visitaaponce.com

Luncurkan Buku, Sudirman Said Ingatkan Soal Kepatutan

Luncurkan Buku, Sudirman Said Ingatkan Soal Kepatutan
Sudirman Said meluncurkan buku berjudul Bergerak dengan Kewajaran di Teater Salihara(MI/Tri Subarkah)

MANTAN Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said meluncurkan buku berjudul Bergerak dengan Kewajaran di Teater Salihara, Jakarta, Kamis (30/11). Dalam bukunya, Sudirman mengontekstualkan konsep kewajaran dengan kepatutan dan kepantasan yang dinilainya mulai sering ditinggalkan. Itu termasuk dalam ranah hukum.

"Kenyataannya, betapa banyak aturan-aturan bahkan konstitusi pun diubah untuk kepentingan diri dan keluarga. Jadi ini satu pesan kepada publik, para penyelenggara negara, bahwa pada akhirnya standar kepatutan itu yang diperlukan untuk menjaga bangsa ini makin maju, makmur, makin adil," ujarnya.

Co-Captain Timnas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin) pada Pemilu 2024 itu berpendapat bahwa memaknai konsep kewajaran harus kembali pada standar etik. Sebab, etika merupakan standar tertinggi, khususnya dalam urusan kepemimpinan.

Baca juga: Ketua DPP PAN Soetrisno Bachir Gabung ke AMIN karena Anies

Menurutnya, bersikap legalistik saja tidak cukup bagi seorang pemimpin. Sebab, aturan hukum pada kenyataannya dapat diubah-ubah. Oleh karena itu, melihat kondisi politik saat ini, Sudirman mengatakan perlu kerja keras untuk menjaga kewajaran.

Peluncuran buku setebal 409 halaman itu ditanggapi oleh peneliti senior bidang politik pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) R Siti Zuhro, tokoh pemberantasan korupsi Erry Riyana Hardjapamekas, dan alumnus program Institut Harkat Negeri Siti Hardianti Darma Pertiwi.

Baca juga: Susi Pudjiastuti dan Jusuf Kalla Gabung AMIN? Ini Kata Tim Pemenangan 

Siti Zuhro menilai cara berpikir Sudirman dalam buku tersebut menunjukkan pengalaman empiris yang luar biasa. Menurutnya, salah satu intisari dari pemikiran Sudirman adalah humanis, yakni membangun Indonesia secara bersama-sama.

Sudirman, lanjutnya, juga berupaya meredam politisasi identitas di Indonesia yang menyebabkan masyarakat terpolarisasi. Bagi Siti, upaya tersebut relevan dengan konsep keindonesiaan.

"Indonesia harus dibangun secara bersama karena jauh sebelum Indonesia ada, karakter bangsa Indonesia adalah majemuk," tandasnya. (Tri/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat