visitaaponce.com

Ahli Gizi Sebut tidak Ada Urgensi Jadikan Tinggi Badan sebagai Indikator Pertumbuhan Anak

Ahli Gizi Sebut tidak Ada Urgensi Jadikan Tinggi Badan sebagai Indikator Pertumbuhan Anak
Kader PKK mengukur lingkar kepala balita di Posyandu Bougenvile, Pemancar, Depok, Jawa Barat(ANTARA/Yulius Satria Wijaya )

DOKTER dan Ahli Gizi Masyarakat, Tan Shot Yen menyebutkan tidak ada urgensi bagi Indonesia untuk menjadikan tinggi badan sebagai salah satu indikator dalam mengukur pertumbuhan anak.

“Saya belum melihat urgensi menjadi kan tinggi badan sebagai ukuran pertumbuhan anak,” jelasnya saat dihubungi Media Indonesia pada Rabu (6/12).

Kendati demikian, jika hal itu nantinya ditetapkan sebagai indikator. Tan menjelaskan bahwa tidak memungkinkan jumlah pengidap stunting usia dewasa akan mengalami kenaikan.

Baca juga : Penduduk Dewasa Indonesia Masuk 10 Besar Terpendek Dunia, Pakar Sebut bukan karena Kurang Gizi

“Bisa jadi angka stunting usia dewasa akan bertambah, namun harus tetap menelusuri riwayat gangguan gizi di Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) orang dewasa, itu pasti sulit karena datanya tidak ada,” ungkapnya.

Tan menyarankan agar pemerintah memfokuskan program pada sistem penanganan dan pencegahan stunting yang dinilai masih menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.

“Lebih baik benahi dulu tentang pemahaman stunting dan pencegahannya yang sampai saat ini masih amburadul dan banyak kepentingan,” jelasnya.

Baca juga : Tempo Scan Luncurkan Susu Pertumbuhan dengan FOS Inulin Tinggi

Menteri Koordinator Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy menganjurkan agar Indonesia menggunakan indeks tinggi badan sebagai salah satu indikator utama pertumbuhan SDM, seperti halnya dengan pengukuran stunting.

“Indonesia seharusnya segera mempertimbangkan tinggi badan sebagai indeks resmi dalam pengukuran pertumbuhan anak,” ujarnya.

Selain itu, Muhadjir menjelaskan bahwa tahun ini penanganan stunting di Indonesia telah mencapai angka 18 persen dari target 14 persen yang direncanakan pada tahun 2024.

“Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) tidak cukup dengan hanya hilirisasi justru sekarang kita harus sampai hulurisasi,” katanya. (Dev/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat