visitaaponce.com

Seniman Yogyakarta Harapkan Pemilu 2024 Lahirkan Pemimpin Inklusif

Seniman Yogyakarta Harapkan Pemilu 2024 Lahirkan Pemimpin Inklusif
Seniman Yogyakarta Sri Krishna Encik(Youtube BKN PDI Perjuangan)

Seniman Yogyakarta Sri Krishna Encik menilai, Indonesia butuh pemimpin yang inklusif serta merangkul semua pihak seperti Presiden pertama RI, Soekarno.

Dalam tayangan siniar Bung Karno Series 2023, Sabtu (10/6/2023), seniman yang kerap disapa Encik itu menilai pemimpin Indonesia ke depan harus benar-benar adil dan mampu merangkul semua elemen masyarakat serta membawa perubahan yang positif.

"Bayangin, kita itu berbagai macam suku bangsa, tapi bisa bersatu dengan ide konsep beliau (Soekarno) luar biasa. Beliau ini melayani, melayani bangsa ini,” tutur pria kelahiran Wonogiri ini.

Baca juga: Pemimpin tidak Adil akan Timbulkan Masalah

Pemimpin, bagi Encik, harus memiliki prinsip yang kuat. Di mana keberanian adalah salah satu prinsip kunci dalam berbuat dan meraih sesuatu, terutama kontribusi untuk kepentingan bangsa dan negara.

"Hidup itu harus berani. Kalau hidup tidak berani ya tidak usah hidup, Gitu lho, jangan takut," ujarnya.

Baca juga: Silaturahmi ke KWI dan PGI, Muhammadiyah Bahas Momentum Pemilu untuk Majukan Bangsa

Sosok pemimpin, menurut Encik, harus berani dan bisa mengabdi, di mana mengabdi merupakan cerminan dari melayani bangsa dan negara. Mengabdi berarti juga melanjutkan daripada apa yang sudah menjadi gagasan besar para pemimpin sebelumnya dan terbukti sukses.

"Pemimpin itu seharusnya kan, yang bisa mengabdi. Orang yang bisa mengabdi kepada bangsa ini, yang kedua mampu dan mau melanjutkan pemerintahan yang sebelumnya," kata seniman yang pernah menimba ilmu di Fakultas Hukum UGM itu.

Baca juga: Pentingnya Moral pada Pemilu 2024 Harus Jadi Referensi

Pembangunan berkelanjutan

Encik menambahkan, pemimpin Indonesia ke depan juga sebaiknya memiliki kontinuitas dengan visi jangka panjang Bung Karno.  "Bukan mengganti, kalau mengganti itu saya enggak suka. Artinya kan mengganti sistem yang baru. Tapi melanjutkan apa yang sudah diprogramkan, karena biar berkesinambungan," terangnya.

Dalam siniar yang dipandu Aris Setiawan Yodi dan Dyka Sardjoe itu, Encik menambahkan, kemandekan dalam membangun Indonesia bisa saja terjadi ketika para pemimpin sebelumnya yang memiliki gagasan yang besar dan visioner saat susah payah negara ini dibangun tetapi tidak ada kesinambungan.

Baca juga: Buya Haedar: PGI dan Muhammadiyah Punya Banyak Titik Temu dan Kesamaan Pandangan

Oleh karena itu, lanjut Encik, menjadi seorang pemimpin bukan berarti asal memiliki konsep sendiri dalam menjalankan pemerintahan. Hal ini khususnya ditekankan pada program yang sudah berjalan dan terbukti memberikan dampak kepada masyarakat luas. Prinsip ini menjadi kunci pembangunan berkelanjutan.

"Kalau pemimpin tidak mau mengabdi dan tidak mau melanjutkan apa yang sudah ada ya kelamaan dong, tidak jalan nanti," selorohnya. (X-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat