visitaaponce.com

Mengirim Rupiah Digital Hingga Pelosok Negeri

Mengirim Rupiah Digital Hingga Pelosok Negeri
Madeleine Hart Filiapuspa dan Sirria Panah Alam(Dok pribadi)

BAK ayam berkokok siang hari, rupiah digital rasanya tidak lagi hanya sebatas awang-awang. Rupiah digital diharapkan mampu menciptakan sistem pembayaran yang CeMuMuAh (cepat, mudah, murah, aman, dan andal) dan dapat terkoneksi dengan sistem pembayaran lain secara seamless. Rupiah digital diharapkan mampu memberikan angin segar bagi kelancaran pembayaran antar negara.

Rupiah digital merupakan langkah adaptif Bank Indonesia (BI) dalam merespons perkembangan teknologi yang ada. Salah satu hal yang sedang marak belakangan ini adalah disrupsi dengan adanya aset kripto dan turunannya. Disrupsi tersebut memberikan risiko terkait perlindungan konsumen hingga risiko makro finansial yang dapat mengurangi kendali bank sentral dalam menjaga stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan.

BI telah merilis white paper pada 30 November 2022 mengenai Proyek Garuda: Menavigasi Arsitektur Rupiah Digital. Hal ini kemudian ditindaklanjuti dengan peluncuran consultative paper pada 31 Januari 2023 yang berjudul Wholesale Rupiah Digital Cash Ledger. Kedua paper ini merupakan langkah awal dari BI untuk mengajak peran serta aktif masyarakat dan stakeholder terkait dalam mewujudkan rupiah digital.

Konsep distribusi rupiah digital yang sementara ini dikaji oleh BI pada white paper adalah arsitektur hybrid (one-tier dan two-tier). Sejalan dengan konsep tersebut, wholesale-rupiah digital (w-Rupiah Digital) akan diperoleh dari BI (one-tier). Sementara, untuk distribusi ke end user (retail-Rupiah Digital/r-Rupiah Digital) akan melalui intermediary, wholesaler, dan retailer (two-tier). Oleh karenanya, bank sentral akan lebih mudah dan cepat dalam mendistribusikan uang.

Sama halnya dengan uang kartal, rupiah digital juga harus terdistribusi hingga ke pelosok negeri dan dapat menjangkau masyarakat unbanked yang belum menikmati layanan internet. Dalam kondisi tertentu, r-Rupiah Digital memiliki skema direct distribution (one-tier). Skema ini memungkinkan BI untuk mendistribusikan digital rupiah langsung kepada pengguna akhir.

Kita dapat belajar dari M-PESA di Kenya yang menjangkau masyarakat unbanked. M-PESA memungkinkan transaksi menggunakan layanan SMS. Di samping itu, kita juga dapat belajar dari negeri tirai bambu yang sudah melakukan uji coba uang digitalnya (e-CNY). E-CNY menyediakan layanan offline dalam bentuk kartu.

Lebih lanjut bila dalam uang kartal terdapat blind code, hal ini juga perlu menjadi perhatian agar rupiah digital dapat menyasar seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Misalnya dengan menggunakan teknologi voice command and voice recognition untuk membantu penyandang disabilitas dalam melakukan transaksi.

Masyarakat tidak akan terlalu merasakan perbedaan di sisi user interface. Dalam tataran konsep, akan terdapat perbedaan di sisi back-end dengan menggunakan permissioned distributed ledger technology (DLT). Permissioned DLT diharapkan membuat sistem lebih robust dan meminimalisir kemungkinan satu titik kelemahan sistem. Bila dibayangkan, hal ini betul-betul sama dengan memasukkan uang kartal kita ke dalam dunia digital dan tentunya dijamin oleh bank sentral.

Dompet digital

Implementasi rupiah digital dapat didukung dengan implementasi dompet digital yang mampu memberikan kemudahan dalam bertransaksi secara digital. Salah satu bentuk penerapan dompet digital adalah GovWallet yang diimplementasikan oleh negara Singapura. Layaknya sebuah dompet, GovWallet dapat digunakan untuk pembayaran dan memuat data diri yang selama ini berbentuk kartu-kartu identitas.

Singapura berhasil menggunakan GovWallet untuk mendistribusikan bantuan sosial yang tepat sasaran. Bantuan yang diberikan dalam bentuk digital dimanfaatkan masyarakat untuk berbelanja di merchant rekanan. Hal ini dapat meminimalisir penyalahgunaan bantuan yang diberikan, serta merchant tetap dapat memperoleh pemasukan secara real-time.

Penggunaan dompet digital dapat diperluas manfaatnya dengan menerapkan identitas digital. Identitas digital juga dapat digunakan sebagai authorisasi apabila sistem lain ingin mengakses data pribadi pengguna. Misalnya, ketika kita berkunjung ke dokter dan pihak rumah sakit ingin mengakses data riwayat kesehatan dan data diri maka melalui identitas digital pengguna dapat melakukan verifikasi dan authorisasi untuk memberikan akses kepada pihak rumah sakit.

Dompet digital untuk transaksi dan menyimpan identitas tentu akan mempermudah masyarakat yang hidup di era ekonomi keuangan digital. User experience yang diberikan akan membantu berbagai aktifitas secara seamless dalam satu platform. Hal ini tentu perlu didorong dengan kesadaran masyarakat akan digital skills dan digital safety.

Proses yang harus ditempuh dalam mewujudkan rupiah digital perlu memerhatikan banyak aspek. Satu hal yang pasti, terdapat prinsip-prinsip yang perlu digarisbawahi oleh bank sentral dalam mendesain CBDC (Group of Central Bank, 2021). CBDC tidak boleh menganggu stabilitas sistem moneter dan sistem keuangan, serta mampu hidup berdampingan dengan berbagai jenis uang yang sudah ada dan mendorong inovasi serta efisiensi.

Tentu saja, digital skills dan digital safety menjadi dasar utama dari penggunaan rupiah digital. Bagaimana tidak, pembayaran menggunakan teknologi digital, tentu memerlukan kepiawaian dan kehati-hatian pengguna. Oleh karenanya sistem robust dan resilience yang akan dibangun nantinya perlu diuji dengan penuh kehati-hatian, dan pada saat bersamaan masyarakat harus terus didorong untuk meningkatkan digital skills dan digital safety

Tulisan ini adalah pandangan pribadi dan tidak mewakili lembaga tempat bekerja

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat