visitaaponce.com

Pemilih Mulai Tinggalkan Capres yang Citrakan Merakyat

Pemilih Mulai Tinggalkan Capres yang Citrakan Merakyat
Ilustrasi kontestasi Pilpres 2024(MI/ Duta )

LEMBAGA survei Indo Barometer mengeluarkan rilis terbaru yang mengungkap bahwa alasan terbanyak pemilih menentukan presiden pada 2024 bukan lagi pada sosok yang mencitrakan merakyat, melain sosok tegas dan berani. Hal itu berbanding terbalik dengan alasan pemilu pada Pilpres 2019 dan 2024.

"(Pilpres) 2014 dan 2019, alasan tertinggi pemilih itu adalah merakyat, tegas nomor 2. (Pemilu) 2024, kelihatannya ada perubahan, tegas nomor 1, merakyat nomor 2," ujarnya dalam diskusi bertajuk Adu Gagasan Cari Dukungan: Bedah Kritis Visi Misi Capres, di Jakarta, Sabtu (11/11).

Rilis Indo Barometer yang didasarkan pada survei 25-31 Oktober 2023 menunjukkan, 25% responden menjadikan sosok tegas dan berani dalam memilih presiden. Adapun perhatian dengan rakyat/pro rakyat hanya menjadi alasan 16,2% responden. Sementara itu, visi-misi capres berada di urutan ke-16 dengan 0,9% responden.

Baca juga: Populi Center Sebut Mayoritas Masyarakat Ingin Pilpres Berjalan Satu Putaran

Alasan terbesar lainnya bagi pemilih untuk menentukan presiden adalah pintar/intelektual (8,4%), berwibawa (6,2%), amanah dan antikorupsi (4%), kinerjanya terbukti (3,8%), mampu membawa Indonesia lebih baik (2,8%), berpengalaman (2,6%), berjiwa pemimpin (2,3%), dan berkepribadian baik (1,9%).

Qodari mengakui, alasan pemilih menentukan seorang pemimpin dalam teori voting behaviour memang menjadi perdebatan selama ini. Saat Anies terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 2017 lalu, misalnya, ia meyakini alasan terbesarnya didasarkan karena isu keagamaan. Namun, ia tidak memungkiri jika ada pendapat yang berbeda.

Baca juga: Survei: Elektabilitas Prabowo Turun Drastis Gara-Gara Putusan Mahkamah Keluarga

Perwakilan TPN pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Ansy Lema, yang hadir dalam acara tersebut mengatakan bahwa pemilih terdiri dari beragam jenis. Contohnya, pemilih rasional dan transformasional yang mau memeriksa ide, gagasan, atau visi-misi setiap capres-cawapres.

"Tetapi juga ada pemilih yang mungkin transaksional. Atau mungkin yang paling banyak pemilih yang segmentasinya melodramatik, yang harus didekati dengan pendekatan yang cenderung lebih psikologis," kata Ansy.

Oleh karena itu, Ansy menyebut Ganjar-Mahfud mencantumkan percepatan pelaksanaan demokrasi substantif ke dalam salah satu misi yang dibawa. Bagi pasangan tersebut, demokrasi substantif harus terus dibangun melalui literasi dan edukasi dengan tujuan meningkatkan bobot dan kualitas demokrasi, termasuk pemilu.

"Ruang-ruang diskursus publik harus didorong semakin kuat, sehingga kemudian masyarakat kita itu melihat soal, misalnya lapangan kerja," tandasnya.

Adapun politisi PAN Eddy Soeparno mengatakan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memasukkan agenda perubahan iklim dalam visi-misinya. Ia mengklaim, 52% pemilih muda sangat peduli dengan isu tersebut. Salah satu fokus yang bakal diakselerasikan Prabowo-Gibran, sambungnya, terkait dengan transisi energi.

"Sekarang ini 67% pembangkit listrik kita masih berbasis fosil, 12% energi terbarukan. Ini harus kita balik, supaya kita bisa menghentikan laju peningkatan suhu yang sekarang ini kita berada di ambang boiling point," tandasnya. (Tri/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat