utama. Ada beberapa penelitian yang menghubungkan antara tinggi badan dengan pendapatan atau income.

Namun hubungan ini bersifat korelasional dan bukan kausal. Faktanya, banyak faktor penting lain yang mempengaruhi kemampuan memperoleh income, terutama tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kemampuan beradaptasi.

Artinya, tinggi badan tidak berhubungan signifikan dengan aspek kognitif, income dan aspek hidup lain. Artinya apa? Walau orang Indonesia tergolong pendek-pendek, so what? Jangan kecil hati dan tetap do your best in life. Tidak tertutup kemungkinan, Indonesia bisa lebih hebat dari populasi yang tinggi-tinggi dalam hal lain. Height is not everything. Dan jangan lupa, kadang-kadang ‘small is beautiful’.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat